LIMA

28.6K 1.3K 2
                                    

Sampailah aku di depan rumah sederhana namun terlihat mewah. Rumah berwarna krem dan banyak di kelilingi tumbuhan hijau. Aku senang jika sudah main kerumah Mika rasanya seperti rumah sendiri walau pun rumah nya sangat sederhana.

Masih dengan buket bunga yang ku pegang, aku mengetuk pintu coklat yang ada di hadapan ku beberapa kali.

Krek..

Lama aku menunggu akhirnya pintu coklat itu di bukakan oleh tuan rumah.

Wanita dengan segala kesedihan. Sungguh malang tampilannya.

Ia menangis terseduh di hadapan ku. Tampilan nya sangat mengerikan, makeup yang tebal sudah luntur juga lipstick merah menyala telah berserakan akibat air mata nya yang begitu deras. Rambut yang semula sangat rapi kini telah kemana-mana. Sambil menyebut nama ku dengan tangisan.

"Mika? Kamu kenapa?"

Mata ku tak terkontrol, aku pun mengerutkan dahi ku dan emosional ku mulai meledak melihat keadaan Mika yang seperti ini.

"Arin.."

"Andre jahat..."

Tangisan nya sangat ngeri ku lihat, seperti sedang menangisi seseorang yang telah pergi untuk selama nya.

"Aku gak mau ketemu cowok berengsek kayak dia lagi!!"

"Dia pembohong!!"

"Dia munafik!!"

"Persetan dengan nya!!"

"Aku tak ingin bertemu dengan pria sepertinya!!"

Aku mengelus pundak nya sesekali dan memeluknya dengan hangat. Aku pun mencoba menenangkan pikirannya dengan menyuruhnya duduk lalu menarik nafas sesekali dan hanya kata 'sabar Mika' yang dapat ku lakukan terhadap nya.

Mungkin ia memerlukan teh hangat agar dapat menenangkannya. Aku berjalan menuju dapur yang terdapat di belakang rumah.

Aku mulai meracik teh dan memanaskan air panas.

Kertas tebal putih berbalut pita merah begitu indah terpajang di atas meja makan yang tak jauh dari dapur ketika aku ingin mengambil gelas kaca di rak.

Undangan?

Siapa yang menikah?

Ku buka pita merah itu lalu ku baca dengan pelan.

Undangan Pernikahan
Andre Handika
&
Winda Karina

Andre?

Winda?

Mereka akan menikah?

Jadi Mika menangis?

Emosi ku sudah di ubun-ubun dan aliran darah ku naik seketika, ku ambil kertas itu dan kuremukkan dengan kuat sampai bergumpal di tangan kanan ku.

Shitt..

Pria berengsek itu tak pernah berubah dari dulu selalu mempermainkan Mikha yang sudah sangat tulus mencintai nya.

Astaga teh.

Aku pun menghantarkan teh hangat untuk Mika yang sekarang sudah mulai membaik.

Arin's Wedding [COMPLETED] Telah Terbit Di Dreame.Where stories live. Discover now