#Part 24: Kencan Pertama

1.2K 110 1
                                    

Tawa hangatmu, senyum ceriamu serta canda tawamu, kan ku ukir indah dalam bingkai hatiku. - Darrent

•••

Darrent segera meraih tangan Areta dan menautkan jari-jemari keduanya begitu mereka tiba di Trafalgar Square. Dengan langkah pelan dan beriringan keduanya menikmati dalam diam pemandangan malam di tempat itu. Sesekali keduanya nampak tersenyum-senyum sendiri saat berjalan sambil berpegangan tangan seperti itu.

Begitu tiba di depan sebuah air mancur, Darrent segera menghentikan langkahnya, kemudian mengajak Areta untuk duduk di salah satu undakan dengan posisi duduk menghadap ke arah air mancur.

Trafalgar Square adalah salah satu tempat nongkrong di London yang paling populer dan menjadi salah satu landmark kota London. Letaknya berada di pusat kota dan tak jauh dari Hotel tempat Areta menginap.

Saat keduanya dalam posisi duduk, Darrent masih saja tak melepaskan tautan jari-jemarinya dari Areta.

"Gurumu serem ya, Kil. Masa aku harus dibuat nunggu berhari-hari baru bisa ketemu kamu. Padahal jarak kita udah sedekat ini tapi aku ga bisa ketemu kamu. aku hampir gila saat nungguin kamu," keluh Darrent.

Areta terkikik geli mendengar keluhan Darrent itu. Setibanya di London, Areta memang tak langsung bisa menemui Darrent. Ibu Rinda yang mendampingi mereka selama di London begitu ketat menetapkan peraturannya. Mereka diharuskan untuk fokus dulu dengan pertandingan, untuk urusan selain itu bisa mereka lakukan di hari lain selepas pertandingan. Karena itu Darrent dan Areta tak bisa bertemu.

"Iya maaf, ibu Rinda ga mau konsentrasi kita keganggu makanya beliau netapin peraturan kayak gitu," jelas Areta.

"Ya tapi aku salut sama gurumu itu, berkat campur tangannya juga kalian bisa dapet medali emas. Dan aku bangga banget sama kamu. Selamat ya," Darrent tersenyum menatap Areta.

Areta malu-malu membalas tatapannya itu.

"Jadi kamu kapan balik ke Indo?"

Areta menghela napas berat, rasanya waktu begitu singkat. Waktu terlalu cepat berjalan. Ibu Rinda hanya memberi waktu 3 hari kepada mereka untuk menikmati kota ini. Bila hari ini berakhir, maka hanya tersisa 2 hari lagi baginya untuk bersama Darrent. Rasanya tak cukup.

"2 hari lagi."

Raut wajah Darrent terlihat kecewa. Tapi kemudian cepat-cepat ia tersenyum, "ga apa-apa, Kil. Udah bisa ketemu dan jalan-jalan sama kamu aja aku udah bersyukur banget. Nanti kamu tunggu aku ya di sana. Aku yang bakalan datang nyamperin kamu."

Areta bisa melihat keseriusan di mata Darrent. Areta kemudian mengangguk pelan seraya tersenyum. Bahkan bila harus menunggu lama sekalipun Areta akan bersedia. Karena rasa cinta yang kian hari kian besar yang mampu membuatnya bertahan untuk menunggu.

Melihat itu, Darrent segera mengangkat genggaman tangannya ke arah wajahnya, lalu kemudian mengecup dengan lembut punggung tangan Areta.

Areta langsung merasakan punggung tangannya menghangat. Rasa hangat seakan menjalar ke setiap sel-sel tubuhnya, hingga ia merasa perutnya bergejolak seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya.

Dulu sewaktu Areta masih begitu berharap kepada Karell, Areta pikir hanya Karell satu-satunya orang yang bisa membuat hatinya bergetar hebat walau hanya dengan melihat senyuman dan berada di dekatnya. Saat Areta patah hati dan merasa begitu sakit dan terluka, Areta pikir Areta tak akan pernah lagi bisa merasakan rasa seperti ini. Satu perasaan di mana untuk hal-hal sekecil dan perlakuan kecil dari seseorang bisa membuat jantungnya berdebar-debar aneh. Kini kehadiran Darrent dalam hidupnya mampu membuat sudut pandangnya berubah.

"Kita selfie yuk! Aku pengen punya foto berdua sama kamu," Darrent kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya.

Saat Areta sedang memperbaiki letak gagang kacamatanya, Darrent langsung mengambil gambar tanpa aba-aba. Hal itu tentu saja membuat Areta kaget. Sehingga saat melihat tampangnya di foto, Areta terlihat tak siap dengan ekspresi kagetnya.

"Dih, aku jelek di situ. Hapus!" Pinta Areta seraya berusaha merebut ponsel Darrent. Namun Darrent segera menjauhkan ponselnya dari jangkauan Areta dan segera memasukkannya kembali ke dalam ponselnya.

"Darrent!" Areta mencebikkan bibirnya dan pura-pura kesal.

Darrent hanya tertawa-tawa menanggapinya.

"Kalo pengen di ulang lagi, pake ponselmu aja," ujar Darrent setengah meledek.

"Ih tapi hapus dulu yang di hp kamu." Areta memelas.

"Ga, ga mau hapus. Itu foto selfie pertama kita." Darrent tetap kekeuh, hingga akhirnya Areta menyerah. Karena nampaknya percuma bila ia memohon-mohon.

"Yaudah ayo foto lagi pake hp aku," ajak Areta pada akhirnya. Dan lepas itu mereka berdua asik foto bersama, mengabadikan momen kebersamaan keduanya.

➰➰➰

15 Februari 2017

Loving From a Distance #LDR StoryWhere stories live. Discover now