#21 You're Beautiful

1.7K 91 3
                                    

Sumringah , aku membuatkan beberapa kopi untuk para pelanggan yang datang. Ingatan akan Sehun di apartemen tempo hari sesekali membuat pipiku merona.

Walau beberapa kali aku mengutuki diri sendiri karena dengan tidak ada sopan nya menyosor pipi orang , entah kenapa aku bahagia mengingat bahwa Sehun tidak keberatan sama sekali , dia bahkan meminta ciuman lagi yang kemudian menyentuhkan jarinya di bibir.

Sebagai perempuan normal , aku menolak tegas apa yang dia inginkan. Well aku tidak ingin munafik sebenarnya , tapi apalah dayaku Tuhan?

Bahkan aku sama sekali tidak tau cara nya berciuman.

Perihal aku mencium pipi nya waktu itukan gegara dia yang begitu menggemaskan hingga tanpa sadar tubuhku bergerak lebih dulu dari pada otakku.

Bahkan mengingat insiden memalukan itu pun , dadaku kembali berdebar –gemas sendiri– , dan sekarang makin berdebar gila ketika sosok itu muncul dengan cengiran yang demi Tuhan sebelum nya tak pernah ia tunjukkan padaku.

Perlukah aku bersyukur?

Aku kali ini malah gugup jika berhadapan dengan nya , aku gerogi dan beberapa kali membenarkan seragam ku yang sepertinya sudah kesempitan , dan demi apa aku sekarang tengah memperhatikan penampilan ku??

"Copuchino nya , satu."

Aku mengangguk kaku , segera membuatkan apa yang dia pesan kemudian menggeser gelas kopi  mendekat padanya. Bahkan untuk melihat nya saja , aku tak mampu.

Jantung. Tenanglah.

Mengapa diriku berubah jadi malu-malu nying-nying seperti ini?

Ini bukan gayaku.

"Kamu cantik."

Mendadak aku mendongak , menyerukan keterlambatan ku mencerna dua kata yang tadi ia suarakan. "Apa?"

Dia terkekeh.

Mengacak-ngacak rambut ku gemas. Tapi tiba-tiba dia mengumpat merasakan jengah begitu rambut kelam sepanjang punggung ku ini di berantakkan olehnya. "Sial! Kenapa kamu tetap cantik?"

Aku membuka setengah mulutku. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.

Begitu ia kembali membenarkan ekspresi sebalnya, dia menunjukkan gelas kopi yang di buatkan olehku kemudian mengucapkan terima kasih.

Aku bahkan hampir pingsan saat dia tersenyum manis dengan sengaja mengedipkan satu matanya padaku membuat hidung ku kehilangan oksigen seketika.

*~*

"Kenapa lu senyam-senyum mulu?" Lisa mendadak kesal saat mendapati Diana dengan tidak tau situasi nyengir gak jelas sedari tadi.

"Menurut lo , gue cantik gak?" Ia membalikkan badan nya menghadap Lisa yang sekarang tengah di pusingkan kerjaan kuliah.

Lisa memandangi Diana malas. "B aja."

"Serius?"

"Kalo lu cantik , lu gak bakalan jones dari lahir."

Biasanya Diana akan marah dan mengomel ketika semprottan kata-kata menyebalkan Lisa terdengar menyinggung status 'Jones Abadi' nya.

Tapi hari ini mood Diana tengah seratus delapan puluh persen bahagia. Dan kalian pasti tau , siapa sumber dari segala keidiottan Diana sekarang ini.

"Beneran gue biasa aja?"

Lisa memutar bola mata malas menjawab. Diana dengan tiba-tiba memberataki rambutnya asal yang membuat penampakkan nya kali ini horror dimata Lisa. "Kalo gini?"

"Gila lo yak? Belum minum obat?"

"Aku cantik." Seperti tak mendengar omelan dari teman sekolah juga seapartemen nya itu , Diana memilih memasuki kamar seraya melangkah bagai menari ke kamarnya sendiri. "Aku seperti bidadari. Kyaaa~~"

"Sarap! Tuh bocah kesurupan jin atau salah makan, sih?!" Lisa kembali mengomel , memandang ngeri kearah Diana yang gak seperti biasanya.

Kemudian ia menggerutu tidak jelas yang membuat mood nya hancur untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Dia tak pernah menyangka kejonessan sahabat nya dari lahir itu menjadikan seorang Diana yang pintar dan pekerja keras berubah idiot mendadak.

Dan saat ini Lisa berucap syukur seribu kali karena telah mendapatkan Luhan sebagai pacarnya. Dia tidak mau tertular virus 'orang gila' yang di derita Diana.

Jones itu berbahaya ternyata.

Hot Daddy!Where stories live. Discover now