TIGA

31.5K 1.5K 11
                                    

Ku lihat ayah dan ibu berdiri di depan halaman rumah sambil memandangi kedatangan kami memakai mobil Will.

"Arin, kau jadi datang rupa nya ibu pikir kau tak datang dengan suami mu."

Ibu ku hanya terseyum lembut menyambut kedatangan kami.

Aku hanya tersenyum melihat ibu yang begitu perhatian terhadap aku dan juga Will.

"Maaf bu, tapi besok aku sudah pulang di luan karena perusahaan memerlukan ku untuk rapat."ucap Will pada ibu yang sedang menenteng tas yang berisi pakaian kami.

"Tak masalah Will, melihat kalian bersama seperti ini sudah membuat ibu senang."

Pukul 10:30

Arin Pov
Aku merasa kantuk ku sudah berat ketika malam menyelimuti seluruh langit. Dingin malam mulai menusuk tulang ku walau pun aku sudah memakai sweater tebal buatan tangan ibu ku.

Padahal aku sedang memandangi bintang yang begitu terang di depan halaman yang membuat hati ku sejuk, lalu ku putuskan untuk memasuki kamar ku dan juga kamar milik Fany yang berada di lantai dua, tapi sudah tiga tahun belakangan ini aku selalu tidur sendiri karena Fany yang sering ada fashion show di berbagai negara juga ia sedang melanjutkan study nya ke Prancis untuk sekolah fashion.

Sempurna bukan?
Adik tiri yang nyaris sempurna membuat kami selalu bertengkar hanya karena sering di banding-banding kan oleh ayah dan ibu kandung ku.

Fanny Ranjani Wijaya.

Wanita cantik dan sempurna yang tak sama seperti diri ku, ia sangat pandai dalam hal fashion maka tak heran ia menjadi model ternama sekarang. Sedangkan aku hanya pandai berhitung maka dari itu aku mengambil Perbankan untuk mengasah kemampuan ku.

Dan sekarang aku bekerja di bank yang sangat terkenal di kota ku.

Aku membaringkan tubuh ku di atas kasur lalu menutupi tubuh ku dengan selimut tebal sambil memandangi langit-langit atap kamar ku.

Aku akan di ceraikan.

Aku akan janda.

Tanpa suami.

Tanpa status.

Ahh kau pasti bisa!

Aku percaya cinta yang tulus dapat mengubah segalanya.

Krek..

Suara pintu mengagetkan lamunan ku, ternyata sosok itu adalah Will yang datang memakai kaos putih tipis polos yang menampakkan bentuk dada bidangnya dan celana pendek coklat selutut.

Aku menatapnya namun ia hanya membuang muka lalu mengambil laptop yang terletak di atas meja, ia pun naik ke atas ranjang dan duduk sambil bekerja dengan laptop sepertinya.

"Kau belum tidur?" tanya pria itu sambil memandangi laptop nya dengan keseriusan penuh.

"Aku lelah mungkin akan tidur."

Kantuk ku sudah mulai mendera lalu aku pun menutup kedua bola mata ku yang tak tahan lagi memandangi Will.

"Rin?"

Apa?

Dia memanggil ku?

Dia Will kan?

Suara yang tak asing bagi ku kini, ragu apa itu dia atau aku sedang bermimpi?

Ku buka kedua bola mata ku, aku terus memandangi wajah tampan milik suami ku yang kini tengah duduk di samping ku sambil berkutat dengan laptopnya.

"Masalah cucu.."

Seketika Will mengalihkan pandangan mata dari laptop kemudian memandangi biji mata ku dengan lembut dan bertatapan mata yang kurasa lama bagi seorang Will yang sangat dingin.

Aku mengerutkan dahi ku.

Apa mungkin ia serius akan ucapan ibu mertua?

Apa dia masih waras akan ucapanya?

Atau dia salah bicara?

Tiba-tiba saja pria dingin itu berdehem pada ku setelah ia sadar akan tatapan yang ia berikan pada ku. Cukup lama.

"Apa kau mau malam ini-."

"Malam ini apa?" tanya ku penasaran.

"Malam untuk yang dikatakan mama tad-."

"Mmm.."jawab ku yang hanya bisa mengerutkan dahi dengan apa yang di ucapkannya.

"Ahh lupakan, aku hanya memberi tau besok aku akan pergi jam 7 pagi."

Tatapan hangat lembutnya kini menghilng dari pandangan ku, ia kembali pada layar laptop. Wajahnya kembali seperti Will yang dingin dan cuek. Berubah drastis.

Dasar aneh!

Selain dingin dia juga aneh!

Aku pun kembali menutup mata dan melanjutkan mimpi ku.

Ahh mungkin Will lelah dengan pekerjaannya sehingga ia berbicara sedikit aneh hari ini.

Drt..drt..

Aku terbangun ketika aku mendengar suara ponsel yang bergetar, ternyata itu ponsel Will yang nada dering nya sama. Aku juga baru tau ternyata ia juga menyukai lagu 'we don't talk anymore' sebagai nada dering panggilan.

"Ya sayang?"

"Belum tidur?"

Aku melihat Will kini mengangkat panggilan sambil tersenyum penuh bahagia dengan sesekali melihat-lihat ke arah bawah jendela yang terdapat halaman luas.

Kata-kata yang begitu mesra ku dengar dan baru kali ini aku melihat wajah Will penuh kebahagiaan karena sebelum nya wajahnya selalu sangat datar dan dingin.

Ahh mungkin itu pacar nya, lagian kenapa aku harus cemburu?

Bukankah pernikahan ini kan hanya terpaksa demi perusahaan ayah? dan aku tak berhak memarahi nya.

Dan aku tak bisa tidur nyenyak karena obrolan nya dengan wanita lain yang tak tau siapa.

"Bisakah kau menelfon di luar saja, aku lelah Will!!"

Aku kesal.

Aku emosi.

Aku marah.

Ketika ia menelfon wanita lain dengan kata-kata manis dan mesra.

Will hanya melirik ku sekilas lalu ia keluar dengan ponsel yang masih menempel di telinga nya.

Aku memandanginya dari arah jendela atas kamar, ku lihat ia sangat bahagia duduk di atas kursi halaman depan rumah.

Perbincangan seru.

Aku menghela nafas panjang lalu kembali tidur dan menarik selimut ku kembali. Terserah apa pun yang ia lakukan pada ku.

Toh juga aku tak berarti di matanya bukan?

Arin's Wedding [COMPLETED] Telah Terbit Di Dreame.Where stories live. Discover now