2

1.3K 89 7
                                    

Chapter 2

Hari ini Luhan berniat untuk mengunjungi ibunya di kamarnya, setelah kemarin dia tidak jadi bertemu, akhirnya ia memilih pagi ini saja.

'Aku sudah mentransfernya, apa sudah masuk?'

"...."

'Kau meragukanku? Hey, orang yang bekerja menjadi kaki tanganku itu orang-orang terpilih, semua aman kau tenang saja'

"...."

'Hari ini apa kita bisa bertemu? Aku sedang butuh pendapat, dan kuharap kau bisa membantuku lagi'

"...."

'Baiklah, ditempat biasa sore nanti'

Luhan sengaja menghentikan langkahnya ketika telinganya mendengar Percakapan telepon antara Sehun dengan seseorang yang entah siapa, ia merasa kalau Sehun itu sosok yang misterius.

Apa yang ditelepon Sehun tadi itu teman Sehun yang semalam ia bahas denganku?, Luhan membatin.

Mata Luhan melihat ke arah perginya Sehun tadi, sosok jangkung itu sudah tidak ada, karna ia tak mau berpikir terlalu rumit akhirnya ia kembali pada niat awalnya yaitu menemui ibunya.

***

Sehun memasuki sebuah kamar yang sudah sering ia kunjungi, Ya.. kamar Miranda, Bos-nya sekaligus kekasih gelapnya. Ia mendudukkan tubuhnya di ranjang, kondisi kamar Sepi hanya terdengar suara gemercik air dari arah kamar mandi dan Sehun bisa menyimpulkan jika si pemilik kamar tengah mandi.

Tak lama pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok yang Sehun tunggu sedari tadi, ia bangkit dan membawa langkah mendekat ke arah Miranda, Kekasih gelapnya itu.

"Selamat pagi Sexy..." Sehun yang baru saja ingin memeluk Miranda, terurungkan karena Miranda sudah lebih dulu menghindar.

"Kau sudah seperti penyusup Sehun."

"Suamimu kan sudah tidak ada, jadi aku sudah bebas mengunjungimu tanpa harus dijadwal lagi kan? Kurasa wajar."

Miranda hanya menggeleng malas, langkahnya pergi menjauh berniat untuk mengambil pakaian dan akan memakainya di kamar mandi, namun tangannya yang sudah ada di gagang lemari lebih dulu ditahan oleh Sehun.

"Kenapa semakin hari kau semakin menghindariku?" Sehun mengunci tubuh Miranda pada dinding lemari. Tatapan itu kembali menyorotkan rasa kesal dan juga amarah.

"Aku masih belum bisa menerima kepergian Peet, Sehun." Mendengar itu Sehun hanya berdecih malas.

"Jadi sekarang kau membuangku? Satu yang harus kau tahu, aku tak suka diabaikan. Aku tak suka!"

Sehun mempersempit jaraknya, tangannya terulur mencengkram rahang Miranda. Ia selalu tak suka jika nama Peet kembali diungkit ketika ia sedang bersama dengan Miranda. Bukankah Pria tua itu sudah mati?

"Kau tak menjawab, Hum? Apa aku harus melakukan ini dulu padamu."

Sehun berniat mencium Miranda kala itu, namun dengan sekuat tenaga Miranda mencoba menghindari kontak baik itu dengan cara dorongan ataupun menjauhkan kepalanya dari Sehun.

Sehun masih berusaha dan semakin kuat mencengkram rahang Miranda, sampai sebuah ketukan dari arah pintu membuat Miranda bernafas lega.

"Ibu, aku Luhan. aku masuk ya?" Mendengar itu Miranda dengan cepat mendorong tubuh Sehun agar menjauh dari tubuhnya.

"Ibu aku Ingin –Se-Sehun?"

Luhan menatap dua sosok di depannya itu dengan tatapan bertanya, bingung, dan entah apalagi yang ia rasakan sekarang. Ini sudah kedua kalinya Luhan melihat Sehun dan juga ibunya berada di satu ruangan yang terbilang pribadi.

Love & SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang