Chapter 4

219 47 13
                                    

Ini hari Minggu. Tanggal merah di mana semua orang memilih untuk melakukan family time atau beristirahat sepuasnya.

Kiranya begitulah keinginan Jihoon. Pemuda mungil itu ingin sekali bangun siang hari ini jika saja tidak mengingat bahwa sudah seharusnya toko bunga warisannya itu buka. Apalagi ada beberapa bunga yang harus ia rawat.

Tidak mudah membuka usaha toko bunga. Kau tidak bisa meninggalkannya barang sehari pun dan tidak bisa lepas tangan jika sedang tutup. Tetap saja bunga-bunga itu harus dirawat agar tidak layu.

Memang tidak seluruh bunga harus ia beri perawatan lebih. Kebanyakan bunga merupakan kiriman dari kebun bunga di Busan yang hanya perlu diganti airnya agar tidak layu. Namun Jihoon juga menanam beberapa jenis bunga sederhana yang perlu diberi perhatian ekstra.

Setiap harinya ia terbangun pukul 4 pagi untuk mengurus itu semua, termasuk menyambut Wen Junhui, pengantar bunga yang selalu tebar pesona pada anak tunggal pemilik restoran Cina yang berjarak 1 ruko dari toko Jihoon.

Sayang sekali tiap Junhui ingin mendekati Minghao, anak Xu samchon pemilik restoran, dia langsung mundur teratur karena ayah Minghao selalu bangun pagi untuk melakukan taichi di depan rumahnya lengkap dengan ekspresi garang layaknya petinju WWA padahal taichi merupakan olahraga santai.

Lain halnya dengan Jihoon. Di daerah kompleks elit atau tepatnya di sebuah rumah megah beratap merah, ada sesosok pria bermata segaris yang berkebalikan dengan Jihoon.

Kwon Soonyoung sangat sulit untuk bangkit dari singgasana malamnya. Kasur. Dia sangat mencintai kasur empuk mahalnya yang terisi penuh oleh material yang berkualitas. Sekali menempel pada benda itu maka Soonyoung tidak akan bisa membangunkan badannya lagi.

Beda ceritanya kalau Soonyoung membawa 'teman' ke atas kasurnya. Jika demikian maka semalaman penuh kasur yang biasanya tenang itu akan bergoyang heboh tak terkendali bahkan terkadang hingga berdenyit. Saksi hidupnya adalah Seokmin, teman kecil sekaligus sahabat sehidup namun tak sematinya Soonyoung.

Dan sialnya malam tadi, Soonyoung membawa 'teman' lagi ke kasurnya. Entah dari klub malam mana tapi bisa dijamin bukan sembarangan jalang. Segila-gilanya Soonyoung pada 'surga dunia' dia tidak ingin berisiko terkena penyakit seksual menular.

Double sialnya, Seokmin tidur di kamar tidur tamu yang terletak tepat di sebelah kamar tuan muda Kwon itu. Posisi kasurnya menempel tepat di posisi kasur Soonyoung.

Seingat Seokmin, rata-rata ruangan di rumah besar ini merupakan ruangan kedap suara. Tetapi permainan Soonyoung sepertinya sangat dahsyat sehingga desahan wanita yang semalam dibawa Soonyoung terdengar jelas di telinga Seokmin yang peka bahkan dengan suara jarum yang jatuh.

Terimakasih pada temannya satu itu. Berkatnya hari ini Seokmin mempunyai mata panda seperti artis favorit keponakannya. Dia tidak bisa tidur semalaman.

Bukan. Bukan karena terangsang dengan desahan jalang itu. Seokmin malah jijik. Selali lagi, Seokmin memang sangat dekat dengan Soonyoung tapi dia tidak pernah mencoba untuk ikut dalam cara hidup temannya.

Berlainan dengan Soonyoung yang memilih untuk meneruskan usaha kakeknya di Jepang sebagai pemimpin komplotan yakuza, Seokmin malah kuliah hukum di Jerman selama 4 tahun.

Satu-satunya hal kotor Seokmin hanyalah menutupi semua perbuatan Soonyoung. Seperti yang terjadi belum lama ini di Jepang. Ketika Tuan Asahi melaporkan sendiri kegiatan kelompok yakuza Soonyoung. Profesi Seokmin sendiri adalah pengacara pribadi Kwon Soonyoung.

Langkah lesu Seokmin berhasil menggiringnya ke ruang makan. Di sana sudah ada Yoon halmeonim dan yang sangat amat mengejutkan adalah kehadiran Kwon Soonyoung!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ON HOLD] High KickWhere stories live. Discover now