41

370 18 4
                                    

Eun bergegas menuju rumah sakit setelah menganti piyamanya dengan pakain hangat. Tanpa perlu memakai make up dan sebagainya ia dan Hellen teburu-buru mengunjungi ayahnya.

"Dimana ruangaanya?" Eun bertanya panik.

Hellen menggeleng, berlari mengejer seorang perawat dan menannyakan dimana ruang ayahnya.

Hingga tak lama kemudian, Hellen dan Eun menemukan ruang ayahnya dimana ayahnya dirawat.

"Dad, oh god!" Eun memekik saat melihat ayahnya terbaring lemah  di ranjang dengan belalai infus melilit sekujur tubuhnya.

Eun dan Hellen menangis, memeluk ayah mereka. Seorang dokter datang dan berkata, "Apakah kalian keluarganya?"

"Ya, benar. Apa yang terjadi kepada Mr.Nicolen dok?" tanya Hellen yang berurai air mata.

Dokter itu menghela nafas berat, "Seseorang menyuntikannya racun serangga dengan jumlah yang banyak. Sehingga racun itu dengan cepat mengalir ke seluruh tubuhnya dan... Racun itu telah menyerang jantungnya."

Eun maupun Hellen tercekat demi mendengar pernyataan itu, apakah itu artinya ayah mereka tidak bisa selamat?

Dokter tersebut seakan dapat membaca fikiran dua gadis itu, menjawab, "Ya, kecil kemungkinan ayah kalian akan selamat. " ucapnya lirih.

Eun dan Hellen terhenyak tanpa suara, mereka membeku hanya menyisakan isak tangis memilukan yang mengiang di seluruh ruangan bercat putih itu.

Eun menatap gusar ayahnya, mengusap pipi ayahnya dengan perlahan. Sudah lama sekali ia tidak bertemu ayahnya, terakhir saat ayahnya menampar pipinya.

Eun menangis kencang, ia merindukan ayahnya. Ingin sekali ia berbincang kepada ayahnya, sekali saja bila di izinkan. Ia menyalahkan dirinya selama ini tidak pernah bertanya kabar ayahnya, di fikirannya terlanjur tertanam  bahwa ayahnya membenci dirinya, tapi sekarang Eun sadar ayah tetaplah ayah, mau sebenci apa pun, hubungan ayah dan anak tidak akan putus. Seorang Eun benar-benar menyesal.

"Maafkan aku Dad, tidak pernah menanyai kabarmu selama ini." sesal Eun, setitik air mata jatuh.

Berberpa jam kemudian terdengar bunyi berdeking panjang dan memekakan telinga.

Eun terduduk di lantai, ayahnya telah meninggal. Tanpa sempat mengucapkan kata-kata terakhir. Eun membungkam dan tatapannya kosong saat beberapa orang berpakaian putih memindahkan jadad ayahnya. Ia tidak lagi terisak, air matanya kering, sudah terlalu banyak air mata yang ia keluarkan sebulan terkahir. Hanya saja hatinya tak sekali pun berhenti menangis.

Eun membiarkan Ayahnya di bawa oleh keluarga Katy, prosesi akan di langsungkan di rumah ayahnya. Eun tidak ikut saat Hellen mengajaknya untuk melangsungkan prosesi pemakaman ayahnya, untuk apa? Ayahnya juga sudah meninggal, ia bisa mengirim doa nanti setelah sampai di rumah.

Eun berjalan menuju lorong rumah sakit, Hellen baru saja pergi beberapa menit yang lalu.

Eun fikir ia akan segera perang, tapi Katy, dan Dale mecegatnya.

Eun menatap sayu Katy dan Dale, ia yakin matanya membengkak karena sisa-sisa menangis.

"Marcena, bagaimana kabarmu? Hahha aku puas sekali Marcena, dendamku telah terbalaskan. Ibumu mati, meski bukan aku yang membunuhnya, ayahmu..." katy terkikik, "Aku dan ibuku sudah tidak tahan meraup harta Ayahmu, terlebih lagi aku tidak sabar menantikan air matamu. Jadi, ku bunuh saja ayahmu." Katy tertawa lagi.

Eun menatap Katy dengan tatapan dingin, ia membungkam tanpa perlu membalas ucapan Katy. Ia tak kaget  mengetahui katylah yang membunuh ayahnya.

"Bagaimana kandunganmu? Sudah beberapa minggu?" Katy tersenyum manis, "Ah ya, biar aku sendiri yang hitung, 1, 2, ah sudah beberapa bulan Dale?" Katy menatap Dale dengan tatapan riang. "Kalau hitunganku tidak salah, sudah 7 minggu." Katy tertawa terbahak-bahak.

Eun tercekat, ia hamil? Tubuhnya yang membeku semakin beku. Menatap dengan tatapan tak percaya dan sayu. Eun menatap Dale sekilas, pria itu tidak berani menatap Eun.

Eun menunduk, lebih tepatnya menatap perutnya. Ia hamil? Sebutir air matanya jatuh. Dan tanpa aba-aba Eun melangkah pergi dengan prasaan duka bercampur kecewa serta sedih.

Eun tak memperdulikan Dale yang menatapnya dengan tatapan bersalah? Untuk apa? Tidak berguna juga.

Eun membiarkan langkahnya membawa tubuhnya kemana saja.

Tanpa terasa malam telah larut, Eun tidak tahu persis di mana ia sekarang.

~ooOoo~

Part ini gaje? Kurang detail? Iya banget. Kenapa? Krn aku lagi capek+stres. Tugas numpuk, hafalan bejibun, belum lagi itu ada 2 bocah yang harus aku jagain masih kecil2 lagi, dan sama doi lagi genjatan senjata. aaaaargh, tidak hanya Eun yang uringan, akunya juga. 😂😂😈

Light Of LoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon