Tugas Mei

1.2K 129 8
                                    

"Sekarang mau apa lagi?" Romi jengah, setiap langkahnya, setiap itu pula Mei mengikutinya. Rasanya dia ingin membumi hanguskan dirinya sendiri, oh tidak, daripada menyakiti dirinya lebih baik menyingkirkan gadis itu saja.

"Sudah saya bilang, saya ingin menjagamu." Jawaban yang selalu sama.

"Kita sekarang diatas meja makan. Apa lo nggak mau makan juga? Apa dengan menjaga gue, bisa buat lo kenyang?"

"Mmm, memangnya saya juga boleh ikut makan?" Tanya Mei gamang.

"Nggak! Lagian ya, lo udah disini, kenapa nggak langsung makan aja. Ribet."
Ucap Romi sembari membuka email yang membuat ponselnya berbunyi.

"Oke, terimakasih." Dan gadis itu pun menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga setiap paginya.

Sedangkan, setelah membuka email dan membalasnya, Romi bukannya langsung meneruskan makan, dia malah menuju aplikasi whatsapp, menghubungi Vero, sahabatnya agar bisa membantu dirinya. Ini membuat Romi sangat risih.

"Reydynal Vero,"
Ucap Mei yang langsung membuat Romi terkejut, dan hampir menjatuhkan ponselnya. Dia heran, bagaimana bisa Mei mengetahui dirinya akan menghubungi Vero.
"Sahabatmu sejak kecil, sama-sama menjadi pengusaha muda sepertimu. Karena masalah dengan mantan kekasihnya, dia memutuskan hubungan keluarga dengan sepupunya, lalu mulai mencintai seorang perempuan yang beragama islam, cintanya teruji sewaktu itu, namun takdir tidak berpihak dengannya meski dia berusaha merubah keyakinannya, dan sekarang, Vero telah menemukan perempuan yang akan menjadi masa depannya kelak, yang telah merubah pemahamannya tentang keyakinan yang sudah dianutnya, dia jodoh yang sebenarnya. Benar bukan?"
Jelas Mei yang membuat Romi terperangah dan tidak berkedip.

"Lo sudah ikutin kehidupan gue sejak kecil?"
Pertanyaan yang membuat Mei tertawa terbahak-bahak, dengan menepuk meja makan, membuat piring yang berisi makanan untuk dimakannya menjadi bergetar dan sesekali satu-dua nasi terjatuh dari tempatnya.

"Mana mungkin gue ikutin lo? Males banget."
Ucap gadis itu masih dengan tawanya.

Romi jadi bergidik ngeri melihat perempuan didepannya memperlihatkan sisi yang tak disangka-sangka oleh laki-laki itu. Perempuan itu tidak terlalu menakutkan meski dengan tertawa membuat mata gadis itu memejam keduanya, dan gigi gingsulnya muncul dibalik bibirnya. Romi menebak bahwa perempuan itu pasti blasteran jepang-jawa. Tapi itu hanya tebakan saja.

Manis juga. Pikir Romi.

"Ah ayolah, gue juga manusia normal, yang masih mau tertawa sepuas hati." Jawab Mei. Namun kesadarannya lalu menampar setiap kelalaiannya. Ingat, antara Romi dan dirinya, ada dinding yang tidak bisa ditembus. Dan Mei harus ingat juga, bagaimana cara yang pantas untuk berperilaku pada Romi. Dia ada untuk menjaga Romi, bukan untuk menjadi teman laki-laki itu.
"Maafkan Pak, saya kelewatan."
Tambah gadis itu merubah sikapnya. Mulai duduk dengan tegap lagi, dengan tatapan yang tajam kearah Romi.

Romi memutar bola matanya jengah.
"Oke, lo boleh menjaga gue sesuka hati lo. Tapi tolong, jangan bersikap formal seperti itu, atau kalo nggak, gue bisa lakuin apapun buat ngehindar dari lo. Jadi, lo pilih mana, gue sukarela mau dijaga, atau lo yang harus berusaha?"
Pilihan yang membuat Mei berfikir keras. Akankah dia bisa bersikap biasa saja pada Romi? Sedangkan tugasnya tidak mencantumkan hal itu.

"Tapi, saya ditugaskan bukan untuk berteman denganmu, tapi hanya untuk menjagamu saja."
Jawab gadis itu berkeras kepala. Dia sedikit terhenyak saat Romi menggebrak meja.

"Butuh berapa telinga buat nampung ocehan lo tentang tugas lo itu? Dua telinga gue udah panas! Gue gak peduli siapa lo, gimana tugas lo. Kalo lo mau berurusan sama gue, itu artinya lo juga harus mengerti gimana kemauan gue, dan kalo lo nggak bisa terima itu, silahkan pergi."

Apa yang dikatakan Romi sepertinya cukup menggertak Mei, gadis itu semakin bimbang. Apakah harus menyanggupi yang diajukan Romi padanya.

"Baiklah, saya mau. Dengan berat hati, saya menyanggupi bisa berteman denganmu." Jawab Mei.

"Oke," Romi membenarkan posisi duduknya, mulai merilekskan tubuhnya dengan memandang Mei.
"Seorang teman harus terbuka dengan teman lainnya. Sekarang, bilang ke gue, apa yang lo maksud dengan tugas menjaga gue? Siapa yang menyuruh lo? Dan gimana bisa lo tau segalanya tentang gue?"
Sekarang, laki-laki itu dengan leluasa bisa menginterogasi Mei.

Gadis itu bergeming, namun akhirnya membuka suara juga.
"Saya boleh ngomong dengan kata gue?" Ijinnya terlebih dahulu, kemudian Romi menjawabnya dengan endikan alis sebagai isyarat memperbolehkan.
"Gue sebenarnya salah satu anggota polisi wanita di jawa timur, bripda adalah pangkat gue sekarang. Suatu hari gue ditugaskan untuk menjaga orang penting, semuanya dijelaskan secara terperinci tentang orang tersebut, bagaimana kesehariannya, dan masa lalunya. Gue menyetujuinya, karena itu adalah amanah. Dan, disinilah gue sekarang."

"Jadi orang yang lo maksud adalah gue?" Terka Romi lagi.

Mei mengangguk mantap. Dan Romi menerawang dengan pasti masa lalunya, ada banyak luka dan ada banyak rahasia pula yang sampai sekarang belum bisa dia pecahkan. Mungkin dengan mendekati Mei, adalah caranya agar bisa mengetahui maksud rahasia yang coba digalinya sejak dulu.

"Siapa yang mengutus lo?" Kini pertanyaan itu hanya dijawab senyuman oleh Mei.

"Siapa dia, lo nggak perlu tau." Jawab Mei, dia berdiri dengan tegap setelah menghabiskan makanannya.
"Sudah cukup ngobrolnya, lo akan terlambat ngantor."

Romi menghembuskan nafas kasar. Tidak mudah membuat Mei berbicara. Gadis itu cukup cerdas, hingga bisa menjadi utusan seseorang agar menjaganya.

"Tunggu, masih banyak yang mau gue tanyain. Kenapa gue harus dijaga?" Tanyanya lagi tidak terima.

"Semua orang perlu dijaga dan menjaga, nggak ada yang bisa berdiri sendiri. Anggap saja, gue sedang membantu lo menjaga diri."

"Bukan itu jawaban yang gue mau."

Mei tersenyum lagi.
"Lo akan tau jawaban itu dengan sendirinya, tanpa gue beritahu."
Gadis itu mengangkat tangannya keudara,  mempersilahkan Romi agar berjalan didepannya.

Ada banyak rahasia didunia ini, tapi satu rahasia yang tidak pernah bisa terpecah oleh kemauan kita, yaitu takdir.

-RoMei-

Haiiloo, update ini dulu yak. Lagi suka sama Romi weuuww.
Kutunggu vote dan komennya yah. Kalo votenya udah+100, bakal aku up lagi kelanjutannya.

Regards💕

Umi Masrifah

PerisaiWhere stories live. Discover now