Chapter 19: The Wedding

8.6K 593 388
                                    

Hello semuanya! Ah gak nyangka kita sudah di penghujung cerita. Sengaja dilanjut lebih awal supaya gak lupa. Buat yang nunggu The Name of Love mohon bersabar yaa hehe.. Lagi proses pengetikan kok. :*

Sebelum itu. Aku mau ucap terima kasih buat semuanya yang udah  setia sama cerita My Granger. Kalau gak ada kalian, cerita fildza gak akan jadi apa-apa :") Pokoknya kalian ter debesss!! Oke langsung aja yaa. Enjoy the last part^^

***********


3 hari berlalu. Draco seperti tidak ingin waktu berjalan cepat. Seakan menghabiskan masa-masa kesedihan yang sementara ini menjadi kesedihan abadi seumur hidupnya. Dia tidak ingin rasa memiliki Hermione hilang dengan cepat. Hermione adalah miliknya dan akan selalu begitu.

Dirinya kini tengah menatap ke arah jas yang sudah di pesannya untuk hadir di pernikahan Hermione. Dia tidak yakin akan memakai jas itu atau tidak. Dia tidak yakin akan datang ke pernikahan Hermione atau tidak. Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam pikirannya.

Ibunya, Blaise, Daphne, bahkan Harry Potter datang ke rumahnya dan membujuk Draco untuk bangkit dari kesedihannya dan mencari gadis lain. Dia tampan. Siapapun ingin menjadi istrinya. Tapi hanya satu jawaban yang diberikan Draco. Tidak.

Draco selalu menggeleng dan mengatakan Tidak. Baginya, Hermione adalah segalanya. Dan Hermione akan selalu menjadi cintanya. Sampai akhir hayatnya, dia akan terus mencintai Hermione. Dia tidak akan menikahi siapapun atau mencintai siapapun. Dia akan menunggu sampai semuanya berakhir, berharap Tuhan akan mempersatukan dirinya dengan Hermione di alam setelah kematian.

Draco berjanji akan hidup bersama Daniel. Dan itu cukup baginya. Dia akan membesarkan Daniel sebagai anaknya dan akan hidup bersama kenangan Hermione. Selamanya.

*

Di satu sisi. Jackson tengah duduk di pelataran rumah Hermione. Dia tengah menghirup udara segar pagi hari yang menyejukkan. Kedua tangannya bertumpu pada kedua sisi kursi goyang yang digunakannya. Matanya terpejam dan pikirannya berkecamuk.

Hermione, orang tua Hermione, dan orang tuanya sedang mengagumi gaun pernikahan Hermione yang baru saja datang. Dan mereka ingin Hermione mencoba gaun itu. Dengan senang hati, ia pun menuruti dan sekarang mereka tengah meributkan betapa cantiknya Hermione dengan gaun itu. Sedangkan Jackson hanya tersenyum sebelum akhirnya keluar.

Jackson tengah mengingat-ingat kembali kejadian demi kejadian yang telah dilaluinya. Setiap hari pikirannya terus berkecamuk karena satu pemikiran yang merupakan fakta. Draco mencintai Hermione, dan Hermione mencintai Draco. Dia tidak memungkiri betapa kuatnya cinta mereka berdua. Dia sadar dan dia tahu.

Dimulai sejak pertama kali Jackson bertemu dengan Draco di rumah Hermione. Jackson langsung tahu kalau Draco tidak menganggap Hermione hanya sebagai temannya seperti yang Hermione bilang saat itu. Dan pada malam itu, ada raut kekecewaan, keterkejutan, dan kesedihan di waktu yang sama di wajah dan pemikiran Draco. Dan Jackson dapat membaca pikiran Draco yang mengatakan kalau dirinya sangat mencintai Hermione dan amat kecewa karena Hermione telah memiliki tunangan.

Jackson memang memiliki bakat membaca pikiran sejak dulu. Tapi hanya dirinya yang tahu. Bahkan orang tuanya tidak tahu kalau Jackson memiliki bakat ini. Selama ini Jackson selalu menggunakan kelebihannya untuk kebaikan. Tapi melihat Draco pada malam hari itu, timbul rasa jahil di dalam diri Jackson. Saat itu ia sangat merasa beruntung karena memiliki kemampuan itu.

Pada malam itu, Jackson juga menyadari kalau bukan hanya Draco yang memiliki perasaan lebih, tapi juga Hermione. Dia membaca bagaimana rasa nyaman yang di rasakan Hermione saat bersama Draco. Rasa itu adalah rasa yang tidak pernah dilihat oleh Jackson. Terlebih saat Hermione bersama dirinya. Rasa nyaman itu hanya ada saat Hermione bersama orang tuanya dan Harry Potter. Namun hari itu Jackson mendapati Hermione merasakan hal itu dari orang lain, dan orang itu adalah Draco.

My GrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang