Chapter 7: Really?

6.4K 617 86
                                    

Hai semua! 1K Reader! Yeayy.. Lagi-lagi aku mau ngucapin terima kasih buat semua yang sudah baca. Dan juga yang udah vote dan comment. I really appreciate that :) So this is Chapter 7.. Happy reading^^


***********


Hari ini Hermione bangun lebih pagi. Entah mengapa jam 5 pagi dia sudah menyibukkan dirinya di dapur. Dia tengah memasak sarapan untuknya dan Jackson. Hari ini dia dan Jackson akan pergi ke rumah orang tua Hermione. Seperti yang biasa mereka lakukan jika Jackson datang ke London.

Ketika dia tengah merebus sayur-sayuran untuk salad, terdengar ketukan dari pintu rumahnya. Dengan segera Hermione mematikkan api kompor lalu membuka pintu rumahnya.

"Harry?" pekik Hermione saat melihat siapa yang bertamu ke rumahnya sepagi ini.

"Hermione.." seru Harry lirih. Matanya sedikit menyimpan kepedihan disana. Entah kenapa fakta tentang Hermione yang menyembunyikan pertunangannya membuat hatinya sakit.

"Boleh aku masuk?" tanya Harry. Hermione hanya diam dan kaku melihat ekspresi Harry yang tidak biasa. Dia mulai berfikir kalau Draco Malfoy telah memberitahukannya tentang pertunangannya.

"Ya. Tentu saja." Hermione bergeser dari pintu lalu mempersilahkan Harry masuk. Harry pun segera duduk di sofa.

"Kau mau minum? Teh? Kopi?" tanya Hermione yang mencoba mencairkan suasana. Tidak pernah dia melihat Harry dengan wajah seserius itu.

"Tidak perlu. Aku ingin berbicara denganmu, Hermione. Duduklah." Ujar Harry yang menyuruh Hermione duduk disampingnya. Dengan sedikit menelan ludah, Hermione pun akhirnya berjalan mendekati Harry dan duduk disampingnya.

"Kenapa, Hermione?" tanya Harry yang mulai membuka pembicaraannya. Suaranya begitu lirih.

"Kenapa kau menyembunyikan pertunanganmu dariku?" Harry akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang menjadi alasan dia ke rumah Hermione.

"Maaf, Harry. Ada beberapa alasan yang membuatku menyembunyikannya darimu." Ujar Hermione yang tertunduk. Dia tidak berani menatap mata Harry.

"Jelaskan padaku semuanya!" ujar Harry dengan suara yang naik satu oktaf. Hermione sedikit bergidik. Air matanya mulai mengalir dipipinya. Dia tidak menyangka kalau Harry akan semarah ini.

"Aku dijodohkan dengan Jackson. Itu yang membuatku tidak ingin memberitahukannya kepadamu." Ujar Hermione akhirnya. Harry terbelalak mendengarnya. Dijodohkan? Mengapa Hermione menerimanya? Bukankah Hermione adalah sosok orang yang tidak pernah ingin diatur? Dan tunggu. Jackson?

"Jackson? Jangan katakan dia adalah Jackson Albert!" Harry berbicara terburu-buru untuk memastikan kalau pemikirannya salah. Hermione hanya terdiam dan tertunduk.

"Jadi kau bertunangan dengan Jackson Albert? Jackson Albert yang kupukul wajahnya dan kusiram tubuhnya dengan air sewaktu kelas 3 sekolah dasar karena dia menghina rambutmu?" tanya Harry yang kembali memastikan. Hermione sedikit terkekeh mendengarnya. Dia mengingat betul kejadian itu dan tidak akan pernah dilupakan olehnya seumur hidupnya.

"Ya. Dia adalah Jackson Albert yang sama." Balas Hermione. "Sepertinya dia merindukan pukulanku. Dimana dia? Biar kuhajar kembali wajahnya." Tanya Harry yang mengedarkan pandangannya ke sekeliling Hermione.

"Sudahlah. Kau ingin mendengar penjelasanku atau tidak?" tanya Hermione yang mulai naik pitam. Harry pun kembali fokus menatap wajah Hermione lalu kembali memasang wajah dinginnya. Entah dia mempelajari sikap dingin itu dari siapa.

"Aku dijodohkan dengannya sekitar 3 tahun yang lalu. Kami bertunangan tahun kemarin. Aku menerima tawaran perjodohan ini karena aku merasa berhutang budi dengan orang tua Jackson." Lanjut Hermione yang mulai mengalirkan air mata kepipinya.

My GrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang