●◎7◎●

328 46 6
                                    

7. Persiapan

"Kepribadian ganda?"

Tsukishima mengangguk. "Saat tadi di Dunia Phantasm... kau terlihat seperti anak kecil. Dan saat kau bertemu Oikawa (kalau tidak salah namanya) sikapmu berubah menjadi dingin. Lalu sekarang kau bersikap sangat khawatir dan perhatian." Tsukishima menjelaskan.

"Begitukah?" Gumam Sugawara menyengir, kemudian, "Pfft, hahahahaha!!!" Sugawara menutup mulutnya dan tertawa terbahak-bahak. Tsukishima hanya diam, tidak tahu alasan kenapa Sugawara tertawa. "Apanya yang lucu?"

"Baru satu jam menjadi anggota resmi, kau sudah sadar tentang kebohongan kepribadian ganda. Yang membuatnya lucu itu kaulah yang pertama kali menyadarinya!" Jelas Sugawara di sela-sela tawanya. "Iya, aku sebenarnya tidak punya kepribadian ganda." Sugawara membalikkan badannya. "Dan aku tidak berbohong karena mereka yang menganggapku punya kepribadian ganda."

"Kemudian?" Lanjut Tsukishima, melihat ke jalanan yang tidak begitu ramai, dengan anak-anak kecil yang bermain bola.

Sugawara meregangkan tangannya. "Yah, jika kau ingin tahu, sikapku sebenarnya yang dibilang oleh orang-orang itu 'perhatian seorang ibu', seperti yang aku lakukan kepadamu barusan." Sugawara terkekeh sendiri. "Aku tidak menyangka kalau aku bisa dijuluki seorang ibu."

"Tapi gara-gara aku terlalu lemah lembut, semua orang terlalu khawatir kepadaku. Tersandung sedikit saja Tanaka dan Nishinoya langsung memberikanku kotak medis."

Sebuah bola pun menggelinding di depan Sugawara. "Om! Bolanya dong, tolong dioper!" Seru salah satu bocah di seberang jalan. Sugawara menyengir, lalu menendang bolanya. "Yosh, hati-hati, mainnya jangan ke tengah jalan ya!" Bocah-bocah itu berterima kasih lalu kembali bermain.

"Terus, aku memutuskan untuk menjadi lebih kekanak-kanakan lagi, dan lebih 'tidak tahu malu'. Eh, Daichi malah menganggapku mempunyai kepribadian ganda." Lanjut Sugawara dengan tawa di akhirnya.

Tubuh pemuda itu berbalik, membuat Tsukishima menghentikan langkah kakinya. "Mau bagaimanapun, tolong jangan bilang yang sebenarnya! Nanti masalahnya jadi tambah rumit..." Sugawara menyatukan kedua telapak tangannya, memohon ke Tsukishima.

Tsukishima mengangguk lalu melangkahkan kakinya menyusul Sugawara. Lelaki jangkung itu hanya melihat punggungnya Sugawara. Dia masih merasakan banyaknya sesuatu yang belum terungkap di dalam dirinya. Atau, sesuatu yang dipaksa disembunyikan. Dia memang seseorang yang misterius...

***

Sinar mentari sudah mulai berubah warna dari jingga hingga ke biru tua, matahari juga mulai tenggelam. Lampu-lampu di pinggir jalan mulai menyala satu demi satu diikuti lampu jalan. Bayangan mulai memudar, dan pengelihatan pun mulai tidak bisa leluasa melihat.

Mereka berdua berjalan, dengan tempo langkah kaki yang berbeda. Tsukishima hanya bisa diam, sambil menunggu sebuah rumah kecil muncul, dia hanya berpikir. Apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Apa yang akan terjadi besok? Apa yang-

"Kita sudah sampai." Ujar Sugawara, berdiri di gerbang hitam. Tsukishima hampir menabrak tubuh Sugawara yang lebih pendek. Tsukishima melihat isi di dalam gerbangnya. Rumah yang tidak terlalu besar, halaman depan yang cukup rapi, dan lumut-lumut yang tumbuh di sudut-sudut dinding. "Katanya mereka masih belum pulang."

"Begitukah?" Gumam Tsukishima. Sugawara mengangguk, membuka gerbangnya. "Lalu Nenek San sedang tidur, kita beruntung."

"Nenek San?"

"Namanya. Nenek yang tuna netra itu."

"O-oh..."

"Ayo kalau begitu, kita masuk!"

The Middle  (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang