24

1.3K 59 9
                                    

           

"Kaaak!!! AAAHHH!!!"

Aku menggeram dan terhempas lemas di tempat tidur. Tangisku kembali pecah bersama cairan yang muntah dari mulut penis. Pada saat yang sama, setelah menembakkan sisa sperma dalam scrotumnya ke dalam diriku, tubuh Boku pun meluruh jatuh menindih punggungku.

"Minggir ...," titahku lemah. "Beraaat!"

Namun, Boku malah memelukku erat.

"Aku sayang kakak ... sejak dulu... sejak pertama kali bertemu...," bisiknya hangat, menggelitik daun telingaku.

Aku selalu tahu dia sangat menyayangiku. Bukan hanya itu, aku tahu dia berharap banyak terhadapku. Yang aku tak tahu ... ternyata dia menyayangiku dengan cara seperti ini. Menatapku dengan cara yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Aku sudah kehabisan tenaga setelah dikerjai habis-habisan olehnya. Kalau semalam aku tak mabuk pun, aku tak mungkin bisa melawan tenaganya yang mengerikan. Apalagi pagi ini. Seluruh tulangku seperti akan rontok. Pantatku nyeri luar biasa. Scrotum dan penisku terasa pedih karena terlalu banyak bergesekkan dengan tangannya yang besar dan sanggup merangkumnya sekaligus.

Ugh. Aku tak tahan dengan perasaan jijik ini.

Bukan hanya karena ini adalah pengalaman seks pertamaku dengan pria, tapi semua ini kulakukan dengan adikku, dan kenyataan bahwa aku tak berdaya dalam permainannya membuatku semakin ingin marah.

Seluruh bagian tubuhku yang disentuhnya terasa panas dan menjijikkan. Semua bagian yang bisa dicium atau dimainkannya dengan jari membengkak dan perih. Bagian bawahku berdenyut-denyut karena batang kemaluan Boku masih menancap di sana. Terasa mengganjal. Menyumpal saluran pembuanganku yang sejak semalam sudah ingin memuntahkan apa pun yang memenuhinya. Aku tak kuasa menahan rintihan lolos dari mulutku. Tubuhku bergetar karena isak tangis.

Saking lelahnya, aku pun jatuh tertidur.

Kelihatannya aku tidur cukup lama. Ketika lelapku terusik, langit di luar sudah seterang siang. Tidurku sangat nyenyak, sampai-sampai aku sempat bersyukur karena setelah beberapa minggu bekera keras, akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang. Akan tetapi, sedetik berikutnya, aku terlempar kembali pada kenyataan pahit sewaktu kurasakan nyeri dan lelah menyerang sekujur badan.

Perlahan, aku membuka mata. Sejak Mia pergi, hal pertama yang kulakukan begitu bangun adalah meraba sisi lain tempat tidurku. Hal itu terjadi secara otomatis, sebab aku biasa memeluk untuk membangunkannya. Sama dengan hari-hari lalu, hatiku langsung terpagut kecewa menemukan kekosongan di sisiku.

Tunggu dulu. Seprainya bersih.

Wajahku memanas mengingat kembali hal kotor yang dilakukan Boku. Aku yakin seprai itu lebih baik dibuang daripada dicuci. Selain penuh dengan noda, aku tidak ingin menyimpan sesuatu yang membuatku teringat pada kenangan buruk. Kuharap dia sudah pergi jauh. Aku tidak akan pernah bicara dengannya lagi, kecuali di depan mama dan papa. Selain itu, aku tak akan pernah bisa memandangnya dengan tatapan yang sama.

"Kakak sudah bangun?"

Pertanyaan itu membekukan seluruh persendianku. Dia belum pergi. Anak setan tak tahu diri itu masih di dalam ruangan yang sama denganku. Kucoba mendudukkan diri dan langsung menemukan satu sosok yang tak ingin kulihat duduk tak jauh dariku. Dengan kemarahan dan perasaan terkhianati yang memuncak, apapun yang ada di sekitar kulemparkan ke arahnya. Boku hanya diam. Kepalanya yang menunduk dilindunginya dengan kedua lengan.

"Bajingan! Bedebah! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti itu padaku, anak iblis!!!" makiku membabi buta.

"Kak ... dengarkan aku dulu!" katanya sembari mendekat.

Kimi Ga IrebaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang