Through His World

Prologue

Hujan kembali menerpa kota London sore ini. Beberapa orang berlalu-lalang di trotoar dengan payung. Aroma coklat hangat terasa begitu nikmat untuk indera penciumanku. Aku menopang dagu di atas meja café, sementara seorang lelaki di hadapanku tengah asyik mencorat-coret sesuatu di buku sketsanya dengan pensil HB. Sebuah penghapus dan pensil mekanik tergeletak di dekatnya, sementara ia terus menggambar.

Mata kelabunya yang tajam menatap fokus ke lembaran sketsanya. Sesekali ia mengecek telepon genggamnya, melihat contoh foto, lalu kembali menggambar. Pertama ia membuat coretan yang benar-benar berantakan, namun lama kelamaan, coretan itu membentuk sesuatu.

Seniman memang mengagumkan.

"Apa yang kau buat?" tanyaku penasaran.

Lelaki itu mendongak untuk menatapku, ia menaikkan sebelah alis. "Aku menemukan beberapa foto angsa dan kuda di Pinterest pagi ini, dan mendapat inspirasi untuk menggambarnya."

Aku tergelak kecil mendengarnya, lalu meraih cangkir coklat hangatku yang kini sudah tak panas. Menyesapnya sedikit, aku menatap gambar yang ia buat, dan teringat akan sesuatu.

"Hey, kau tahu? Aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kataku.

Lelaki itu menatapku penasaran, ia meletakkan pensilnya. "Ya? Apakah kau punya ide cerita baru?" Ia lalu menyesap coklat hangatnya.

Aku menggeleng. "Tidak. Ini adalah pengalamanku sendiri. Aku tak pernah menceritakannya pada siapa pun, dan kurasa aku akan menceritakannya padamu."

Ia menatapku tertarik. "Oh, benarkah? Apa?"

"Mungkin kau akan menganggapku gila setelah ini. Namun ini benar-benar nyata. Dan amat sangat aneh," kataku. "Semuanya bermula sejak setahun yang lalu, tepat seminggu sebelum aku bertemu denganmu."

"Oke. Lalu?"

Aku tersenyum tipis, melirik ke luar café sejenak. "Ini sebuah pengalaman yang aneh. Aku seperti pergi ke dunia lain. Namun ini nyata."

Kali ini ia mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

"Sebuah perjalanan," kataku sambil mengulas senyum tipis. "Perjalanan melalui dunianya."