Insiden

658 76 0
                                    

"Tunggu dulu." Romi lagi-lagi mencegah Mei untuk masuk ke acara resepsi yang diadakan di sebuah gedung.

"Apa lagi?" Mei menatap Romi kesal.

"Bersikaplah seolah kamu itu pacarku. Oke?" ucap Romi yang menyuruh Mei patuh dengan perintahnya.

Mei tercengang, ada yang aneh dengan gaya pengucapan Romi sekarang. Akh, iya benar dan itu terletak pada kata "kamu-aku". Mei bergidik ngeri jadinya.

"Oke," Mei melangkah lagi kearah Romi, lalu menggandeng laki-laki itu tanpa segan. "Kita masuk sekarang."

Romi langsung terhenyak dengan aksi Mei yang spontan itu.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai didalam gedung, dan mendapati dua pasangan berbahagia didepan. Mei pun menarik tangan Romi, dan laki-laki itu hanya menurut. Baru sekarang, Romi melihat perempuan seaneh bin ajaib seperti Mei. Apalagi saat memakai dress indah itu, membuat aura kecantikannya terpancar.

"Huaah, indahnya Bang."

Suara itu mengejutkan Romi, dan membuyarkan lamunannya. Suara itu berasal dari sampingnya, seorang perempuan yang masih saja menggandengnya.

"Mei, diam!"
Bisik Romi sembari menarik tangan perempuan itu, menyuruhnya agar bersikap lebih formal dan sopan.

Membawa Mei ke pesta itu lebih menyusahkan daripada membawa kucingnya yang ada dirumah, yang suka sekali meninggalkan bekas cakaran dikulit laki-laki itu.

"Halo, Vero, Tira. Selamat ya?"
Ucap Romi sembari menyalami dua orang yang masih cengok melihatnya membawa perempuan. Setelah beberapa bulan yang lalu putus dari Tere, Romi tak terlihat menggandeng siapapun dan kini anehnya dia menggandeng perempuan kecil, mungil, dan untung saja cantik.

"Siapa? Jangan karna nggak mau datang sendiri kepernikahan gue. Lo jadi narik orang cattering didepan buat jadi gandengan lo."
Bisik Vero pada Romi.

Mei yang sedang bersalaman dengan Tira, sang pengantin perempuan bisa mendengar bisikan itu, dan dirinya sakit hati saat disamakan dengan orang cattering.

"Selamat ya."
Ucap Mei dengan suara cemprengnya. Dia masih kesal dengan sahabat Romi. Dia kira Vero hanya laki-laki berhati keras seperti Romi, tapi ternyata dia juga memiliki mulut pedas bak sambel orek. Mei yakin sekali, bahwa Romi juga seperti itu, atau bahkan lebih, hanya saja dia belum mengetahuinya sejauh ini.

"Iya, makasih. Calon istrinya Romi ya?"
Tanya perempuan didepan Mei, perempuan yang cantik dengan balutan gaun pengantin. Terlihat serasi dengan Vero yang bertubug tinggi tegap. Sedangkan saat melihat dirinya sendiri, Mei jadi berkecil hati, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi apa bisa dikatakan cocok dengan Romi? Ah. Ini apa. Kenapa dia jadi menghayal seperti itu. Mei berusaha menghilangkan bayangan semu diotaknya, cukup. Dia harus ingat tujuannya.

Harusnya aku tak perlu berhayal, karena dia tidak akan mau terjatuh atau menjatuhkan hatinya padaku. Jadi hati, tolong dikondisikan.

"Iya, bentar lagi kita menikah."
Jawab Mei asal.

"Hei, jangan mengarang cerita!"
Sahut Romi tidak terima. Tuh, lihat bagaimana respon Romi yang menolaknya secara mentah-mentah. Cukup untuk kali ini, dia mempermalukan dirinya sendiri. Ini dia lakukan karena Romi telah membuatnya berdandan dan memakai heels tinggi seperti ini.

"Yaudah, gue bentaran disini. Mau balikin nih perempuan."
Ucap Romi sembari melangkah kearah Mei dan menariknya agar ikut lagi dengan laki-laki itu.
"Gue balik ya."

Mei merasa sangat kesal sekarang. Sama saja dia dipermalukan oleh Romi didepan sahabatnya sendiri. Dia menyesal bersikap seperti tadi.

"Iya, makasih sudah datang."
Ucap Tira.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PerisaiWhere stories live. Discover now