#Part 39: Terpisah Lagi

1.1K 95 8
                                    

Ada aku di sini, di sampingmu. Tempatmu membagi rasa. - Areta

•••

Di perjalanan pulang Darrent lebih banyak diamnya. Pandangannya terlihat kosong saat menatap pemandangan di luar jendela samping mobil tempatnya duduk. Areta yang melihat perubahan sikapnya itu, mencoba sedikit menggeser posisinya lebih dekat dengan Darrent. Kemudian dengan sedikit ragu, Areta meraih tangan Darrent dan menggenggamnya erat. Sontak Darrent menoleh ke arah Areta hingga mata keduanya bersitatap.

Areta menatap Darrent dengan tatapan penuh tanya, namun Darrent hanya membalasnya seraya tersenyum. Entah mengapa Areta bisa merasakan ada sesuatu yang tengah mengganggu pikiran Darrent.

"Kamu kenapa?" Bisik Areta pelan agar tak terdengar oleh Fayrel yang tengah fokus menyetir. Sementara Feya yang duduk di kursi penumpang di sebelah Fayrel terlihat tengah menikmati pemandangan lewat jendela mobil.

Dengan lembut Darrent melepaskan genggaman tangan Areta. Areta sedikit terkejut mendapatinya. Tapi hal yang selanjutnya di lakukan oleh Darrent adalah melingkarkan tangannya di pundak Areta. Kemudian dengan setengah berbisik Darrent berucap, "aku sedih karena bakalan berpisah lagi sama kamu."

Areta terenyuh hatinya saat mendengar itu. "Kamu baik-baik ya selama aku ga ada." Lanjut Darrent kemudian. Mendadak perasaan Areta begitu campur aduk. Sepertinya begitu kurang waktu kebersamaan mereka. Areta ingin bisa lebih lama lagi menghabiskan waktu bersama Darrent.

"Iya," balas Areta lirih dengan suara yang tercekat di tenggorokan. Selepas itu tak ada lagi pembicaraan setelahnya.

Darrent kemudian merogoh ponsel dari dalam kantongnya, selepas itu ia terlihat sibuk dengan ponselnya itu. Dan entah mengapa setelah Darrent sibuk dengan ponselnya, tak lama setelah itu Feya juga terlihat sibuk dengan ponselnya.

Begitu tiba di rumah Areta, semuanya langsung turun dari mobil. Darrent membantu Fayrel mengeluarkan barang-barang bawaan mereka dari dalam mobilnya. Areta dan Feya pun tak tinggal diam. Selepas itu mereka membawanya masuk ke dalam rumah.

Areta menghampiri Darrent yang tengah duduk di beranda. Tak jauh darinya, Feya terlihat sedang duduk dan sibuk dengan ponselnya.

"Jangan pulang dulu ya, bunda lagi bikinin minum buat kalian," pinta Areta begitu duduk di samping Darrent. Feya menengadah sesaat dari layar ponselnya dan mengangguk. Sementara Darrent juga mengangguk seraya tersenyum.

Selepas itu, Darrent segera merogoh ponselnya yang tak berhenti bergetar sedari tadi dan membuka notifikasinya. Wajah Darrent terlihat begitu serius saat mengetikkan sesuatu. Sementara tak jauh darinya, raut wajah Feya terlihat sedih. Namun tak lama berselang, keduanya menengadahkan wajah dari layar ponsel mereka dan saling bertukar pandang. Ada jeda sepersekian detik lantas Darrent terlihat tengah menahan tawanya sementara Feya malah cekikikan.

Areta menjadi merasa aneh sendiri melihatnya.  Sempat terlintas pikiran aneh di benak Areta jikalau keduanya sebenarnya sedang bertukar pesan dan membahas sesuatu yang membuat ekspresi mereka terlihat seperti itu saat saling bertatapan. Namun sekuat tenaga Areta mencoba menghalau pikiran anehnya itu.

Areta kemudian pamit ke belakang meninggalkan keduanya. Bahkan saat Odelia datang menyuguhkan minuman buat Feya dan Darrent, Areta belum balik juga. Menyadari hal itu, Darrent mencoba untuk menghubungi Areta lewat ponselnya. Namun belum sempat Darrent mendial nomor Areta, Areta terlihat berjalan beriringan dengan Fayrel yang tengah menjinjing Travel bag.

"Maaf ya tadi bantuin abang packing." Fayrel hari itu harus segera bertolak ke Bandung untuk promo album perdana mereka.

Tak lama setelah itu, Fayrel di jemput oleh teman-temannya. Dan selang beberapa saat setelahnya, Darrent dan Feya pun pamit pulang.

"Aku balik ya." Ujar Darrent saat Feya telah lebih dulu pamit kepada Areta dan masuk ke dalam mobil. Areta langsung mengangguk menyetujuinya.

Darrent kemudian memegang pundak Areta dengan posisi saling berhadapan. "Ta, apapun yang terjadi kita harus tetap saling percaya. Selalu jaga hati kita, cinta kita. Ingat selalu, Hati ini hanya untuk kamu dan aku juga percaya hati kamu hanya untuk aku." Entah mengapa ada satu perasaan aneh saat Areta mendengar kalimat itu.

Kenapa tiba-tiba Darrent berucap seperti itu? Apakah ini ada hubungannya dengan sikap diamnya selama di perjalanan tadi? Tapi Areta mencoba tidak mengindahkan selintas pikiran aneh itu, Areta kemudian lebih mendalami maksud sebenarnya dari ucapan Darrent tersebut. Pada intinya, Darrent mencintainya dan tak ingin kehilangan dirinya.

Lantas Areta mengangguk seraya balas menatap tatapan teduh milik Darrent. Darrent kemudian dengan lembut mengusap pipi Areta. Selepas mencium puncak kepala Areta, Darrent akhirnya pamit.

➰➰➰

Suasana terminal keberangkatan Bandara Soekarno Hatta saat itu terlihat begitu ramai. Nampak Areta sedang berdiri bersisian dengan Darrent. Hanya Areta yang terlihat mengantarkan kepergian Darrent. Feya yang sebelumnya berjanji untuk ikut mengantarkan Darrent, terpaksa membatalkannya dikarenakan ada sesuatu yang mendadak  harus ia lakukan bersama kedua orang tuanya.

Darrent menggenggam tangan Areta begitu erat seakan tak ingin melepasnya. Wajah keduanya menunjukkan aura kesedihan tak ingin berpisah. Sesekali Areta terdengar menghela napas sedih.

"Ta, udah ga bole sedih. Kita harus kuat. Nanti kita bakalan ketemu lagi. Kita bakalan sama-sama lagi." Hibur Darrent.

Areta hanya mengangguk sedih menanggapinya. Sungguh untuk kali ini Areta tak memiliki keberanian untuk menatap langsung mata Darrent. Areta takut pertahanannya akan runtuh, Areta tak ingin menangis. Entah mengapa untuk perpisahan kali ini Areta merasakan kesedihan yang begitu dalam.

"Wajahmu jelek lho kalo sedih kayak gini," Darrent mencoba menggoda Areta namun tampaknya itu tak berhasil.

"Aku juga ga ingin berpisah. Aku pengen bisa sama-sama kamu terus. Tapi keadaan yang harus buat kita seperti ini." Ucap Darrent dengan helaan napas berat.

Areta tetap bungkam. Rasanya kedua bibirnya bergetar. Sepertinya air matanya sudah ingin tumpah. Namun sekuat tenaga Areta mencoba menahannya. Menggigiti bibirnya yang bergetar.

Darrent melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya hampir habis. Ia harus segera masuk sekarang dan meninggalkan Areta.

"Udah waktunya nih, sayang. Aku pergi ya. Kamu ga bole sedih, nanti aku jadi tambah sedih. Awas ya jangan nangis." Ada gelenyar aneh di dada Areta saat mendengar Darrent menyebutnya sayang. Areta kemudian menengadah, mencoba menatap mata Darrent.

Darrent menatapnya penuh kelembutan dan tersenyum menenangkan. Areta kemudian langsung melesak masuk ke dalam pelukan Darrent. Darrent segera membalas pelukannya dengan erat dan sesekali mencium puncak kepala Areta.

"Sampe ketemu lagi ya sayang," ucap Darrent setelah Areta mengurai pelukannya. Areta akhirnya hanya mengangguk pasrah. Setelah mengusap puncak kepala Areta dengan sayang, Darrent kemudian berjalan pergi meninggalkan Areta.

Saat melihat punggung Darrent yang bergerak menjauh, entah kenapa Areta merasa begitu kehilangan. Seolah mereka tak akan bertemu kembali.

➰➰➰

14 Maret 2017

Tinggal beberapa part lagi menuju ending.

Loving From a Distance #LDR StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang