●◎19◎●

279 40 30
                                    

Warn: Kata kasar dan OOC. Sugawara mendominasi. Kekerasan, typos yang gusti banyak banget dan kata kata ga nyambung, dll.

***


19. Perang Sahabat


Tsukishima menghentikan langkahnya. Jalanan itu sangatlah sepi, semua orang yang menghuni sudah dievakuasi. Hanya ada suara angin yang berhembus. Dia melangkah, melihat ke arah lawan bicaranya yang tidak jauh beberapa belas meter darinya.

Kuroo tersenyum, mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Dia tersenyum lebar dengan mengerikan seperti pada saat ingin membunuh Tsukishima sebelumnya.

"Ketemu." Kuroo menjilat bibirnya.

Jalan yang mereka berdua injak retak, dan terbelah menjadi dua dengan sangat lebar. Salah satu gedung kecil yang ada di sana juga jatuh dan ditelan oleh tanah yang retak. Tsukishima melangkahkan kakinya dengan cepat ke belakang, retakan itu masih saja terus membesar, pohon-pohon tertelan retakan itu masuk ke dalam perut bumi bersama mobil dan kendaraan lainnya. Cahaya yang ada di dalamnya pula semakin bersinar terang, berwarna kuning keemasan seperti pantulan lautan harta karun yang lebih berharga dari ribuan jiwa.

Perlahan-lahan, muncullah suatu sosok dari cahaya bawah tanah itu. Terlihat patung duyung sedang diikat dengan potongan-potongan kayu yang disatukan hingga menjadi kapal bajak laut yang melayang. Terlihat sudah sangat tua dan tak layak dipakai, patung duyung di depannya sudah mulai berkarang diselingi rumput-rumput laut yang menyangkut.

Haluan kapal bersama lambung kapal itu pun juga sudah banyak yang bolong seperti sudah ratusan kali menabrak karang yang besar. Tiang layar utamanya juga sudah patah, dan layarnya sudah mempunyai banyak robekan dan rusakan bekas api.

Tsukishima memunculkan katananya lagi dan menggerakannya ke arah retakan tanah. Api berwarna biru muncul layaknya benteng yang menghalangi jalan retakan dan kapal melayang tersebut. Tatapan di balik kacamatanya membuat aura di sekitar Tsukishima sangatlah gelap, pertanda dia sangat membenci orang yang ada di depannya.

"Katakan kepadaku. Untuk tujuan apa kau berulah seperti ini?"

Kuroo membuka matanya lebar-lebar. "Whoa, jarang-jarang kamu yang memulai pembicaraan." Kekehnya dengan licik. Tsukishima mengerutkan dahinya dengan jengkel. "Jawab, rambut ayam sialan."

"Baiklah, baiklah. Santai saja." Kuroo mengibaskan tangannya dan melihat kapal bajak laut miliknya yang sudah terbang di udara. "Aku hanya main-main kok, jangan dianggap serius. Terkadang kita ingin mencoba dan membuat suasana baru, kan? Inilah gayaku."

Angin berhembus kencang. Debu-debu berterbangan di sekitar Tsukishima. Dia menatap Kuroo dalam-dalam, dan perlahan dia memperlihatkan senyumnya yang tidak kalah licik. "Dengan menghancurkan kota? Haha, lucu banget."

Tsukishima memunculkan bayang-bayang yang berubah menjadi katana hitam dari tangan kanannya, lalu mengulurkan jempol di tangan kirinya dari jauh. "Cara lo cari suasana," lidah menjulur dan jari jempol memutar ke bawah.

"Gak keren."

"Mulai nantang, ya?" Kuroo memicingkan matanya sambil berkekeh ria. "Baguslah. Anak buahku sudah menunggumu, tuh."

Kuroo mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dibalik bayangan kapal. Telapak tangannya berkedut, menghasilkan simbol mata. Suara gerumuh ramai di dalam kapal bajak laut itu menyusul, membuat seluruh awak kapal bergerak kesana dan kemari, sampai ratusan orang pun melompat keluar dan menginjak tanah.

Mereka adalah mayat yang hidup kembali dalam suruhan Kuroo. Sebagian besar sudah setengah busuk dan beberapa ada yang hanya tulangnya saja dan ada yang masih utuh. Tubuh mereka dikelilingi bayangan hitam dengan bau busuk yang masih sangat menyengat hidung. Sampai-sampai Tsukishima menahan napasnya.

The Middle  (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now