05.3 | Dan Bagiku Bandung Lebih daripada itu

1.9K 176 66
                                    


05.3
Dan Bagiku Bandung Lebih daripada itu



Bandung, 2010


Kereta yang Tama naiki melambat memasuki stasiun Bandung kota. Orang-orang yang menaiki kereta itu pun mulai bersiap berdiri dan mengambil barang di atas kompartemen. Tama bergeming di samping jendela menatapi pemandangan peron kereta yang bergerak-gerak. Hingga kereta itu pun berhenti, Tama baru bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang penumpang lain yang mengantri keluar dari pintu kereta.

Hari itu, udara Bandung sedikit lebih dingin dibandingkan di Depok. Tapi Tama memilih mengikat jaketnya di pinggang, membiarkan udara sejuk itu menghinggapinya. Tama keluar dari peron dan celingukan mencari sosok Jay yang katanya menunggu di Indomart dekat pintu keluar. Jay yang bersandar di dinding, berdiri tak jauh dari pintu masuk Indomart, memasukkan HP-nya ke dalam saku jaketnya lalu melambai ke arah Tama sambil tersenyum kecil.

Tama mempercepat langkahnya menghampiri Jay.

"Udah sarapan? Makan dulu yuk sebelum ke Tangkuban Perahu." tanya Jay ketika Tama sampai di hadapannya.

"Udah makan sih, tapi ayok aja." Jawab Tama.

Keduanya pun berjalan keluar stasiun menuju parkiran sepeda motor sambil mengobrol remeh temeh. Di jam tanggung itu, Jay mengajak Tama untuk makan bubur ayam mang Oyo di depan ITB, langganan Jay tiap pagi sebelum ngampus. Sembari brunch, keduanya merencanakan perjalanan mereka.


Hari itu mereka berencana untuk pergi ke Tangkuban Perahu lalu pergi ke kebun teh. Tama beberapa kali main ke Bandung. Tapi sekalipun belum pernah pergi ke Tangkuban Perahu. Jay paling mengajaknya ke tempat yang dekat-dekat saja seperti jalan di Ciwalk, pergi ke Selasar Sunaryo dan Lawang Wangi, ke Gedung Sate dan Museum Geologi, ke alun-alun Bandung dan sekitaran Gedung Asia Afrika, atau kadang hanya nongkrong di kafe sekitaran Dago. Paling jauh mereka pernah pergi ke Kawah Putih, itu pun dulu naik angkot karena Jay yang belum memiliki motor. Kali ini karena ada kesempatan main, Tama ingin pergi ke Tangkuban Perahu dan mampir ke kebuh teh di Lembang.

Setelah sarapan, keduanya pun pergi ke Tangkuban Perahu dengan berkendara sepeda motor. Tentu saja Jay yang menyetir, sementara Tama membonceng di belakang. Di perjalanan mereka mengobrol macam-macam sembari mengomentari lalu lintas yang padat dan view yang memanjakan mata sepanjang jalan.


Setibanya di Tangkuban Perahu, Tama berlari-lari kecil menuju ke arah kawah seperti anak-anak yang bertemu dengan mainan baru. Orang-orang yang bersisihan jalan dengan Tama, menatap Tama dengan tatapan heran melihat tingkah Tama yang agak norak itu. Jay yang mengikuti di belakang sambil berjalan santai tertawa-tawa pada dirinya sendiri melihat sikap Tama yang agak malu-maluin itu.

"Jay, cepetan sini! Lelet banget sih jalannya!" teriak Tama ketika ia telah sampai di dekat batas pagar penghalang sambil melambai ke arah Jay.

"Girang banget sih, cuman lihat kawah gini aja." Ejek Jay dengan napas sedikit terengah ketika sampai di tempat Tama menatapi kawah yang ada jauh di bawah mereka. Tama tak henti-hentinya menyunggingkan senyumannya dan mata yang berbinar takjub. Jay yang melihat sahabatnya itu terlihat bahagia jadi mendengus geli.

"Yang beginian mana ada sih di Jogja! Gila, nggak nyangka aslinya sebegini menakjubkan."

"Huh, norak amat sih! Kurang wisata deh kayaknya kau."

"Ya, gimana dong, tugas kuliah banyak, belum latihan, belum pergi ke pameran atau pertunjukan seni, duh, sibuk. Nggak sempet main-main gini kalau nggak disempetin."

JARAK [complete]Where stories live. Discover now