- Prolog -

77.7K 5.3K 111
                                    

Aku melenggang santai memasuki ruangan direktur pemasaran yang merupakan ruangan bosku sembari mengingat pekerjaanku belakangan ini. Hmm, sepertinya aku akan baik-baik saja mengingat aku tidak pernah luput dalam mengerjakan tanggung jawabku.

Aku menarik napas sebelum mengetuk pintu ruangan. Suara bariton seksi milik bosku lalu menyaut. Oh yeah, bosku itu pria seksi tampan jumapan idola banyak wanita dan parahnya dia masih single di usianya yang menginjak 32 tahun. Mengapa aku tahu? Karena aku adalah salah satu dari barisan wanita yang akan mengangguk antusias jika saja dia mengajakku berkencan.

"Bapak, memanggil saya?" tanyaku santai.

Errr, kalian tidak akan membayangkanku menjadi super duper bego bak kambing congek ketika di hadapkan dengan pria jelmaan kamadewa itu, bukan? Oh itu tidak mungkin terjadi. Aku, seorang Kanaya adalah seorang yang profesional dan tidak akan membuat sedikit kesalahan pun dalam bekerja.

I'm perfectionist. Yes, I am.

Pria maha tampan di depanku menatapku dengan manik mata hitamnya. Membuat dewi batinku berteriak kegirangan karena mendapatkan perhatian sebesar itu.

Oh ayolah. Hanya ada aku di ruangan ini. Tentu saja semua perhatian pria tampan jumapan idola Kanaya hanya tertuju padaku. Pikirku geli.

"Besok malam kamu ada acara?"

Aku mengernyit. Kamu?

"Tidak, Pak. Bapak ada urusan dengan saya?"

Jelmaan dewa tertampan --yang seharusnya kadar ketampanannya melebihi Arjuna sang lanang sejagat-- itu tersenyum. Senyum yang mampu memporak-porandakan seluruh hati wanita di dunia ini.

"Siapkan dirimu. Besok malam saya akan datang ke rumah kamu untuk melamarmu."

What the...

Aku sukses dibuat melongo selebar-lebarnya karena pernyataan itu. Lupakan saja pernyataan bahwa aku tidak akan menjadi kambing congek di depannya. Faktanya adalah, untuk beberapa menit ke depan aku hanya bisa terdiam. Mengerjap dengan mulut terbuka yang ingin mengatakan sesuatu tapi sepertinya otakku tidak mau diajak berkerja sama.

"Maaf?" kataku ketika aku akhirnya bisa menemukan suaraku.

Pria tampan di depanku masih tersenyum. Dia lalu menyugar rambutnya yang membuatnya tampak bagai model yang keluar dari iklan Calvin Klein.

"Kamu tidak salah dengar, Kanaya. Besok saya akan datang melamarmu."

Oh my...

***

continued...

Take That [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat