Chapter 12 (End)

3.7K 226 20
                                    

Hermione Granger

Vesper

Draco dan aku memanggilnya Vesper. Jabang bayi yang bahkan belum tampak bentuknya seperti apa itu. Jabang bayi yang kami cintai bahkan sebelum kami dapat memeluknya. Dan Vesper menjadi pilihan kami untuk memanggilnya. Vesper Malfoy, begitu Draco menyebutnya
dengan senyuman terindah di wajahnya. Setiap nama atau panggilan memiliki arti dan jutaan doa di dalamnya, Vesper adalah pilihan tepat untuknya. Ada banyak arti untuk sebutan ini, pertama adalah bintang terang di malam hari layaknya Venus dan yang kedua adalah kidung malam. Seperti layaknya orang-orang taat yang selalu memuja penciptanya di malam hari. Vesper akan menjadi seperti itu di surga sana.

Aku tahu ini terdengar sangat konyol, tapi apakah kalian pernah mencintai sesuatu meski belum pernah memiliki bahkan melihatnya? Hal ini aku alami bersama Draco. Aku dan Draco seratus persen yakin bahwa kami sangat mencintainya meski tak pernah sekalipun mendekap erat tubuhnya. Jadilah kami sekarang, berdiri di kebun bunga kediaman kami di New Orleans dengan sebuah nisan mungil bertuliskan Vesper Malfoy, our beloved child . Sekali lagi aku akan mengatakan hal ini konyol karena tak ada jasad di makam itu. Draco hanya mengatakan bahwa hal ini adalah simbol bahwa meski waktu berlalu ia tak akan pernah terlupakan dan akan selalu diingat sepanjang hidup kami kelak.

Draco membungkuk untuk meletakan calla lily di atas nisan itu lalu kembali berdiri bersamaku. Tangannya melingkari pinggangku, pandangan kami beradu dan kami tersenyum.
Sudah lebih dari satu tahun sejak tragedi berdarah di kantorku. Sudah banyak sekali hal yang kami lalui. Diriku yang hampir gila serta teriakan-teriakan dari mimpi burukku di malam hari dan kekacauan di Malfoy Group-lah yang membuat kami bangkit. Aku berpikir Draco akan
meninggalkanku karena semua kegilaanku, tapi hal itu tak terjadi. Bahkan sama sekali tak terbersit di pikirannya. Oleh karena itu, aku bangkit. Aku mengikuti terapiku dan meminum semua obat serta menjalankan semua saran yang diberikan Harry padaku. Semua hal itu kulakukan demi Draco dan juga diriku. Karena aku tahu kami tak akan dapat bertahan bila tak saling mendukung satu sama lain.

Karena aku adalah dirinya dan dirinya adalah aku.

Draco semakin mengeratkan pelukannya padaku karena suhu semaki turun seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. "Let's go inside, wife," bisiknya padaku yang langsung kuiyakan.

Aku berada di dapur sementara Draco sudah meminta izin padaku untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Aku akan menyiapkannya makan malam dan ia akan berkutat di
ruang belajar rumah ini. Hal itulah yang biasa kami lakukan saat berada di kota ini semenjak menikah. Tunggu dulu, apakah aku belum menyebutkan bahwa kami telah menikah?

Draco Malfoy melamarku tak lama setelah ia yakin bahwa aku cukup waras untuk menjadi pendampingnya hingga maut memisahkan. Setelah ia yakin bahwa aku dapat lepas dari semua nikotin dan alkohol yang selalu menjadi teman baikku setelah kejadian itu. Kami menikah di sebuah gereja kecil di pinggiran kota London. Hanya dihadiri oleh sahabatku dan beberapa keluarga dekat Draco. Tak ada lampu sorot media dan hingar bingar para paparazzi. Begitu singkat namun sangat khidmat. Draco bukanlah pria dengan jutaan ucapan manis di bibirnya dan aku juga tak mengharapkan ia berubah menjadi seperti itu. Setelah pendeta mengesahkan ikatan kami, ia langsung menciumku dengan suka cita. Tak ada janji pernikahan yang sanggup
membuat pendengarnya tertawa atau berderai air mata.

Tepat setelah aku selesai makan malam, Draco memasuki ruang tengah rumah ini. Kami  memilih duduk di depan perapian dengan sebuah meja kecil di hadapannya serta karpet bulu tebal agar menjaga kami tetap hangat malam ini. Ia duduk berdekatan denganku setelah membereskan piring dan membawakanku teh hangat sementara ia membawa sebotol wine bersama dengan gelasnya. "Kau lelah?" tanyanya yang kujawab dengan gelengan.

"Hanya membayangkan bahwa kita tak akan kesini paling tidak beberapa bulan ke depan," ujarku.

Dia menyesap wine-nya lalu menarikku agar bersandar padanya. Punggungku bersandar hangat pada dirinya dengan tangan lembut Draco yang membelai rambutku.

SkyscraperDonde viven las historias. Descúbrelo ahora