#9 You're Name

1.9K 114 5
                                    

Pergelutan ku sekarang adalah dengan selang ditangan berniat mencuci mobil sebelum sesaat mengeratkan topi ku.

Bukaan kaca jendela mobil membuatku terkejut mengetahui siapa yang ada di dalam sana.

HOT DADDY!!

"Eh, Bapak?" Kataku kaget setengah senang melihat nya balas tersenyum padaku.

"Saya gak tau, kamu kerja disini juga."

Mendadak aku salah tingkah dengan apa yang dilakukan nya, dia menatapiku sedikit lebih lama dari biasanya, membuatku gerogi dan memaki penampilan ku yang enggak banget ini.

Di matanya aku mungkin aneh.

Mungkin.

Tidak. Luhan dulu pernah mengatai ku aneh soal pakaian yang kupakai ini.

Ahhkk!! Kenapa aku jadi gak pede gini??

Aku memutuskan untuk mengerjakan apa yang harus ku kerjakan. Mencuci mobil.

Butuh waktu hampir lebih sepuluh menit untuk membereskan semuanya.

"Kamu bekerja terlalu keras." Suara di belakang ku membuat ku menoleh. Kudapati sosok gagah si tampan itu tengah berdiri dibelakang ku.

"Benarkah?" Kupaksa diriku untuk tertawa, walau kikuk. Aku senang dia ternyata memperhatikan ku.

Oh, demi Tuhan. Terima kasih.

"Aku mau mengajak kamu keluar, ada waktu?"

Aku terkesiap ketika mendengar bahasa nya tidak lagi formal, tiba-tiba harapan ku membumbung tinggi.

Tentu saja, ajakan keluar yang disebutkan nya tadi membuatku berseri-seri.

"Ada. Selalu ada." Aku terkekeh, malu sendiri.

Dia ikut terkekeh kecil, mungkin dia geli dengan sikapku? "Aku tunggu sampai kamu selesai kerja di sini,"

Gak ada yang lebih membahagiakan dari pada ditungguin orang ganteng.

Akhhh!!! Mama!!! Anakmu terbang~~~~

*~*

Selesai menyelesaikan perkerjaan ku.

Kami pun saling duduk berdampingan didalam mobil dengan aku yang berada di sebelahnya.

Omaygat.

Aku di ajak keluar sama hot daddy yang sexy. Mimpi apa aku kemarin malam. Huaaa~~

"Menurut kamu, seafood atau sushi?" Dia bertanya dengan pandangan tak teralih dari jalan raya.

Aku dengan segera memilih pizza.

Dia tertawa mendengar permintaan ku. "Pizza?? Kamu mau kita makan malam dimana? Di rumahku? Atau dirumah kamu?"

Wajahku seketika merona karena kalimat terakhirnya. Well, kalau tidak ada si Lisa, aku akan dengan senang hati mengajaknya ke rumah. Tapi tidak. Aku tidak mau menjalin hubungan seperti itu.

Bila di rumahnya, errr... Aku ragu, si iblis kecil dapat membiarkan ku nyaman di sana.

"Di sini aja." Kataku akhirnya.

Dia menatap ku bingung, "Apa?"

"Di sini. Di mobil." Jelasku.

Kening nya mengernyit. "Kenapa?"

"Ada suatu tempat yang bagus, kita bisa ke sana." Saranku dengan menunjukkan senyuman.

Dia tidak berbicara lagi dan menuruti ku.

Tidak butuh waktu lama, kami pada akhirnya sampai di tempat dimana aku selalu merasa tenang.

Sebuah tebing yang memperlihatkan sebuah pemandangan kota kemerlap lampu malam hari yang terlihat begitu sangat indah.

Dia keluar kemudian setelah menelpon pengantar pizza.

Turun dari mobil dan mendekat ke arahku, dengan ceria aku menunjuk pemandangan di sana. "Kayak bintang, bagus kan?"

Dia sejenak diam memperhatikan dan mengangguk membenarkan. "Cantik."

"Iya kan?" Aku gembira dengan respon baiknya.

"Ini tempat rahasiaku," kataku memberitahu. "Bapak adalah orang pertama yang ku ajak kemari,"

Dia menunjukkan senyuman kecilnya yang kubalas dengan kerlingan takjub. Oh Tuhan! Dia ini malaikat dari mana sihh??

Aku tidak pernah bosan memandang nya. Ahh~ rasanya ingin sekali waktu berhenti berputar dan mengabadikan senyuman manis itu. Bila perlu ku museum kan dan ku simpan rapat-rapat di tempat yang paling rahasia sehingga hanya aku yang tau.

Aku terpesona entah untuk keberapa kalinya. Aku rasa diriku sudah terlalu jatuh mencintai pria tampan dihadapanku ini.

"Oh Sehun."

Aku mengerjepkan mata beberapa kali, menatap tidak mengerti ke padanya.

Dia menoleh, dan tersenyum tipis ke arahku, "Itu namaku, ...rasanya aneh, kita sudah bertemu berulang kali tapi belum pernah sekalipun berkenalan,"

Mendadak senyumku merekah sempurna. "Diana Nayarala." Kataku senang. "Senang berkenalan dengan mu, Pak!"

"Aku tidak setua itu, berhenti memanggilku Bapak,"

"Benarkah? Lalu anak bapak yang itu~"

"Itu kecelakaan masa lalu, aku masih belum bisa mengendalikan sikap ku dulu,"

"Oohh~ laki-laki itu memang brengs*k yah?" Kikik ku geli, terkesan tengah mengejek nya.

"Aku bertanggung jawab."

"Benarkah?"

"Ya."

"Bagus lah,"

Dia menatapku, "kenapa?"

"Aku jadi tak perlu menyembunyikan perasaan ku sama bapak. Bapak harus bertanggung jawab karena sudah membuat anak orang jatuh hati begini,"

"Apa kamu sedang menyatakan cinta?"

"Menurut mu?" Kekeh ku setengah geli.

Mendadak aku ingin berteriak dan kabur darinya. Berusaha bersikap cool di depannya untuk menjaga image malah keceplosan menyatakan perasaan lagi!??

Diana! Berhenti berkata keren dan bilang aja lo cinta mati sama dia!! Kenapa malah pake bahasa belibet gituu???!!!

Akhh!!! Aku malu!!!

Tuhan, sembunyikan aku di tanah atau dilautan, plisss. Aku malu dengan sikapku sendiri.

Omaygat!

Hot Daddy!Where stories live. Discover now