My Life [4] :That Night {2}

1.8K 151 125
  • Dédié à JayAlexander
                                    

Haaiiii :D Whew aku ga sadar part ini PANJANG BANGET! Aku ngetik seharian dan ga sadar pas liat halaman komputer udah 30an lebih! AAAH GILA INI OTAK AKU HAHA. Niatnya bikin cerpen malah panjang gini, ga bakat emang haha :D Ini part semakin monoton. Serius. Aku lagi ga ada mood buat ngetik sebenernya tapi ga enak aku udah ngeharkosin sahabat watty aku *kedip-kedip*. Jadi aku post deh. Maaf banget ya kalau mengecewakan dan ga jelas dan ga nyambung, but i've tried so hard to make it intereseting. it's just... HARD. Well, udah selesai unek-uneknya haha XD aku mau nanya satu hal buat yang ngikutin BTS sama TEH. aku mau ngelanjutin salah satu dari cerita itu, tapi yang mana ya? Kalo aku lanjutin dua-duanya alurnya jadi aga sama gitu dan aku ga mau ceritanya jadi mirip. Makanya aku minta kalian readersku yang baik, kata kalian aku lanjutin yang mana? Salah satunya ga akan aku lanjutin sampe salah satunya tamat . Anyways, udah kali ya udah panjang haha dadah! Happy Holiday and Happy reading!!XD

Picture on the right--> Nicole

***

Jay's POV

Pernah satu kali ketika aku berumur lima atau empat tahun aku nyaris yakin aku akan mati.  Waktu itu aku tersedak koin yang kukunyah ketika Will Smith menandatangani kaus putih polosku. Bayangan akan diriku yang tersenyum lebar digantikan dengan aku yang tersedak seperti sapi kerasukan di trotoar. Beberapa orang panik, sebagian menelepon ambulan atau mencegat taksi dan setengah jam berikutnya aku berada di Unit Gawat Darurat.

Aku juga pernah nyaris yakin menghadap Tuhan ketika aku menderita Tipus parah sampai rambutku rontok banyak. Kukatakan pada Mom sepertinya aku menderita kanker rambut, lalu aku minta maaf karena tidak menjadi anak yang baik. Dia harus tahu bahwa aku mencintainya. Aku akan melakukan apapun untuk ibuku--seandainya aku punya waktu.

Mom tertawa, mengecup puncak kepalaku dan berkata bahwa keajaiban itu ada. Kalau Tuhan sayang padaku ia akan membiarkanku hidup sampai waktu yang Ia tentukan. Bila aku mati suatu hari nanti, itu adalah garis yang ditetapkan Tuhan. Bila aku berhasil melewati saat-saat paling mengerikan dalam hidupku -kasusku saat itu, kanker rambut- itu namanya keajaiban.

Jadi kini setelah mobil terguling-guling seperti rongsokan yang dilemparkan ke tanah, terpantul-pantul di tanah yang landai sampai kepalaku menghantam entah bokong siapa, kaca, setir dan dashboard, lalu mobil kembali dalam posisi tegak walau bibirku mencium sepatu Julian, aku rasa ini namanya keajaiban.

Michael yang kepalanya berada di bokong Julian mengerang. Ia mengerjap, menatapku yang sekarat dengan kepala dibawah dan kaki diatas, lalu menyeringai.

Aku mendelik padanya sambil berusaha menurunkan bokongku, "Kau mencium bokongnya. Jangan sombong!"

Michael buru-buru bangkit duduk sampai kepalanya menghantam langit-langit mobil lalu mengumpat dalam bahasa Slang yang belakangan sedang trend diantara Remaja Amerika. Amy yang posisinya tidak jauh lebih baik, rambutnya berada di dalam kue cokelat sementara wajahnya mencium karpet mobil bangkit lalu mengerjapkan mata.

"Apa aku sudah mati?"

"Belum."Sahutku sambil mengusap wajah.

"Tuhan? Kaukah itu?"Julian mengerang. Ia tampak kesulitan bangkit. Michael menyeretnya ke posisi duduk lalu menyandarkan keningnya ke jendela.

"Tidak Juls, hanya kami."Jawabnya setengah sadar.

Aku mencondongkan badan kearah jendela yang retak, mengintip dari balik kabut, rumput, ranting dan pasir yang berserakan di kaca mobil. Beberapa meter diatas tampak gerombolan orang yang mengintip ke bawah dari balik pagar jembatan. Dua atau tiga orang polisi tengah menyorot kearah kami dengan senter. Seorang dari mereka berbicara dengan walkie talkienya sementara polisi lain mencoba menghalau orang-orang yang akan lompat ke balik pagar dan melihat mayat empat remaja sinting yang menimbulkan kerusuhan.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Apr 02, 2014 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

A Novella: Her  (Summer Memories #0,5) ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant