4

1K 75 6
                                    

Chapter 4

Setelah sebuah peluru dilesakkan secara tiba-tiba. Kini peluru-peluru lain dengan gencar meluncur bebas sesuai arah yang sudah ditetapkan oleh si pelaku.

Teriakan ketakutan dan juga panik terdengar ditelinganya dan itu berasal dari Pria manis bernama Luhan.

Dor!

Tepat di bagian dada kirinya sebuah tembakan ia dapatkan ketika dirinya lengah karna terlalu fokus pada Luhan yang berlari ke arah drum-drum minyak di area sisi bangunan yang dikenal seperti pabrik.

Mata pria manis itu berair dan tubuhnya gemetar, itulah yang membuatnya panik dan khawatir. darah merembes membasahi kemejanya. Ia edarkan pandangan ke seluruh penjuru pabrik dan ketika matanya menangkap beberapa siluet yang bersembunyi di balik tiang-tiang penyangga pabrik kembali ia lesakkan tembakan-tembakan itu ke arah pandangnya, sambil menahan nyeri yang semakin menguar di area dadanya.

Dor!

Dor!

Beberapa orang sudah ia lumpuhkan, namun sebagian lagi lolos dan kini entah pergi kemana, bisa ia simpulkan mungkin beberapa orang yang kabur itu tidak memegang senjata atau memang mereka sedang berniat meminta bantuan, entahlah ia tak mau terlalu memikirkannya.

Langkahnya ia bawa mendekat ke arah namja yang ia kenal dan yang pertama kali ia tembak, Wu Yi Fan. Mata sayu itu terbuka dan ringisan keluar dari bibir pria blasteran itu namun ia tak peduli.

Sehun. Ia arahkan pistolnya ke arah Yifan kembali, sebuah Smirk ia berikan sebelum ia melakukan tindakan selanjutnya.

Dor!

Tembakan terakhir itu membuat Yifan benar-benar terkapar tak berdaya. Matanya kembali mengedar dan kini yang ia cari adalah namja mungil yang membuatnya gila seperti ini.

Berawal dari rasa cemburu. Ia tak suka Yifan dengan seenaknya memeluk apalagi menguak semua berita itu kepada Luhan. Bukankah itu bisa disebut sebuah pengkhianatan? Sehun tak suka itu. kendati ia sudah menilai Yifan adalah teman terbaiknya namun jika sudah berkhianat, Teman bisa saja menjadi musuh.

"Lu–"

"Jangan mendekat!"

Luhan menjauh ketika menyadari sosok Sehun tengah mendekat ke arahnya. Airmatanya terus bergulir, ini adalah kali pertamanya melihat secara langsung aksi tembak-menembak yang biasa ia lihat di film-film. Dan ini cukup memuatnya trauma.

Ia takut, sangat takut. Namja-namja yang baru saja dikenalnya itu ternyata memiliki sisi misterius dan juga menakutkan.

Sehun meringis sambil meremas dadanya agar darah nya bisa terhambat, ia menatap Luhan yang menjaga jarak dengannya.

Hatinya sebenarnya sakit, ingin rasanya ia menjelaskan dan meyakinkan Luhan jika dirinya benar-benar tulus memilih Luhan meskipun memang pria itu akan marah dan mungkin tidak akan pernah memaafkannya karna ayah kandungnya pergi pun karna ide busuknya yang buta akan harta.

"Kau pembunuh!" Luhan bersuara, langkahnya terus mundur menjauhi Sehun namun Sehun tetap mengambil langkah maju dengan langkah terseok.

"Ayahku dan sekarang .. mereka semua."

TAP

Luhan berhenti ketika tubuhnya berbenturan dengan beton menjulang yang menjadi tembok pembatas bangunan pabrik ini dengan dunia luar. Sial! Dia merutuki bangunan ini, kenapa tidak seluas yang ia kira.

Luhan menegang, ia tak bisa pergi kemanapun lagi, Sehun sudah berada tepat di hadapannya.

"Jangan Menangis.." Tangan penuh darah Sehun terulur menghapus lelehan bening di pipi Luhan.

Love & SecretWhere stories live. Discover now