SYARAT

14.2K 686 24
                                    

rasa sakit itu mengusik tidurnya. 

sangat sakit...

dan panas.

benar-benar panas  seakan ada api di dalam perutnya. rasa sakit yang melumpuhkan harga diri.  taka menjerit sekuat yang ia bisa dan mengerang memegangi perutnya yang terasa terbakar oleh sesuatu di dalam sana. keringat dingin mengucur deras  di kheningnya saat ia meremas selimut sekuat yang ia bisa. pelatihan sebagai seorang pengawal pribadi tak bisa membantunya untuk meredakan rasa sakit yang ia alami saat ini. 

waktu seakan berjalan lama, saat rasa sakit itu menyerang tubuhnya, tak ada yang dapat taka lakukan selain tetap berada di atas pembaringan merasakan sakit . seluruh otot-otot di tubuhnya mengeras dan menegang , napasnya tersendat-sendat, bukanya taka tak mampu menggerakan tubuhnya, di dalam kedaan sakit itu tubuhnya memberi sinyal agar dirinya tidak banyak bergerak, karna setiap kali ia menggerakan tubuhnya rasa sakit yang jauh lebih sakit akan semakin menderanya, karna itu yang taka dapat lakukan saat ini hanyalah merasakan rasa sakit yang ia rasakan, dan mencoba untuk bertahan, hingga semampunya.

 dan di saat pandangannya mulai berputar, tubuhnya di penuhi oleh peluh . jari-jari yang mencengram perutnya dengan kuat, gemetar. di saat pikiranya mulai bersiap mengibarkan bendera putih.

rasa sakit itu menghilang...

hilang secara tiba-tiba.

jika saja, tubuh taka tak lemas, napasnya tak memburu seakan ia telah berlari ratusan kilo tanpa henti, taka akan berfikir sakit itu hanya sebagian dari mimpinya saja. tapi faktanya itu bukan mimpi. ia masih bisa merasakan sisa -sisa rasa panas yang berangsur-angsur menghilang. otot-otot yang sejak tadi menegang dan mengeras kini mulai mengendur dan membuatnya benar-benar lemas di buatnya. kepalanya masih berdenyut.

dengan tubuh yang sempoyongan taka keluar dari dalam kamarnya mengabaikan dirinya saat ini tanpa busana, ia bahkan tak memparhatikan ukuran kulkas serta warnanya telah berubah dari biasanya. yang ia inginkan saat ini menenggak segelas air dingin untuk tengorokanya. ia tahu air es tak baik untuk tubuhnya yang sedang kelelahan saat ini, tapi ia menginginkan  air itu membasahi tenggorokanya saat ini.

dan saat ia mulai menenggak minuman itu, dan merasakan kesejukan yang jatuh kedalam perutnya. ia merasakan gelombang kesegaranya telah kembali. meski ia sedikit was-was, akan kemunculan rasa sakit itu lagi. tanpa sadar ia memegang perutnya.

dan termangu di tempat. Tawa konyol muncul di wajahnya saat menyadarai, kalau dirinya berada di ruang utama kamarnya, tanpa busana, di pagi hari. hal ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. meski itu kamarnya dan ia tinggal seorang diri, namun taka selalu menjaga kesopanan di sana. dan saat ia mengembalikan botol minum ke dalam kulkas, barulah ia menyadari kulkas kecilnya telah tumbuh tinggi setinggi dirinya, dan warna biru laut yang mulai memudar itu telah berubah menjadi warna silver gelap dengan gagang pintu berwarna perak. dan bukan hanya itu, kulkas kecil satu pintu itu telah bertranformasi menjadi kulkas dua pintu, kiri dan kanan seperti sebuah lemari pakaian kecil.

taka memandangi kulkas kecil nya dan menghela napas dalam-dalam memaki dirinya, dan berkata pada diri sendiri.

" kulkas itu benda mati, dan mereka tak akan tumbuh  dan berubah." makinya, menyadari bahwa itu bukan kulkasnya lagi, nampaknya kakak pertama telah melakukan perubahan kecil di ruang dapurnya ini. lagi-lagi tanpa seizinya.

taka mendesah, ia tak mau memikirkan banyak hal untuk saat ini, karna ia ingin segera membasuh tubuhnya dari keringat. ia meninggalkan ruang utama, menuju pintu ke ruang transit. dari sana ia segera masuk kekamar mandi. ia menoleh ke arah bathup yang masih di penuhi bunga di sana, aroma wangi bunga mengodanya untuk merendam dirinya di sana diantara kelopak bunga yang mulai layu.

BURUAN CANTIK KUWhere stories live. Discover now