Chapter 7

3K 206 29
                                    

Matahari pagi menelusup dari celah pepohanan dan dengan sengaja ikut juga mencoba masuk melalui celah- celah kelopak mataku. Suara-suara burung berkicau terdengar sangat riang dan aroma embun juga sudah menyeruak di penciuman. Kubuka sedikit mataku dan mendapati jendela yang tepat berada di samping ranjang ini sudah terbuka dengan lebar. Senyum terpulas di wajahku. Aroma khas pedesaan ini tak mungkin aku dapati saat kembali ke New York nanti. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan ini dan tak mendapati Draco dimanapun.

Kuambil iPhone yang terletak di nakas tepat di sampingku dan menyadari bahwa waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi. Aku tak pernah bangun sesiang ini sebelumnya. Tidurku terlalu nyenyak malam tadi. Kusentuh keningku lalu leher dan seluruh tubuhku untuk kemudian tersenyum. Harum tubuh Draco seakan masih menempel erat disana.

You're mine and I'm yours. Kalimat itu berulang kali terputar di otakku dan berulang kali pula senyuman itu menyembul di wajahku. Kuikat tinggi rambutku dan mengambil sweater abu-abu milik Draco yang pernah ia kenakan saat pertama kali aku bermalam di rumahnya.  Pandanganku berhenti pada siluet tubuhnya yang tengan berdiri di ruang tengah rumah ini. Ia berdiri dengan sedikit menyandar di doorsill yang menghadap taman sambil satu tangannya berada di dalam kantung celananya dan satu lagi memegang smartphone yang menempel di telinganya.

Suaranya terdengar rendah, tapi aku tahu ia tengah marah pada lawan bicaranya. Aku menunggu dengan sabar sampai ia menyadari keberadaanku. Sesaat kemudian ia berbalik dan menatapku. Senyumnya merekah.

"Kabari aku setiap perkembangan terbaru," ucapnya lalu menutup percakapannya.

"Sarapan?" tanyanya padaku yang kusambut dengan anggukan.

Aku mengikuti dirinya yang keluar menuju beranda lain di belakang rumah ini. Aku tercengang dan senyuman kembali terpancar di wajahku saat melihat danau cantik di belakang rumah ini. Sempurna. Sebuah meja panjang terbuat dari kayu dengan kursi-kursi bulat yang mengitarinya berada di beranda itu dengan sarapan yang sudah tersaji di atasnya.

"Selamat pagi, Miss Granger," sapa Pierce yang sudah berdiri di samping meja itu setelah meletakkan piring di atasnya.

Kutatap sarapan yang tersaji di atas meja itu. Apple- Cinamon French Toast, segelas kopi, dan teh serta bunga fressia di dalam sebuah vas kecil. Tatapanku beralih dari Pierce kepada Draco yang ikut menatapku serta menungguku untuk mengeluarkan suara. " Apple-Cinamon French Toast ?" tanyaku.

Draco mengangguk. "Mungkin tak seenak Sarabeth's," balasnya.

"Really, Malfoy?"

"Really, Granger."

Draco sudah duduk di kursinya begitupula dengan aku sementara Pierce masih berdiri di tempatnya lalu hendak meninggalkan tempat ini. "Kau tak sarapan bersama kami?" tanyaku pada Pierce.

Ia menggeleng. "Aku sudah sarapan. Mister Malfoy, Miss Hermione," ujarnya sambil mengangguk dan meninggalkan ruangan ini.

Kualihkan perhatian pada Draco yang sudah mulai menyesap tehnya. "Kau tak pernah sarapan bersama dengan Pierce?"

Ia menggeleng. "Pierce karyawanku."

"Lalu?" tanyaku lagi.

"Etika," balasnya cepat.

Aku mengerutkan dahi sesaat. "Aku juga karyawanmu."

Dia meletakkan roti yang baru saja hendak disuapkannya ke mulut lalu menatapku. Mata kelabunya seketika mengalihkan pikiranku. Terlalu indah.

"Kau karyawanku dan merangkap kekasihku, Granger. Masalah selesai."

Aku mengangguk dan membiarkan ego dari pria ini menang. Aku sangat menikmati sarapan kali ini. Benar kata Draco bahwa french toast ini tak selezat Sarabeth's namun aku dapat memakluminya, tapi pemandangan dan suasana serta harum embun yang bercampur dengan tanah basah di pagi hari membuat segalanya menjadi sangat istimewa. Senyumku tak henti terpulas di wajahku.

SkyscraperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang