Ke Pesta

399 66 1
                                    

"Nanti gue ada acara,"

"Acara resepsi pernikahannya Vero kan?" tebak Mei yang langsung dihadiahi dengusan kesal oleh Romi, dan perempuan itu hanya cekikikan melihatnya.

"Bisa nggak, untuk tidak tau semua tentang gue." gerutu Romi.

"Gue capek untuk bilang bahwa ini semua sudah tugas gue." gerutu balik Mei.

"Ya ya, oke. Sekarang, masalahnya gue pergi sama siapa? Kalo lo ngelarang berhubungan lagi dengan Tere." ucap Romi.

"Perempuan lain. Yang penting bukan dia." jawab Mei.

"Lo kira gampang?"

"Buat lo apa yang sulit? Lo keluar rumah aja, dalam sekejap sudah dapet perempuan." ucap Mei, seakan melihat Romi adalah playboy ulung.

Bukannya marah atau mengelak yang dikatakan oleh Mei, Romi malah menatap perempuan itu intens. Membuat Mei merasakan hal aneh dihatinya, sesuatu sedang menyentil dan menjadikannya canggung. Tapi untuk Romi, bukan tatapan itu yang dimaksud, dia sedang merencakan suatu hal.

"Apaa?"

"Temen lo mungkin ada yang cantik, bisa sih gue bawa." ucap Romi, Mei kira dirinya yang akan jadi pilihan, tapi malah temannya.

"Akh, gue aja. Pokoknya harus gue. Titik." ucap Mei.

"Kok lo malah keliatan kayak pacar yang posesif ya?" gerutu Romi.

"Sudahlah, segera siap-siap gih. Gue tunggu." ucap Mei.

"Gue tunggu? Lah lo nggak ganti baju juga?"

"Buat apa? Baju ini cukup bagus buat pergi ke pesta." jawab Mei yang memperlihatkan style tomboynya, dengan celana jeans dan kaos berwarna hitam, untung ada blazer yang sedikit membuatnya feminim.

"Apaan? bahkan dresscode-nya harus warna gold, lo mau pake item-item kayak gini?" Romi menghembuskan nafas sebal. "Yaudah, tunggu sini dulu." Ucap laki-laki itu pergi kedalam rumah.

Hampir setengah jam, baru Romi keluar sudah dengan baju rapi sesuai dresscode yang ditentukan dari acara yang akan didatanginya.
"Sekarang lo ikut gue." ucap Romi berjalan duluan.

"Siap." Mei pun berjalan dibelakang laki-laki itu.

***

Tidak lama kemudian, Romi berhenti disebuah butik besar. Mei pun terperangah melihat baju-baju yang dipajang di depan kaca. Indah sekali, tapi Mei tidak tertarik untuk memakainya.

"Ikut gue." Romi keluar dari mobil, dan Mei pun mengikutinya.

"Tunggu, gue punya pikiran buruk." ucap Mei.

"Dan pikiran buruk lo itu akan terjadi nanti. Ayo masuk." ucap Romi sembari menarik tangan Mei.

"Tolong carikan baju warna gold yang paling cocok untuk dia." ucap Romi setelah sampai di tempat itu, semuanya pun segera bergegas kearah Romi.

"Baik, Pak Romi." ucap pemilik butik itu. "Cepat carikan, sekarang." suruhnya pada perempuan disamping Mei.

"Itu siapa? Kok yang diajak Pak Romi sekarang bukan Bu Tere ya? Padahal cantikan Bu Tere banget." bisik beberapa karyawan disana.

"Iya ya, yang ini gak tau fashion banget." bisik yang lainnya.

"Maaf, orang yang suka bergunjing nanti mulutnya ditusuk pake besi panas loh di neraka." ucap Mei saat melewati mereka. Mereka pun langsung terdiam mendapat sindiran dari Mei. Sedangkan Romi tersenyum mendengarnya, lucu saja melihat Mei mengingatkan seseorang, tidak seperti Tere yang selalu mendahulukan emosi.

"Yang ini Bu?" tanya karyawan butik itu menunjukkan sebuah gaun yang panjangnya selutut, dengan bagian atas yang terbuka.

"Tidak. Saya cari sendiri saja." Mei mengedarkan pandangan, dan menemukan sebuah gaun panjang yang menutupi lengan dan dadanya, lalu bawahnya hingga menutupi mata kaki.

"Maaf Bu, tapi Pak Romi tidak terlalu suka dengan pakaian seperti ini." fix, Mei yakin pasti banyak perempuan yang suka dibelikan baju oleh Romi ditempat itu.

"Yang pake baju itu saya, bukan Romi. Saya tetap pilih ini." Mei pun membawa baju itu ke ruang ganti.

Sedangkan diluar, Romi berbicara pada pemilik butik agar Mei juga didandani sekalian. Karena tidak butuh waktu lama, acara resepsi Vero akan dimulai.

Setelah semua selesai, Mei keluar dengan balutan gaun pilihannya, rambut pendeknya di beri aksesoris sedikit, dan menampikan perempuan cantik dengan masih dandanan simple-nya.

Romi pun terperangah, melihat Mei yang terlihat lebih feminim dengan gaun panjangnya. Tiba-tiba Romi suka melihat Mei seperti ini, ingin sekali memandangnya terus.

"Tundukkin pandangan lo." gerutu Mei, dia berjalan tapi sedikit terseok-seok, penyebabnya adalah high heels, siapa yang menjamin perempuan tomboy itu bisa memakai sepatu berhak tinggi? Tentu tidak bisa. "Sepatu nyusahin." gerutu Mei sendiri.

"Bisa jalan nggak?"

"Diem lo." Mei ternyata benar-benar kesal.

***

"Eh stop stop." Romi menyuruh Mei berhenti saat perempuan itu keluar dari mobil.

"Apalagi sih?" tanya Mei.

"Pake heelsnya." Tegur Romi melihat Mei malah menenteng heelsnya.

"Males ah, susah tau nggak. Lagian, gue pake flat shoes juga nggak keliatan kan?"

"Tapi lo terliat pendekan tau."

"Bilang aja lo mau ngehina gue." gerutu Mei. "Ah sudah deh, ayo masuk."

-Perisai-

Regards

Umi Masrifah

PerisaiWhere stories live. Discover now