Part 9

164 19 0
                                    

Part 9

Rheina tidak tahu berapa hari sudah berlalu. Rasa sakit di kepalanya berdenyut-denyut terus tanpa memberinya waktu untuk istirahat. Suaranya pun sepertinya sudah habis karena terus berteriak. Tubuhnya terasa lelah dan tak bisa bergerak. Dari sudut mata, dia bisa melihat tempat tidurnya berantakan, beberapa bantal tidurnya sudah terkoyak habis.

Dia berusaha bangkit dari tempat tidur dari sisa tenaga yang dia miliki. Tapi badannya tak mau menurut. Seluruh tenaga yang dia miliki sepertinya menghilang. Untuk menggerakkan jemari saja dia tak sanggup. Matanya bergerak kanan kiri mencari pegangan atau sesuatu yang bisa mengakhiri sakit kepalanya. Dia ingin melubangi kepalanya atau melepas kepalanya sekarang juga agar rasa sakit tersebut hilang untuk selamanya. Tapi sepertinya seluruh senjata di rumah ini sudah disembunyikan oleh Joker.

Pisau dapur, garpu, sendok, cermin, semuanya lenyap dari rumah ini. Kapan Joker membereskan rumahnya? Menjauhkan benda-benda tersebut dari jangkauannya? Dia tidak ingat. Dia hanya ingin sakit kepala ini menghilang untuk selamanya.

seseorang? Siapa saja? Bunuh aku sekarang juga...

samar-samar Rheina mendengar suara langkah kaki cepat. Seseorang datang mendekat. Dari sudut mata dia melihat beberapa orang muncul.

Tolong... bunuh aku... tapi suaranya tidak keluar meskipun Rheina sudah membuka mulutnya. Tolong... bunuh aku...

Sesuatu disuntikkan ke lengan kirinya. Dia tidak peduli jika itu adalah racun untuk membunuhnya. Dia tidak peduli asalkan rasa sakit dikepalanya menghilang. Perlahan-lahan kesadarannya menghilang. Dia hanya bisa melihat kegelapan.

***

Saat membuka mata, Rheina menyadari bahwa dia ada di ruang perawatan. Dia masih hidup. Rasa sakit di kepalanya juga menghilang. Matanya memandang sekeliling, dia melihat Lily berbicara dengan seseorang dengan cepat di telepon.

"Rheina?!" seru Lily lega. Dia segera menutup telepon dan mendekat. "Syukurlah kau sudah siuman! Aku benar-benar tidak akan memaafkan Joker. Dia sungguh keterlaluan! Aku tidak peduli meski dia membunuhku setelah ini! Oh syukurlah kau kembali!" dia memeluk Rheina dengan erat.

"Aku... apa yang terjadi?" tanya Rheina bingung.

Lily melepas pelukannya, dia segera duduk di kursi dekat tempat tidur. "Kau ingat kalau kau dikurung selama satu minggu di rumah kan?"

Rheina mengangguk. "Yah... Joker menungguku disana. Kami mengobrol sebentar sebelum aku mengusirnya. Setelah itu aku ingat sempat menghancurkan dapur. Lalu kepalaku rasanya mulai pusing. Tapi aku masih ingat aku sempat berendam air panas dan membuat susu hangat sebelum tidur. Setelah itu aku tidak ingat."

"Kau ingat apa yang professor katakan jika kau tidak rutin meminum obatmu?" tanya Lily hati-hati. "Sehari tidak meminumnya kepalamu akan terasa pusing, dua hari tak meminumnya kepalamu akan mulai terasa sakit, setelah itu yang akan terasa hanya rasa sakit yang menusuk-nusuk sampai batas waktu kesadaranmu hilang. Jika kau sampai hilang kesadaran, kecil kemungkinan kau akan selamat."

"Tapi aku selamat. Apa itu berarti Joker melepasku saat aku masih sadar?" tanya Rheina bingung.

"Lebih tepatnya hingga batas kesadaranmu melemah. Aku terus memonitor keadaanmu. Saat menyadari detak jantungmu melemah, aku tahu kau sudah mencapai batas," ucap Lily. "Aku langsung menghubungi Joker dan meminta untuk melepaskanmu. Awalnya dia menolak tapi saat aku menunjukkan laporan kesehatanmu yang menurun drastis, dia baru setuju untuk mengeluarkanmu dan membawamu ke rumah sakit."

"Apa Luciel tahu tentang ini?" tanya Rheina.

"Dia sempat datang beberapa hari lalu saat kau masih dikurung. Dia bertanya kepadaku apa yang terjadi kepadamu. Tapi aku menolak untuk menjawabnya, setelah itu dia pergi tanpa berkata apa pun," jawab Lily. "Tadi dia meneleponku dan sepertinya aku keceplosan menyebut namamu saat kau sadar. Buru-buru aku menutup telepon. Mungkin dia akan datang atau meneleponmu sebentar lagi. Maafkan aku."

(Mystic Messenger) - LYCORIS (Don't Mind Me)Where stories live. Discover now