V - Awal Dari Semuanya

707 35 7
                                    

"Secinta itu lo sama Prilly?"

Ali terdiam, ia menyimpan sendoknya dan menatap Prisill dengan lekat. Ia tak tahu kenapa gadis di hadapannya ini sangat mirip dengan kekasihnya, apa jangan-jangan Prilly masih hidup?

"Iya, udah beberapa tahun gue hidup tanpa dia dan rasanya kayak ada yang kurang. Gue sayang sama dia, gue cinta dia, tapi Tuhan berkehendak lain. Takdir yang bikin gue kayak gini sekarang,"

"Mungkin, ini juga salah gue. Ini rasanya waktu Prilly masih hidup, gue nyesel. Seandainya gue bisa muter waktu lagi, udah gue lakuin sekarang juga supaya gue bisa sama-sama dia lagi." ucap Ali lirih.

Tubuh Prisill menegang. Ali benar-benar sangat mencintai sosok Prilly, dan itu sampai sekarang. Bahkan raga Prilly sudah tak bersamanya lagi.

"Lo harus bangkit." desis Prisill pelan.

Ali menaikan sebelah alisnya.

"Move on maksud lo?"

"Iyalah, lo juga punya hidup yang harus lo jalani. Lagian, kalo lo kayak gini terus Prilly juga disana pasti nggak suka."

"Susah,"

"Bisa kok, percaya sama gue."

"Tapi gue nggak bisa sendirian, Prisill." ucap Ali.

"Gue bakalan bantuin lo lupain Prilly, gimana?"

Ali hanya mengangguk pasrah kemudian kembali melahap baksonya. Sedangkan Prisill terlihat tengah tersenyum, bukan tersenyum seperti biasa namun tersenyum dalam arti lain.

***

"Ma, Mama tau tetangga yang di sebelah kita?" tanya Ali kearah Lia yang tengah memotong sayuran di dapur.

Ali menyenderkan tubuhnya ke tembok dengan matanya terus memperhatikan Lia.

"Yang mana?" tanya Lia.

"Anak perempuan yang mirip, Prilly." ucap Ali pelan.

"Mamau taukan?"

Lia berhenti memotong sayurannya lalu menatap Ali.

"Iya tau, tapi itu bukan Prilly."

"Kenapa Mama bisa tau kalau dia bukan Prilly?" tanya Ali memicingkan matanya curiga.

"Prilly udah kayak anak Mama sendiri, Mama punya feeling kalau dia emang bukan Prilly, Li." ucap Lia.

Ali menghela nafasnya jengah, pikirannya benar-benar kalut. Sebenci inikah dunia padanya, teka-teki apalagi yang harus Ali pecahkan saat ini?

"Felly mana, Li?" tanya Mamanya tiba-tiba.

Ali menatap Mamanya dengan tatapan datar.

"Nggak usah sebut nama dia di depan Ali lagi, Ma!" ucap Ali lalu pergi meninggalkan Lia yang terdiam.

***

Prisil melangkahkan kakinya menuju sebuah danau yang tak jauh dari rumahnya. Dengan headseat di kedua telinganya serta terpaan angin yang membuat Prisil kini memejamkan matanya menikmati alunan lagu yang ia dengarkan.

Dirinya yang kini tengah duduk di sebuah ayunan kayu pun mulai perlahan mirilekskan pikirannya yang terlalu mumet.

Ia juga tak sadar ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya, jaraknya dengan orang itupun tak terlalu jauh mungkin hanya beberapa meter saja.

Lelaki itu tersenyum kecil, ia lalu duduk di sebelah Prisil seraya meraih sebelah headseat milik Prisil.

"Gue juga mau dengerin dong lagi galau nih." ucap Jeff tersenyum kecil.

Prisil yang spontan membuka matanya pun menatap kesal kearah Jeff lalu memukul lengan lelaki itu cukup keras.

"Kampret lo! Ganggu aja pergi sanaa jangan ganggu masa tenang gue!" ucap Prisil.

"Yaelah, gitu banget lo sama gue." ucap Jeff memanyunkan bibirnya.

"Najis, so imut banget lo."

"Emang imut gue, Sil." ucap Jeff membela diri.

"Iya imut, mirip bayi babi." ucap Prisil lalu ia kembali memejamkan matanya.

Jeff hanya tersenyum kecil kearah Prisil, lelaki itu adalah Jeff Renandra. Lelaki humoris yang selalu ada di setiap senang maupun sedih di kehidupan Prisil. Sosok sahabat yang selalu menjadi andalan Prisil.

Jeff segalanya bagi Prisil, begitupun sebaliknya. Mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain, bahkan kedekatan keduanya dianggap lebih dari sekedar sahabat oleh orang-orang.

"Sil."

"Hm."

"Prisil."

"Hmm."

"Prisil."

"APAAN JEFF?!!" ucap Prisil sedikit berteriak karena jengkel dengan sikap Jeff yang mengganggunya ketika dirinya hendak tertidur.

"Ini siapa?" tanya Jeff menunjukan sebuah foto polaroid kepada Prisil.

Prisil yang tadinya menunjukan wajah jengkel kini berubah menjadi terkejut, ia dengan cepat meraih foto itu dari tangan Jeff.

"Jelasin ke gue, Sil." ucap Jeff menatap mata Prisil.

Prisil menghela napasnya, ia bingung harus bagaimana. Bahkan, senakal-nakalnya dirinya ia paling tak bisa berbohong pada orang-orang tersayangnya. Apalagi pada Jeff, seseorang yang selalu Prisil harapkan.

"Jeff." ucap Prisil memohon.

Jeff menggelengkan kepalanya, matanya seolah mengisyaratkan jika Prisil harus menjelaskan foto polaroid itu. Dimana disana terlihat dua orang perempuan dengan rambut terkepang dua berfoto ceria kearah kamera.

Dan yang membuat Jeff heran adalah ketika Jeff menyadari jika wajah mereka...serupa.

"Dia, saudara kembar gue." ucap Prisil pelan bahkan sangat pelan namun itu masih terdengar oleh Jeff dengan jelas membuat lelaki itu membulatkan matanya terkejut.

***

hallo semuanya, apa kabar nih? hehe
ada yg nunggu ini? atau ada yg kangen?
maaf ya ceritanya di gantung sampe bertahun-tahun huhu
karena kesibukan masing-masing jd emang bener-bener hiatus di wp huhu
tp ini aku lanjut tp maaf kalo sedikit ya hehe
semoga suka dan jgn lupa vote dan commentnya ya babay❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 05, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hai, Luka!Where stories live. Discover now