II - Prisilia

3.9K 236 14
                                    

Alunan gitar terdengar indah di telinga siapa saja yang mendengarnya. Jari-jari lentik itu, dengan lihainya menari-nari di atas senar gitar. Dengan gumam-an pelan, perempuan itu ikut menikmati hasil petikannya sendiri.

Namanya, Prisil, kalau kalian mau tau. Gadis berusia 24 tahun yang masih asyik menjomblo. Sekarang, dia masih sibuk dengan dunia musiknya. Mulai dari gitar, piano, biola, sampai dj dia geluti. Kecintaannya pada musik memang tak dapat di tandingi. Tak jarang, melalui hobby-nya itu, ia mendapatkan uang banyak. Bahkan sekarang, ia sudah di kenal oleh banyak kalangan sebagai musisi muda nan cantik. Bagi Prisil; music is my life.

Saat ini, Prisil tengah berdiam diri di kamar barunya. Kamar yang bernuansa dark dan di penuhi oleh poster-poster penyanyi papan atas seperti Cold Play, Justin Bieber, Selena Gomez, dan masih banyak lagi. Rumah ini baru ia tempati sekitar 2 hari yang lalu. Rumah berukuran minimalis yang ia beli dengan jerih payah sendiri, ya, bagi Prisil, ini sudah lebih dari cukup. Dari pada hanya kost-kostan kecil seperti kemarin yang ia tempati? Mending ini kemana-mana. Iya, 'kan?

Hidup sendirian sejak umur 9 tahun, membuat Prisil mau tak mau, harus hidup mandiri. Itu tuntutan. Hidup dan dunia ini keras. Kalau ga berjuang, kamu kalah. Itu hukum alam yang pasti bagi Prisil.

Hidup dalam kesendirian tidak membuat Prisil terpuruk sedih. Itu justru memicu semangat Prisil untuk memperjuangkan hidup dan bertahan untuk menjadi lebih tangguh.

Sampai akhirnya, sebuah sepatu melayang ke arah balkon kamarnya dibarengi dengan teriakan yang menyerukan; "berisik woy!" hal itu membuat ketenangan Prisil bersama gitarnya terusik.

Dengan langkah malas, Prisil berjalan ke arah balkon, mengambil sepatu yang di lempar seenak jidat oleh seseorang dari sebelah rumahnya, lalu ia lempar balik ke arah rumah itu. Ibaratnya itu, seperti boomerang atau senjata makan tuan.

Orang yang tadi melempari Prisil sepatu, keluar. Prisil sedikit aneh melihat tingkah cowok itu yang tiba-tiba saja diam membeku. Lah? Kenapa lagi tu orang? Prisil membatin.

Lagi-lagi. Prisil semakin mengerutkan keningnya heran saat samar-samar mendengar gumam-an cowok itu. Kalau ga salah, cowok itu bilang; "Prilly?"

"Lah? Malah diem lo! Apaan sih lo pakai lemparin sepatu lo itu ke gue? Gue juga punya kali sepatu kayak gitu! Gausah pamer!" kata Prisil sewot. Prisil menatap galak cowok itu yang sedari tadi hanya diam memandanginya seolah tak percaya.

Prisil menajamkan pendengarannya saat pertanyaan asing dari pria itu terlontar, "kamu Prilly, 'kan?"

Prisil menatap aneh cowok itu, sebelum akhirnya memilih masuk kembali ke dalam kamar setelah mengucapkan; "Aneh, lo! Gue Prisil. P-R-I-S-I-L. Bukan Prilly."

***

Kaki jenjang Prisil memasuki area club. Club malam yang sering ia datangi. Bukan. Di sini, Prisil bukan sebagai PSK ataupun orang yang ingin berfoya-foya. Tapi, di sini, Prisil sebagai salah satu orang yang di percaya untuk menjadi dj. Bukan tanpa alasan Prisil menerima tawaran sebagai dj disini. Itu di karenakan, sebagai dj di sini, bayarannya sudah termasuk tinggi. Bahkan, bagi Prisil, terhitung sangat tinggi. Ya, selagi ada kesempatan, kenapa engga di ambil? Begitulah pikirnya.

Di godai oleh para lelaki hidung belang sudah sering Prisil alami. Memang risih. Tapi, mau bagaimana lagi? Itu sudah menjadi risiko, bukan? Prisil tau itu. Seengganya, prinsip Prisil; selagi kita masih tau batasan dan masih ingat dengan yang di Atas, kita pasti terlindungi. Terbukti. Selama 2 tahun bekerja di tempat ini, tidak ada kejadian buruk satu pun yang Prisil alami. Dan Prisil, bersyukur atas itu.

Sekarang sudah pukul 23.15. Club yang berada di daerah Kemang, Jakarta, ini semakin ramai di kunjungi para penikmat hiburan malam. Prisil semakin lincah menggerakkan tubuhnya sembari memacu alat dj-nya agar berdentum sesuai irama. Pemandangan kurang nikmat seperti; banyak orang yang bercumbu mesra dan mabuk-mabukan seperti orang gila, sudah menjadi pemandangan rutin Prisil tiap malam. Awalnya, Prisil merasa jijik. Tapi, lama-kelamaan, ia menjadi terbiasa.

Saat sedang asyik-asyiknya nge-dj, tiba-tiba, dari belakang, terasa tangan kokoh melingkari perut rampingnya. Hal itu tentu saja membuat Prisil kaget. Saat Prisil menoleh ke belakang guna mengetahui siapa yang tengah memeluknya saat ini, keningnya mengkerut. Kayak kenal. Tapi, siapa, ya?

Prisil menghempaskan sepasang tangan itu dari tubuhnya. Dengan kencang, Prisil menampar pipi pria itu yang berhasil membuat pria itu meringis kesakitan. Gimana ga sakit kalau pipinya terlihat merah lebam begitu? Tapi, peduli apa Prisil pada lelaki itu? Siapa suruh main peluk orang sembarangan? Rasain!

"Prilly! Please, jangan tinggalin aku, sayang,"

Prisil menepuk pelan keningnya. Ia baru ingat. Ternyata, lelaki ini adalah tetangganya. Tetangga barunya yang konyol dan aneh. Tetangga barunya yang tiba-tiba melemparinya sepatu dan menyebut dirinya sebagai Prilly. Mengingat nama itu, membuat Prisil penasaran. Prilly itu siapa? Apa hubungannya sama gue? Kenapa nih cowok manggil gue, Prilly? Sejenak, pikiran tentang dirinya yang mungkin memiliki wajah serupa dengan Prilly, kekasih pria itu, melintas di pikirannya. Tapi, dengan cepat ia buang jauh-jauh. Mana mungkin, 'kan, ga sedarah tapi bisa kembar identik? Mustahil banget. Mungkin nih cowok aja yang kelewat gila.

"Lo gila, ya?" tanya Prisil bergidik ngeri melihat wajah sayu lelaki itu. Diam-diam, Prisil melangkah mundur. Saat ini, Prisil benar-benar takut dengan pria di hadapannya ini. Bahkan, pekerjaannya sebagai dj saja sudah tidak ia pedulikan. Mau upahnya hari ini di potong pun, Prisil tidak peduli. Yang terpenting baginya saat ini adalah; terbebas dari pria gila ini. Itu saja.

Semakin Prisil melangkah mundur, semakin pria itu memajukan badannya. Mengikis jarak antara dirinya dan Prisil. Seringai yang menurut Prisil kejam, muncul di wajah tampannya. Prisil tak bisa mengelak jika lelaki di depannya ini tampan. Karena pada faktanya, memang seperti itu. Tapi tingkahnya yang seperti ini, membuat Prisil takut. Walaupun mendapat julukan 'cewek malam' dari teman-teman satu kampusnya, gini-gini, Prisil masih menjunjung tinggi harga dirinya.

"Iya, Pril. Aku gila. Aku gila karena kamu pergi ninggalin aku! Tapi akhirnya... kamu kembali, sayang. Aku tau kamu ga bakalan tega ninggalin aku. Iya, 'kan? Mulai saat ini, aku ga akan biarin kamu pergi lagi dari aku. Aku sayang kamu! Aku cinta kamu! Please, maafin aku."

Mendengar penuturan yang menurut Prisil aneh itu, Prisil hanya bisa diam membeku. Sumpah, ia tidak mengerti situasi ini. Sebenarnya, apa yang telah terjadi?

Saat masih asyik memikirkan apa yang sebenarnyaa terjadi, Prisil merasakan bibirnya tersentuh oleh sesuatu yang lembab dan kenyal. Dan...

Oh my god! Pria ini menciumku!!!

***

a/n

Freak?aneh?gaje? Bgt y kyknya wkwk. Maapin,efek ngantuk. Tapi gue gabut g tau mao ngapain jadi mending lanjut HL hehe. Ada yang kangen g? Btw,gue Aya y. Sahlanya lagi bobo hehe. Doain y biar gue sama Sahla lancar UAS nya! Buat kalian yang lagi UAS juga smoga lancar y! Raport nanti hasilnya memuaskan. Amin. Btw,gue lanjut pake hp ade gue njir;( hp gue rusak besok pen dikubur minta doa nya y smoga hp gue tenang di alam sana huhu padahal tu hp belom ada sebulan njir belinya sedih dah;( ok udah dulu curcol nya.

Jangan lupa vote comment! Smoga suka!😘 thanks.

-Aya
-Sahlaa

Jakarta,
05 Desember 2016.

Hai, Luka!Where stories live. Discover now