Badai #2

16.5K 705 85
                                    

Sebuah cerbung oleh Rizqy Fardhany Sulton

"Mas teganya kau menamparku hanya karena wanita jalang itu!" Jerit Liana terisak.

"Plak!" Bram kembali menampar pipi Liana.

"Plak!" Liana membalas tamparan Bram. Seraya meninggalkan Bram di kamarnya.

Malam itu hujan turun begitu deras di pesisir Pantai Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap. Liana keluar dari rumahnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari bibir Pantai Teluk Penyu.

"Mas kau akan menyesal telah melakukan ini padaku! Lihat saja nanti!" Liana berteriak ke arah deburan ombak malam di tengah guyuran hujan deras sambil menangis.

"Mas Bram brengsek! Akan kubalas sakit hati ini mas!" Liana berteriak keras diantara derasnya hujan dan bunyi deburan ombak tengah malam itu.

Pantai Teluk Penyu begitu sunyi di tengah malam ini. Hanya ada beberapa nelayan yang nampak di perahunya. Liana masih duduk di salah satu perahu milik salah satu nelayan yang ditinggalkan di bibir pantai. Liana menangis tersedu sedan. Bibirnya bergetar, sekujur tubuhnya basah oleh guyuran air hujan tengah malam. Tangisannya tersamar oleh hujan dan suara deburan ombak. Berjam-jam Liana menangis hingga tubuhnya menggigil kedinginan. Ditatapnya langit yang gelap segelap hatinya. Hujan deras telah berganti rinai hujan dan hembusan angin malam yang menusuk tulang.

Liana beranjak dari tempat duduknya di perahu nelayan. Jalannya terhuyung diantara pijikan kakinya yang menempus pasir hitam pantai Teluk Penyu. Liana menatap sekitarnya begitu sunyi hanya ada bunyi deburan ombak dan beberapa tukang ojek yang bercengkrama di pinggir jalan menanti penumpang turun dari bus malam.

Liana berjalan menuju pintu rumahnya yang nampak dari kejauhan. Liana segera memasukkan kunci dan memutar gagang pintu hingga terbuka. Liana menuju kamar mandi membersihkan sisa-sisa pasir pantai di kakinya. Liana masuk ke kamarnya, dilihatnya Ara sedang tidur pulas.

"Ara, maafkan mama ya sudah meninggalkanmu sendirian di rumah." Liana terisak.

Liana segera mengganti baju basahnya dengan baju kering di lemari. Liana tak melihat ada sosok Bram.

"Apa Bram juga ikut pergi? Setelah pertengkaran tadi. Ah peduli amat dengan lelaki sialan itu!" Liana bicara sendiri sambil mengganti bajunya dengan baju piyama.

Liana naik ke ranjang. Dilihatnya Ara yang berusia 3 tahun sedang tidur sangat pulas. Liana bersyukur Ara tak terbagun mendengar pertengkaranya dengan Bram.

"Ah! Bram kenapa kau menghianatiku?" Liana kembali menangis.

Liana teringat hari-hari bahagianya bersama Bram. Hari pertama ketika Bram menikahinya, Liana begitu bahagianya meskipun awalnya ibunya Liana juga tak setuju Liana menikah dengan Bram karena Bram mantan pemabuk. Bram berjanji berhenti meminum air haram sejak menikah dengan Liana. Liana sangat bahagia di awal-awal pernikahannya Bram begitu menyayanginya dan memanjakan Liana. Hingga Liana menyerahkan semua tanggung jawab di perusahaan yang Liana rintis pada Bram. Liana menyerahkan jabatan Direktur Utama pada Bram dan memilih menjadi istri Bram yang tinggal di rumah mengurus keperluan suami. Liana begitu mempercayai Bram. Hari dimana Liana hamil pertama adalah hari terindah dalam hidupnya.

Bram semakin menyayangi Liana ketika Liana hamil anak pertama. Bram selalu menuruti apa saja keinginan Liana meskipun aneh-aneh nyidamnya Liana. Sempat ketika di tengah malam, Liana sangat menginginkan roti bakar. Liana merengek minta roti bakar. Serta merta Bram keluar di malam hari mencari penjual roti bakar. Ternyata tak ada penjual roti bakar di tengah malam yang masih jualan. Bram membeli roti tawar, selai, mentega dan coklat toping di swalayan 24 jam di dekat rumahnya untuk dibuat roti bakar. Bayangkan malam itu hujan sangat deras, tapi Bram tetap nekat untuk membelikan roti bakar untuk Liana.

Sang Virus - Wanita Masa Lalu Suamiku Versi Romance Where stories live. Discover now