BAB 9

130K 9.8K 83
                                    

"Lagi ngapain?" Maura datang sendirian menghampiri Vasco yang sedang duduk di bangku depan ruang kelas.

"Nunggu anak-anak nyiapin tempat tidur di dalem. Kok belum tidur?" Balas Vasco, ya malam ini ia akan tidur di kelas yang sama dengan peserta MOS yang menjadi anak buahnya tiga hari ini.

"Abis nge-cek tiap ruang kelas, terakhir kelas lo nih."

"Oh. Yaudah cek aja."

"Oke. Gue masuk dulu ya." kata Maura yanh ditanggapi anggukan oleh Vasco, lalu ia masuk ke dalam kelas.

Jessie dan Mauren sedang bergurau, lalu berhenti sejenak saat Maura berseru dari depan.

"Guys langsung tidur ya. Besok jalan sehatnya di mulai jam setengah enam. Jangan sampek telat. "

"Iya kak." Jawab mereka serentak.

"Oke, bye guys." kata Maura lalu keluar kelas.

Jessie berdecak kesal, "Apes. Niat banget kalo mau nyiksa. Tidur cuma pake tikar. Gembel banget gak sih." katanya dengan kesal sambil mengedarkan pandang, melihat geli teman-temannya yang tidur disebelahnya sudah seperti ikan berjejer, dan juga para cowok yang tidur di seberang dengan posisi sama.

"Udah terima aja. Cuma malam ini kan. Jangan sok deh lo." balas Mauren diikuti tawa meledek.

"Untung supervisor kita Vasco. Setidaknya, sebelum tidur gue bisa pandangi muka dia sepuasnya. Kira-kira dia tidur sebelah mana ya. Duh, trus besok pagi pas gue bangun yang gue liat muka dia. Sumpah ya, bayangin aja udah bikin gue deg-degan, gimana kalo besok terjadi. Gue rasa malam ini gue bakalan begadang deh ngeliatin dia tidur, kapan lagi bisa tidur seruangan gini kan?" Cerocos Jessie menggebu-gebu yang hanya ditanggapi malas oleh Mauren.

"Yayaya. Terserah lo deh. Bodo amat gue mau tidur, ngantuk. Lo denger kan tadi Maura bilang apa." kata Mauren sambil mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

"Ah gak asik lo ah. Gue belom selesai tanya sama lo. Tadi lo di panggung ngobrol apa aja sama Vasco, kenapa dia tadi senyum-senyum sama lo. Awas ya lo pokoknya kalo diem-diem jadian sama dia. Gue pecat lo jadi sahabat." Rengek Jessie sambil mengoyak tubuh Mauren.

"Ahh... Masih ada besok kali Jess, gue ngantuk nih." Balas Mauren malas.

"Tanggung, Ren. Bangun bangun." Jessie malah mengacak rambut Mauren, membuat Mauren terpaksa bangun. Saat ia akan menoleh Jessie, tidak sengaja matanya melihat sesuatu di luar yang membuat wajahnya seketika berubah muram.

"Ren! Kenapa lo? Liat apasih?" Jessie iku menoleh ke arah pandangan Mauren. Ia juga melebarkan mata, saat melihat Vasco dan Maura sedang bercanda di depan pintu tepat, "Oh my God."

"Enggak. Gue ngantuk. Gue mau tidur." Mauren langsung merebahkan diri dan bersembunyi di balik selimutnya.

"Jangan bilang lo jealous." Seringai Jessie, "Serius lo jealous?"

"Tidur, Jessie!" Seru Mauren dari dalam selimut.

"Oke. Oke."

*

"Gimana? Anak didik gue pinter - pinter kan Bu ketos?" kata Vasco saat Maura keluar dari kelas.

Maura tersenyum lalu menjawab, "Iya siapa dulu dong supervisor-nya. Ya kan?"

"Haha pinter. Yaudah sana tidur, biar kuat besok jalan-jalan."

Maura tersipu, "Sebenarnya gue mau tanya sesuatu sih sama lo."

"Apa?" Tanya Vasco dengan mengerutkan dahinya.

"Tapi lo jangan marah atau tersinggung ya."

"Enggak bakal. Emang kapan lo pernah liat gue marah." Canda Vasco dengan tawa sekilas.

"Lo kan kalo marah cuma diem. Ya kali kalo gue pantengin terus muka lo." Balas Maura dengan bercanda juga.

"Tau aja lo. Mau tanya apa emang?"

Maura mengambil duduk di sebelah Vasco, tidak terlalu dekat maupun jauh, "Gue liat dari tadi lo kayak seneng banget deket sama anak baru tadi. Siapa namanya, Mauren ya kalo gak salah. Mirip banget sama nama gue." Ucap Maura dengan senyum miris.

"Masa sih? Biasa aja gue. Perasaan lo aja kali." Balas Vasco seadanya. Hanya terlihat sedikit terkejut dengan perkataan Maura, lalu kembali biasa saja.

"Kalo suka gak papa lagi. Sebelum keduluan sama Nathan loh. Kata anak-anak sih Nathan suka sama dia." Ucap Maura memancing jawaban sambil memperhatikan wajah Vasco yang sangat sulit di tebak.

Vasco diam, tampak berfikir sejenak, lalu melempar senyum dingin, "Bukan urusan gue. Gue mau masuk deh kayaknya. Lo gak mau balik?"

"Oh, yaudah lo masuk aja, gue mau balik juga." Ucap Maura terbata-bata lalu berdiri.

"Oke. Good night." Vasco ikut berdiri lalu berjalan menuju pintu.

"Bye." Maura melambaikan tangan.

"Bye." Balas Vasco lalu menghilang ke dalam kelas.

Anak didiknya memang bisa di andalkan. Cukup dengan satu perintah saja mereka langsung mengerti dan melaksanakannya. Suasana di dalam kelas sudah hening karena hampir semua penghuninya sudah terlelap. Kecuali gadis yang tidur di urutan kedua dari kanan. Ia malah sibuk memandang langit-langit.

Jam menunjukkan hampir pukul sebelas. Setelah Vasco menutup pintu, hal utama yang di cek adalah Mauren. Gadis itu meliriknya dengan tatapan sinis. Vasco tersenyum lalu menghampirinya. Berdiri di hadapan gadis itu.

"Udah malem. Cepet tidur. Besok bangun pagi." Kata Vasco dengan lembut.

Mauren hanya menatapnya tajam.

"I. Love. You." kata Vasco tanpa suara dengan gerakan tangan menunjuk diri, membuat bentuk love dari jari, lalu menunjuk Mauren.

Vasco mengerutkan dahi bingung, kala Mauren langsung menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh gadis itu tak terkecuali. Mauren sama sekali tak menggubrisnya. Ia lalu menghela nafas menuju ujung barisan wilayah laki-laki. Ia memilih tidur, saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan sikap tidak jelas Mauren.

Beberapa saat kemudian, Mauren membuka selimutnya. Sedikit mengangkat badan lalu matanya mengedar mencari keberadaan Vasco. Ia bernafas lega melihat Vasco sudah terlelap di ujung ruangan, dengan perasaan kesal Mauren pun mencoba untuk tidur juga. Mauren takut sendiri saat melihat semua orang sudah terlelap, hanya tinggal ia sendiri yang masih bangun dan itu mengerikan saat hampir tengah malah begini.

mine | sudah terbitWhere stories live. Discover now