27

3K 98 18
                                    

Seharusnya sejak dulu aku bisa merasa. Senyum yang selalu tergambar di wajahnya adalah cinta. Mengapa dia selalu berada di sisiku adalah karena cinta. Pada saat semua orang di dunia ini punya seribu satu hal lain yang lebih penting dariku, dia selalu menempatkanku di urutan pertama. Dia tak pernah mengeluh. Tak pernah lelah.

Dan aku sadar ... ketika aku yakin itu cinta, aku tak pernah merasa keberatan menerimanya. Meski kami tak mungkin bersama, tapi bagiku ... sedetik lebih lama bersamanya jauh lebih pantas diperjuangkan daripada seumur hidup diam dan menahan perasaan.

***

Hari ini usiaku 27 tahun.

Tidak ada lagi kue ulang tahun.

Tidak ada pesta kejutan.

Tidak ada hadiah.

Tidak ada senyum yang membuatku ingin bangun setiap pagi.

Dua puluh tujuh tahun yang dalam dua hari mendadak lenyap seperti tertimbun tanah longsor. Semua impian dan alasan hidupku mengabur. Aku kembali menatap langit-langit kamar yang membalas dingin tatapanku. Air mataku mengalir sendiri.

"Kimi! Tulis nama kita!"

"Tulis nama kita? Di mana?"

"Di atap! Di atap! Tuliskan Kimi dan Mia Bersama Selamanya!"

"Aiiish! Janganlah! Nanti yang punya apartemen marah."

"Kalau tidak menurut, aku nggak jadi pindahkan barang-barangku ke sini!"

"Tck! Oke Oke ...."

"Yeay! Mia love Kimi the most!"

"Kimi love Mia the most!"

Sekarang, mengalir tak terbendung.

"Dengar. Aku sudah dapat pekerjaan baru dan desain karyaku akan segera dibayar lunas minggu ini. Aku akan membayar semua pinjamanku pada Mia. Sekaligus."

"Kimi ... Mia nggak ke sini untuk menagih utang."

"Aku tahu, tapi aku juga tahu diri bahwa hal inilah yang membuat hubungan kita merenggang. Namun ... aku berusaha keras selama Mia meminta waktu untuk sendiri-sendiri dulu. Dan semua kerja kerasku terbayar. Kita akan memulai semuanya lagi dari awal. Tahun depan ... kalau semuanya lancar ... aku ... akan datang ke rumah keluarga Mia. Kita akan menikah!"

"Aku nggak ingin menikah!"

"Hm? Tapi Mia selalu ingin menikah, bukan? Bukannya Mia bilang ... kalau aku keluar dari pekerjaanku sebelumnya, lalu kapan kita akan hidup mapan dan menikah? Sekarang aku sudah punya pekerjaan baru. Langsung diangkat menjadi pegawai tetap karena mereka sudah percaya sekali dengan desainku. Ayo kita menikah!"

"Baby ... Mia ... nggak mau menikah."

"Nggak mau menikah sekarang? Belum siap?'

"Bukan."

"Belum kembali percaya padaku? Aku janji, kali ini aku akan jaga baik-baik pekerjaanku. Aku nggak akan mudah marah pada atasan dan mulai bertanggungjawab atas pekerjaanku. Tidak egois. Tidak gegabah melanggar kebijakan perusahaan. Aku ... akan ... Mia ... kenapa mendadak berubah pikiran dan nggak ingin menikah?"

"Mia ... ke sini bukan karena Kimi memanggil. Mia ke sini karena ingin kita ... putus."

Dua hari menjelang ulang tahunku yang ke-27.

Satu minggu sebelum babak baru dalam karierku dimulai.

Dua bulan setelah kami bertengkar hebat karena uang dan kehilangan pekerjaan yang sontak menjadikanku manusia paling tidak bertanggungjawab karena rencana menikah yang jadi terasa semakin jauh. Dua bulan setelah Mia mengatakan bahwa kami berdua membutuhkan waktu sendiri untuk berpikir dan memperbaiki segalanya.

Aku diputus sepihak.

Hancur berantakan jiwa dan raga.

Dan itu belum seberapa. Ada sesuatu yang baru saja terjadi semalam. Sesuatu yang jauh lebih mengerikan. Kejadian yang membuat kehancuranku seribu kali lipat lebih mengenaskan.

"Kak ... umh ... nom nom nom ...."

Oh Tuhan ... kenapa semua ini harus terjadi?

Saat aku diam-diam ingin beranjak dari tempat tidur, Boku menarik kembali pinggulku rapat dengan tubuhnya. Entah sadar atau tidak—dengan mata yang masih terpejam—dia menggesekkan alat kelamin kerasnya ke belahan pantat telanjangku.

"Boku!" Aku menyikut rusuknya. "Hentikan! Jangan!"

"Satu kali lagi, kak," bisiknya. Sewaktu aku melirik ke balik bahuku, matanya tertutup, tapi seluruh tenaga yang dipakainya untuk mengunci kakiku mustahil dilakukan oleh orang setengah sadar.

Aku meronta.

"Sialan! Kamu udah bangun, kan? Hentikan! Jangan! Ah! Ah!"

Kimi Ga IrebaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang