18. Lagi-lagi dan Lagi

846 39 7
                                    

"Viona!!" teriak seseorang kepada Viona yang sedang berjalan sendirian di koridor yang ramai.

Viona yang merasa dirinya dipanggil, menoleh ke arah suara itu. Tidak terlihat siapa yang memanggilnya, hanya ada banyak siswa siswi yang berlalu lalang di koridor utama ini.

Saat itu, Viona ingin pergi ke kelas sahabatnya, yaitu Safna.

Karena merasa orang yang memanggilnya tidak ada, jadi Viona melanjutkan perjalanannya.

"Ah elah. Lo mah udah gue panggil dari tadi" kata seseorang di belakangnya sambil menepuk bahu Viona.

Viona menoleh, "eh lo?"

Orang itu mengangguk, "udah lupa?"

"Gak lah, Setyo kan lo?" tanya Viona.

Orang yang dipanggil Setyo itu mengangguk untuk kedua kalinya.

"Baru kelihatan cuy? Ke mana?" tanya Viona sambil berjalan.

Setyo terkekeh kecil, "iya. Sibuk syuting"

"Film baru ya?"

Setyo mengangguk lagi. Lalu terciptalah percakapan asyik di antara mereka.

Ngomong-ngomong, Fahril belum bisa hadir karena dokter masih melarangnya untuk beraktivitas. Jadilah Viona pergi sekolah sendiri.

"Lo apanya Mawar?" tanya Setyo tiba-tiba.

"Sepupunya, lo kenal dari mana?" jawab Viona santai.

Setyo tersipu malu karena Viona melontarkan pertanyaan itu. Menurutnya itu tidak konyol, dan tidak juga membuat baper. Kenapa Setyo malu?

"Gue suka--" ujar Setyo menggantung.

"Siapa?"

"Mawar" ujar Setyo seraya melanjutkan perkataannya tadi. Setelah mengucapkan satu nama itu, ia lagi-lagi tersipu malu.

-o0o-

Dikelas, Viona tidak melihat Fahril sama sekali. Ia segera mengambil handphone yang terletak di laci mejanya, lalu membuka aplikasi Line, dan menghubungi Fahril lewat panggilan gratis.

Nada sambung berbunyi memasuki rongga telinga milik Viona.
Terus berbunyi, terus dan akhirnya.

"Ya halo Vi?"

"Di mana?" tanya Viona.

"Kantin belakang. Kenapa?"

"Iya. Kutunggu"

Setelah itu, telepon dimatikan. Viona meletakkan handphone-nya di tempat semula dan mengambil novel yang disimpan di tasnya.

Tidak lama menunggu, Viona mendengar teriakan dari seorang perempuan. Suara yang memanggil nama kekasihnya, Fahril.

Karena ingin mengetahui apa yang terjadi, dengan segera Viona berlari menuju tempat kejadian perkara.

Tes!!!

Air mata Viona menetes satu per satu. Melihat kejadian yang baru saja terjadi. Kejadian yang melibatkan sahabat karibnya dan kekasih yang paling disayanginya yang sedang berpelukan dengan mesranya.

Ingin sekali kaki ini pergi dari sini, tapi kenapa kaki Viona tidak akan beranjak dari tempat itu.

Tersadar akan kejadian itu, Fahril dan Nia sahabatnya melepaskan pelukan mereka.

"Vi. Vi ini bukan seperti yang lo kira" kata Nia terburu-buru. Ia takut Viona akan berpikiran buruk tentangnya dan Fahril.

"Mau jelasin? Jelasin apa? Udah gak ada lagi yang harus dijelasin" ucap Viona diiringi dengan bulir-bulir air mata yang jatuh.

"Plis Viona. Fahril!! Lo jelasin dong ke dia" pinta Nia yang hanya ditanggapi dengan diam oleh Fahril.

"Lo liat? Fahril aja gak bisa jelasin ini semua. Udah, nggak usah gue ngerti kok" ucap Viona seraya tersenyum.

"Na, aku sama Nia cuma sepupu. Nggak lebih" suara Fahril kini menghiasi heningnya suasana.

"Iya, aku ngerti kok" jawab Viona yang langsung pergi.

-o0o-

Dering telepon berbunyi memenuhi ruang kamar dari Mawar. Dengan segera, Mawar meraih benda pipih yang terletak di nakas kamarnya, lalu menggeser tombol hijau untuk mengangkat telepon yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

"Hai kak" ucap Mawar pertanda ia memulai percakapan.

"War, aku mau cerita sesuatu dong" terdengar suara perempuan dari seberang sana. Suara lelah dan ceria. Entahlah semuanya bercampur menjadi satu.

"Cerita aja kak Viona. Aku denger kok"

"Ada yang mau kenalan sama kamu" ucap Viona menggantung.

"Siapa?" tanya Mawar yang dirundung rasa penasaran.

"Setyo namanya. Orangnya ganteng. Dia juga artis loh" jawab Viona layaknya penjual yang sedang mempromosikan barangnya.

"Oh iya. Aku kenal dia"

"Makanya dia mau kenalan sama kamu"

"Boleh. Lanjut disekolah ya kak?"

Viona menggumam dari seberang sana tanda mengiyakan. Sesudah mengucapkan salah perpisahan, telepon itu mati.

Viona membaring-baringkan tubuhnya diranjang yang berukuran tidak terlalu besar.

Lampu dimatikan, dan lampu tumblr dinyalakan. Kerlap-kerlip lampu, menghiasi kamar Viona yang indah.

Tidak lama ia bersantai, suara ketukan pintu rumah terdengar.

'Huh, siapa lagi coba?' Batinya berdecak sebal.

"IYA. SABAR DIKIT NAPA" teriak Viona dari lantai dua rumahnya.

Dengan cepat, ia membuka pintu utama rumahnya dan memperlihatkan Fahril dengan satu buket bunga mawar putih dan hitam di tangannya, yang warna hitamnya berbentuk hati.

"Maaf"

Viona diam. Dan menggeser tubuhnya seraya menyuruh Fahril masuk ke dalam rumahnya.

"Maaf" ucap Fahril sekali lagi. Tetapi Viona tetap diam. Ia tidak ingin berbicara apa pun dengan Fahril hari ini.

"Iya. Aku tahu, aku salah. Tapi kan, aku udah bilang ke kamu--"

Ucapan Fahril terpotong karena Viona telah berhambur memeluknya. Diletakkan buket bunga itu di meja. Dan tangannya beralih mengelus-elus pelan rambut Viona.

"Aku sayang kamu. Sangat sayang kamu" ucap Fahril lirih.

"Aku juga sayang kamu. Sangat sayang kamu" balas Viona. Air mata membasahi baju Fahril, tetapi menurut Fahril itu tidak masalah.

Pelukan dilepas bersamaan dengan telepon Viona yang berdering. Viona meminta izin untuk mengangkat telepon yang bunyinya mengganggu indra pendengarnya.

"Halo?"

"......"

"Oh. Setyo? Kenapa?"

"......."

"Udah kok. Udah gue sampein"

"....."

"Ya. Dia mau tapi gak sekarang. Katanya disekolah besok"

"....."

"Nemenin lo? Males dah"

"......"

"Udah ah. Bye"

Sambungan telepon terputus, setelah itu ia berjalan ke arah Fahril yang sedari tadi ia tinggalkan.

"Siapa? Selingkuhan?" tanya Fahril skeptis. Ia bertanya tanpa melihat ke arah wajah Viona, malah tetap menatap layar handphonenya.

"Astagfirullah Ya Allah. Kamu ih" jawab Viona sambil mengetuk-ngetukkan tangannya dikepala dan di meja secara bergantian.

Fahril melirik Viona sebentar, lalu kembali ke layar handphonenya, "terus siapa?"

"Itu Si Setyo" jawab Viona dengan tetap memperhatikan layar Handphone Fahril.

"Kenapa dia?" tanya Fahril lagi.

Viona mendengus kesal, "mau kenalan sama Mawar. Sepupu aku"

Fahril hanya ber-oh ria. Ia terlihat sangat serius menekuni layar handphonenya itu.

"Yang penting itu aku atau Hape kamu sih?” tanya Viona bersungut-sungut.

"Gak tau"

Viona berdecak sebal, "kamu pulang gih. Aku capek" usir Viona langsung.

Fahril terkekeh kecil, "kamu dong sayang"

Fahril melihat wajah Viona yang cemberut setengah mati. Ingin sekali mencubit pipi Viona yang gembul sekali itu. Dan hasratnya tidak tertahan lagi, akhirnya ia mencubit pipi Viona dengan lembut tapi kencang.

Viona meringis kesakitan, "woy bego. Sakit ah elah"

"Gak papah ya. Yang penting aku bahagia"

"Yee. Lo bahagia, gue yang sakit" kata Viona kesal.

Setelah itu, Fahril tertawa sambil melihat mulut Viona yang maju 2 cm ke depan.

-o0o-

"Viona, aku pulang dulu ya?" pamit Fahril sambil membereskan perlengkapannya.

Viona mengangguk patuh, lagian orang tuanya sudah pulang. Jadi, Fahril tidak khawatir meninggalkan Viona sendirian.

"Jangan tidur larut ya" pinta Fahril sambil mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang sedari tadi bertengger di kursi.

Lagi-lagi, Viona mengangguk patuh.

"Jaga mata, jaga hati" Fahril mengingatkan kembali.

Untuk ke sekian kalinya, Viona mengangguk.

"Aku pergi dulu" pamit Fahril ketika ia sudah berada di atas motor yang dinaikinya tadi.

"Iya. Hati-hati ya" pinta balik Viona.

Kali ini, Fahril mengangguk.

"Hati-hati ke tabrak semut. Nanti motor kamu kenapa-napa lagi" pinta terakhir Viona sebelum motor Fahril melaju hingga tak terlihat lagi.

Viona masuk dengan keadaan hati yang bahagia. Ia melupakan semua kejadian hari ini, yang membuat hatinya remuk. Yang ia ingat hanyalah.

Bersama Fahril ia bahagia.

-o0o-

Yuhuu gaess.
Helawww. Gue balik lagi dengan konflik sekilas yang menghiasi chapter ini. Jangan lupa baca cerita gue "one hand"
Dan jangan lupa vote and comment disini, dan disana.

Bye. Aku mencintaimu gaes

I HATE YOU BUT I LOVE YOU (END)Where stories live. Discover now