EMPAT

30.4K 1.4K 5
                                    

Aku terbangun dari tidur ku yang nyenyak, ku buka kedua mata ku dan pria itu tidak ada di samping ku. Kembali aku melirik jam weker ternyata jarum pendek mengarah pada angka delapan.

Kemana ia pergi?

Apa gugatan cerai?

Secepat itu?

Aku pun menuruni anak tangga menuju dapur ingin menanyakan Will pada ibu.

Ku lihat ibu sangat asik bergelayut dengan masakan nya. Wangi nya pun terasa di penciuman ku.

"Bu."

"Hmm?"

"Mana Will?"

"Kamu lupa ia kan ada rapat jadi dia pergi di luan dan ia akan kembali setelah rapat nya selesai."

Ahh ku pikir ia akan menggugat ku untuk cerai.

Jantung ku mau copot rasa nya mendengar jawaban ibu.

"Arin, tolong antarkan makan siang ini untuk suami mu, karena tadi ia sangat buru-buru jadi belum sempat sarapan."

Iya.

Enggak.

Kalau ku jawab enggak pasti ibu akan marah besar pada ku. Alasan nya karena ia suami sah ku sekarang. Baiklah untuk kali ini saja.

"Baik bu."

***

Tibalah aku di depan perusahaan Will yang di antar oleh supir pribadi rumah.

Will adalah salah seorang CEO muda karena umur nya yang terbilang belum tua mampu mengembangkan perusahaan nomor satu di Asia Tenggara dan mampu bersaing dengan perusahaan ayah tiri ku yang terbilang sangat baik.

"Maaf mba, ruang pak Will di mana ya?" aku bertanya pada wanita yang berada di meja resepsionis.

"Tunggu sebentar." wanita itu pun memeriksa beberapa kertas untuk melihat agenda Will.

"Tapi pak Will sedang ada meeting mba."

"Ohh gitu."

"Mba siapa ya? Agar saya dapat konfirmasi dengan pak Will?"

Aku berfikir sejenak, apa perlu aku memberi tahu? karena tak semua orang mengetahui pernikahan ini.

"Saya istrinya mba."

Aku terlanjur mengatakan nya mulut ku tak terkontrol lagi.

Astaga.

Bagaimana ini?

Apa dia akan marah?

"Arin!"

Suara berat begitu nyaring ku dengar dari arah belakang ku. Aku membalikkan tubuh ku untuk mencari sumber suara tersebut.

"Will?"

Pria itu memakai jas hitam dengan rambut yang tertata rapi. Kharismatik keluar dari wajah nya dan mata biru yang sangat indah. Aku terus menatapi nya tanpa berkedip.

Tampan nya suami yang kau beri Tuhan.

Tiba-tiba saja ia menarik ku ke arah ruangan pribadinya secara paksa dan menyuruh ku untuk duduk pada sofa coklat pribadinya. Aku melihat ada nama Will Christopher di atas meja itu dan juga jabatan megah tertera di sana.

"Dari mana kau tau aku datang?" tanya ku langsung pada nya.

"Ibu mu yang menelfon." pria itu hanya berdiri mondar-mandir di depan ku dengan wajah cemas.

Arin's Wedding [COMPLETED] Telah Terbit Di Dreame.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang