Chapter 4

120 16 3
                                    

Baju basketku sangatlah basah. Latihan untuk kali ini sangat di forsir mengingat Singapore Sport Competition sangatlah dekat. Waktu latihan kami hanya tinggal lima hari dan kemarin aku masih berleha leha.

Aku membaringkan tubuhku di luar garis lapangan dan menatap langit yang sudah berubah warna menjadi oranye. Namun, warna oranye menjadi warna abu karena seseorang berdiri tepat di atasku.

" Kau sepertinya sangat lelah, Kang Cheonsa. "

" Aku tidak ikut latihan sabtu kemarin karena aku harus pulang. Jadi, aku belajar dengan maksimal hari ini dan juga belajar untuk tidak gugup saat pertandingan nanti. "

" Kau sudah menjadi atlet dan mengikuti banyak pertandingan. "

" Aku bukanlah kau, Jiho sunbae. "

Ia mengelus rambutku dengan pelan dan menyodorkan sebotol air mineral dingin yang sangat menggiurkan.

" Jiho-ya. Kau di sini rupanya. "

Aku menoleh dengan botol air mineral masih menempel di bibirku dan mendapati Shin Chanri eonni dengan wajah yang menahan amarah. Apakah ia cemburu karena Jiho mengelus rambutku atau memberiku sebotol air mineral?

" Kau mencariku ke mana sampai tidak bisa menemukanku? "

" Seluruh koridor. "

Baiklah, aku menjadi nyamuk di sini.

" KANG CHEONSA! "

Aku menoleh ke sumber teriakan tersebut. Lee Daechul.

" Hey aku sudah memutari ruangan di sekolah ini dan kau di lapangan. Ayo pulang, latihanmu juga sudah selesai bukan? Juga aku ingin bulgogi sebelum sampai asrama. "

Heol.

Aku berdiri dan pamit dengan seluruh tim termasuk Jiho sunbaenim. Aku melewati Shin Chanri yang berdiri dengan tangan yang melipat di depan dadanya. Kulihat Daechul menyandarkan punggungnya ke salah satu pilar.

" Aku menyelamatkanmu dari nenek sihir itu, kan? "

Aku mendengus dan menarik tangan Daechul ke arah parkiran. Dia bersiul sepanjang jalan dan aku menyadari bahwa aku tidak melepaskan genggamanku kepadanya.

" Kau ingin bulgogi, kan? "

Ia tersenyum dengan lebar dan mengangguk dengan cepat. Tanpa disuruh, seluruh tubuhnya sudah duduk di kursi penumpang mobilku.

" Kurasa ramyeon paling tepat untuk dompetku. "

" Cheonsa-ya, kau ini orang kaya dan berhentilah makan ramyeon. "

" Hanya itu yang bisa kumasak. "

" Jadi kau tidak bisa memasak? "

Aku mengangguk dan memberikan seluruh fokusku untuk selamat sampai cozy house.

.

.

.

Aku menggigit sumpit sembari melihat kelihaian Daechul dalam memasak. Aroma Japchae sudah memenuhi dapurku. Namun, Daechul mengingatkanku terhadap Oh Sehun.

" Kau punya kimchi di kulkas? "

" Kalau tidak salah, Jihwa oppa pernah membelikannya. "

" Jihwa? "

" Kakak kandungku. "

" Kau punya kakak? "

" Empat. "

HARUWhere stories live. Discover now