Part 5

194 22 0
                                    

Part 5

"Pertanyaan yang benar adalah apa yang kau lakukan disini," selidik Rheina. "Kalau aku sedang bekerja. Kau ingat teleponku kemarin siang dengan Joker, kan?"

"Aku juga sedang bekerja disini," jawab Luciel tak mau kalah.

Rheina mengambil pistol kecilnya dan mengarahkannya ke punggung Luciel. "Untuk siapa? Joker tidak memerintahkan siapa pun untuk datang ke tempat ini kecuali aku. Apa kau berkhianat?" dia mulai menarik pelatuk pistol.

"Tu-tunggu! Tunggu! Bukan itu maksudku. Aku hanya bercanda," kata Luciel panik. "Turunkan dulu pistolmu. Aku akan menceritakan yang sebenarnya,"

"Untuk apa aku mempercayai kata-katamu? Apa Vanderwood juga terlibat?" tanya Rheina serius.

Luciel berbalik dan merebut pistol Rheina dengan cepat. "Aku tidak bohong. Aku tidak berkhianat. Hal ini tidak ada hubungannya dengan agensi. Ini murni tentangku."

Rheina menghela nafas berat, "Baiklah." Dia mengambil pistol yang diulurkan Luciel, menyimpannya di balik rok tutunya. "Jelaskan kepadaku apa yang kau lakukan disini?"

"Tapi jangan laporkan ini kepada Joker atau Vanderwood," pinta Luciel serius.

Rheina menatap tak setuju, "Kau tahu aku tidak bisa menjanjikan itu," protesnya. "Tugasku selain mengantarkan pesan adalah menilai pesta ini. Aku harus melaporkannya."

"Aku mohon kepadamu sekali ini saja Rheina," Luciel menatap iba. "Kau boleh menyiksaku atau membunuhku nanti. Tapi tolong jangan bilang bahwa aku terlibat di pesta ini. Aku mohon kepadamu,"

Rheina memegang dahinya, berusaha berpikir keras, "Baiklah. Keberadaanmu akan aku hapus dari laporanku. Sekarang ceritakan kepadaku,"

Luciel menghela nafas panjang, "RFA ini dibuat oleh V dan Rika tunangannya. Kau sudah tahu itu, kan?" dia melihat Rheina mengangguk paham, "Anggota RFA ini ada lima orang. Jumin Han dan Jaehee Kang dari C & R. Zen si artis musical, Yoosung seorang mahasiswa dan juga Aku. Pesta RFA ini murni untuk program kemanusiaan. Dana yang terkumpul akan dipakai untuk bantuan kemanusiaan. Tidak ada yang mencurigakan dari para tamu. Kecuali karena latar belakang mereka yang berbeda-beda. Tapi murni tidak ada yang mencurigakan atau membahayakan disini. Aku bisa jamin. Aku yang berurusan dengan data-data internal mereka,"

Rheina melongo, "Kau... apa? Hah..." dia menghela nafas, "Aku tidak habis pikir kenapa kau mau bergabung disini. Apa karena si V itu sudah menyelamatkanmu karena itu kau tidak bisa menolaknya?"

"Awalnya begitu," Luciel mengakui. "Tapi setelah berinteraksi dengan mereka, ternyata mereka semua cukup menyenangkan. Aku... bisa sedikit melupakan siapa aku sebenarnya disana. Bukan berarti aku tidak senang bekerja di agensi. Hanya saja..."

Rheina tersenyum, "Baiklah. Aku tidak akan melaporkan masalah ini ke Joker. Aku janji. Kau tidak perlu khawatir,"

"Benarkah?" tanya Luciel tak percaya.

"Tentu saja. Memangnya aku pernah melanggar janjiku?" tanya Rheina.

"Tidak pernah," jawab Luciel sambil tersenyum lebar. "Terima kasih,"

"Sebagai gantinya..."Rheina mendekat ke telinga Luciel, dia berbisik lirih. "Kau harus menuruti perintahku dan membelikanku pistol mini model baru. Jika tidak, kau harus membayar dengan hal lain," dia mulai meraba dada bidang Luciel.

Dengan sigap Luciel mundur, wajahnya bersemu merah, "Oke! Oke! Aku akan turuti perintahmu dan membelikannya!" dia menutupi wajahnya dengan tangan kanan. "Berhentilah menggodaku! Perempuan baik-baik seharusnya tidak berusaha menggoda laki-laki!" Luciel langsung menyesal dengan perkataannya. Dia bisa melihat wajah terluka Rheina. "Oh.."

Rheina memaksakan diri untuk tertawa, "Kau tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu Luciel. Aku tidak apa-apa," dia berusaha tersenyum. "Aku memang bukan perempuan baik-baik. Tapi aku bisa menjamin kalau aku masih menjaga kehormatanku," dia mengedip nakal.

"Ma-maaf Rheina.. aku tidak bermaksud-"

Rheina mengecup bibir Luciel kilat, "Kau tidak perlu minta maaf," dia terkikik riang melihat wajah merah Luciel. "Terima kasih atas bayarannya." Dia tertawa sambil berbalik pergi.

"Ka-kau!!!" Luciel ingin mengejar tapi Rheina sudah menghilang dilautan para tamu undangan.

***

"Tidak ada yang aneh di pesta itu," lapor Rheina. "Sei-chan kirim salam. Katanya kapan kau akan membangkitkanku dari kubur. Apa yang kalian bicarakan?

Laki-laki di depan Rheina sekilas tampak berusaha tiga puluhan tahun. Meskipun usia Joker sebenarnya berusia di atas empat puluh tahun, penampilannya masih tampak seperti laki-laki muda dengan kemeja dengan tiga kancing teratas terbuka menampilkan dada bidangnya. Rambut ikal pendeknya disisir tangan tak rapi. Dibalik penampilan tenangnya ada aura misterius. Sekali membuatnya tidak senang, kau tidak akan pernah melihat matahari lagi. Perintahnya adalah absolute dan harus dijalankan dengan sempurna.

Joker tertawa, "Itu hanya penawaranku karena Sei sangat ingin kau kembali. Itu pun jika kau mau."

Rheina mendengus, "Aku tidak mau,"

"Aku tahu itu," kata Joker. Dia kemudian mengeluarkan amplop cokelat besar. "Ini misimu selanjutnya. Waktunya satu bulan,"

Rheina mengambil amplop tersebut dan membacanya sekilas, "Kenapa aku harus jadi kelinci percobaan mereka?"

"Kau akan mencari informasi dari para staff dan orang-orang yang bekerja disana," jelas Joker. "Agent lain akan berusaha mencuri database dan blueprint mereka."

"Siapa partnerku? Aku harap dia berguna," gumam Rheina. "Aku malas jika mereka hanya memperlambat pekerjaanku."

"Agent 707. Kau akan bertemu dengannya disana," jelas Joker.

"Bagus. Aku bisa tenang kalau partnerku Luciel," kata Rheina senang, dia tidak bisa melenyapkan senyuman di wajahnya. "Oh iya, aku ingin mainan baru seperti yang dipakai orang-orang Sei-chan."

"Mainan baru milik Sei?" tanya Joker bingung. "Ah! Mainan yang itu. Baiklah, aku akan minta Sei mengirimkannya kepadamu."

"Aku akan memberitahu Lily kalau begitu," Rheina segera keluar dari ruangan. Dia berjalan cepat ke kamarnya.

Sampai di kamar, dia segera menelepon Luciel.

"Halo?" Luciel segera mengangkat pada dering kedua. "Ada apa?"

"Kau sudah mendengar kabar terbaru?" tanya Rheina tak sabar.

"Vanderwood baru memberiku sebuah amplop, tapi aku belum mengeceknya. Tapi katanya kau akan ikut bersamaku."

"Benar sekali," Rheina tertawa gembira. "Aku tidak sabar menunggu besok,"

"Kau kelihatan senang sekali,"

"Suasana hatiku sedang bagus," Rheina kembali tertawa. "Sampai besok,"

Rheina segera menutup teleponnya. Dia bisa merasakan hawa panas merambat tubuhnya. Baru kali ini dia akan berpartner dengan Luciel. Setelah bertahun-tahun melakukan misi sendiri, kali ini dia akan menyusup ke fasilitas laboratorium dengan Luciel. Menjadi kelinci percobaan atau apa pun dia akan lakukan dengan senang hati asalkan bisa bersama-sama dengan Luciel.

"Sudah kuputuskan aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi nanti," gumam Rheina seorang diri.

***


(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)Where stories live. Discover now