17. Karel dengan Sifat Jailnya

110K 6.2K 503
                                    

Hay semuaaa... ada yang kangen Fian? ada yang kangen Karel? apa ada yang kangen Rain?? Wkwk

Baru bisa update karena kuliah padet banget belum lagi aku juga sempet nggak enak badan ouucchh 😂

Nggak enak badan nggak enak hati yahh curhat deh.. buat mommy2 masak dulu yaa baru baca.. buat ade2 gemes sekolah dulu yaa baru baca hehe

Happy reading guys 😉😉!!!!

🍁🍁🍁

Author POV

"Fian.. kamu pernah dengar orang tewas karena tersedak?" tanya Karel. Fian yang sejak tadi tidak bisa diam langsung bungkam. Mutulnya terbuka lebar dan matanya memandang Karel dengan tatapan horor. Karel ingin tertawa melihat reaksi Fian tapi ia menahannya. "Ada apa? aku salah?"

Mata Fian memelototi Karel, "nyebelin banget sih.." gerutunya dan pecahlah tawa Karel.

"Buka mulutmu," perintah Karel sembari mengulurkan sesendok nasi dengan lauknya.

"Kenyang," Fian melipat lengannya dan membelakangi Karel.

Karel tertawa dan mengusap kepala Fian, "kamu sudah ngambek dua kali, bagaimanapun suamimu ini baru pulang, mana sikap istri yang baik? setidaknya berikan senyuman,"

Fian berbalik dan langsung mencubit pinggang Karel karena gemas. Bagaimana tidak, Karel berlaku seolah pernikahan ini normal. "Sejak kapan kamu sebawel ini? cepat suapi aku lagi.." Karel tersenyum geli dan lanjut menyuapi Fian.

Sore hari Karel gunakan untuk beristirahat, ia merebahkan diri di ranjangnya dan memejamkan mata. Beberapa menit cukup untuk beristirahat karena semalam ia tidak tidur. Sedangkan Fian masih sibuk di depan televisi, menikmati film kesukaannya.

"Nyonya.. koper Tuan mau langsung dibawa ke kamar atau di taruh di depan kamar aja?"

Fian mengerutkan keningnya, "emm taroh di depan kamar aja deh Ri, Karel lagi tidur soalnya.. ntar biar aku yang beresin kopernya,"

Mari menganggukkan kepala, "yaudah, saya keatas dulu."

Fian tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum kembali fokus pada film di hadapannya.

🍁🍁🍁

Karel menuruni tangga, wajahnya sudah segar dengan rambut sedikit basah dan mengeluarkan aroma sampo yang segar. Matanya mencari sosok Fian.

"Ri.. kemana Fian?" tanya Karel saat melihat Meri lewat.

"Nyonya di belakang Tuan." Karel mengangguk dan langsung ke belakang menyusul Fian.

Di sana, di pinggir kolam renang, Fian duduk sembati membaca novel ditemani segelas jus strawberry kesukaannya dan setoples cemilan. Ujung kakinya dicelupkan ke kolam renang.

"Bersantai?" tanya Karel sembari mengambil tempat di samping Fian.

Fian menoleh dan tersenyum cerah, "kenapa sudah bangun? kamu baru tidur sebentar,"

"Sudah cukup,"

Fian mendengus dan menutup novelnya, "mana bisa begitu? Karel.. kamu bukan robot, kamu butuh istirahat, pikirkan kesehatanmu juga.. jangan pikirkan pekerjaanmu terus,"

Karel tertawa dan mengacak rambut Fian, "siap Nona.." ucap Karel.

"Aku serius Karel.." Fian menyelipkan rambutnya kebelakang telinga. "Ohh iya, karena kamu sudah kembali berarti aku akan pindah kamar, dimana kamarku nanti?"

Satu alis Karel terangkat, "kupikir kamu sudah terbiasa sekamar denganku, kenapa harus pindah?"

Fian menunduk, sebenarnya sih ia senang-senang saja sekamar dengan Karel tapi bukankah dirinya harus sedikit menjaga jarak.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang