Chapter 3

176 41 17
                                    

Seokmin mengernyitkan alisnya, memandang aneh temannya yang tersenyum lebar, sangkin lebarnya senyuman Soonyoung dia takut bibir itu bisa robek.

"Ada apa sebenarnya? Semenjak pulang ke sini kau terlihat lebih bahagia," Tanya Seokmin. 

"Aah, kurasa aku sudah menemukan tujuan hidupku~." Jawab Soonyoung sambil meneruskan imajinasinya. Imajinasi masa depannya bersama sosok manis yang dia temui kemarin.

"Hah?" Seokmin keheranan melihat tingkah laku Soonyoung.

"Bisa kau ceritakan, wahai Kwon Soonyoung yang brengsek? Aku jadi penasaran, kau tahu?" Tuntut Seokmin. Pengacara muda ini memang memiliki rasa penasaran yang besar sejak dulu dan Soonyoung hafal itu.

"Kau ingat saat halmeoni menyuruhku mengambil bunga pesanannya?"

"Ah, yang saat itu kau pulang dengan sebuket bunga lavender juga wajah dengan bekas tamparan? Aku ingat,"

"Kurasa aku tertarik pada penjaga toko bunga itu." Jawab Soonyoung riang.

"Kau jatuh cinta?!" Kaget Seokmin dengan mata yang membulat.

"Bukan, bodoh. Aku hanya tertarik, kau tahu? Dia sangat manis dan saat melihatnya aku malah mengajak dia untuk berpacaran." Seokmin hanya bisa menggeleng mendengar itu.

"Kau akan menjadikannya 'mainan' barumu?" Tanya Seokmin dan dijawab anggukan oleh Soonyoung.

"Kau yakin? Kalau iya, kenapa sampai kau mengajaknya berpacaran? Biasa juga kau langsung mengajaknya untuk, uh, bermalam bersama." Kaku Seokmin saat menjelaskan kebiasaan teman kecilnya ini.

Maklum saja, meski Seokmin sering ikut dalam beberapa kasus yang diakibatkan kelompok yakuza Soonyoung untuk menyelesaikannya secara hukum tapi dia tidak ikut terbawa kebiasaan Soonyoung. Seokmin bahkan akan memilih untuk langsung pulang saat Soonyoung mengajaknya bermain dengan wanita di bar.

"Tidak tahu. Aku hanya merasa tertarik saja padanya,"

Soonyoung memegang pipi kanannya. Masih merasakan hangatnya tangan (yang menamparnya) pemuda kecil itu. Dia membayangkan lagi wajah manis tersebut.

"Dan seperti yang kau lihat kemarin? Hasil tamparan di wajahku itu ciptaannya. Kurasa dia tidak semudah 'mainan' ku yang biasanya." Soonyoung akhirnya hanya cengengesan. Sibuk berimajinasi sendiri.

Seokmin menaikan sebelah alisnya. "Kurasa kau benar-benar harus berhenti, Soonyoung-ah. Yang ada pemuda manis yang ingin kau jadikan 'mainan' itulah yang nantinya akan 'mempermainkan'mu."

"Mempermainkan bagaimana?" Soonyoung tersenyum remeh. Ingin tertawa mendengar kata-kata salah satu orang yang paling ia percaya.

"Mempermainkan hatimu mungkin? Menggantung perasaanmu?"

Soonyoung berhenti tersenyum. Sebagai gantinya dia malah  menatap datar Seokmin, membuat yang ditatap seketika merinding untuk sesaat. Ini bukan pertama kalinya Seokmin ditatap tajam tapi setiap kali mendapatnya dia selalu membeku sesaat.

Soonyoung mempunyai mata sipit yang tajam seperti kakeknya.

"Apa maksud perkataanmu?" Ujar Soonyoung tanpa nada cerianya.

"Aku-"

"Kau mengatakannya seolah-olah aku jatuh cinta padanya." Ini merujuk pada pemuda manis yang katanya ingin dijadikan 'mainan' baru oleh Soonyoung. Seokmin bungkam.

"Kau tahu sendiri aku tidak akan pernah jatuh cinta, Seokmin-ah. Tidak ada yang namanya cinta." Ketus Soonyoung sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu meninggalkan Seokmin sendiri.

[ON HOLD] High KickWhere stories live. Discover now