#Part 28: Perpisahan

1.2K 101 3
                                    

Jangan berucap pisah, karena kita tak benar-benar berpisah. Hati ini telah satu, jiwa ini telah menyatu. - Darrent

•••

Darrent menatap mata Areta dengan lembut. Tatapannya selalu saja terasa begitu menenangkan dan mampu menggetarkan hati Areta. Darrent kemudian menyentuh rambut Areta yang tergerai, lantas menyelipkan beberapa helaian rambut Areta yang bagian depan ke belakang telinganya.

"Kabarin aku ya kalo udah nyampe," pinta Darrent, lalu kemudian ia melirik Feya yang bersebelahan dengan Areta," gue titip cewek gue ya Fey."

"Ga gratis lho," canda Feya. Darrent kemudian tertawa menanggapinya.

Aura perpisahan begitu terasa menyelimuti Darrent dan juga Areta. Suasana Bandara saat itu begitu ramai. Areta dan Feya sengaja sedikit menjauh dari kelompoknya yang hari itu akan pulang ke Indonesia, agar bisa dengan leluasa untuk berpamitan dengan Darrent.

"Oh iya Fey, gimana kemaren pas ketemu kakek lo?" Tanya Darrent kemudian.

Feya menghela napas sejenak dengan wajah tak tertarik. Sepertinya pertanyaan Darrent barusan merupakan topik yang lagi dihindari oleh Feya.

"Seperti biasa Ren, kakek masih aja ngebujuk-bujuk gue. Dan keputusan gue tetep sama. Udah ah gue males ngebahasnya," jawab Feya dengan raut wajah cemberut.

Areta yang sedari tadi diam, nampaknya mulai penasaran. Apa sebenarnya yang tengah dihadapi oleh Feya? Dan berdasarkan dari pertanyaan Darrent, Areta bisa dapat menyimpulkan bila Kakeknya Feya berada di sini.

Selama berada di London, Areta terlalu terfokus dengan dirinya dan Darrent, sehingga ia sedikit mengabaikan Feya. Areta juga tak sempat bertanya-tanya kepada Feya, hal apa saja yang Feya lakukan saat dirinya pergi bersama Darrent?

Areta sedikit menyalahkan dirinya. Sungguh ia sahabat yang tak peka. Harusnya sebelum ia pergi, menghabiskan waktu bersama Darrent, meninggalkan Feya sendirian di hotel, seharusnya sedikitnya Areta menunjukkan kepeduliannya kepada Feya. Areta merasa begitu bodoh.

Selama ini, Areta yang lebih banyak bercerita kepada Feya. Feya bahkan sudah begitu dekat dengan keluarganya. Terlebih dengan bundanya. Areta baru menyadari bila selama ini ia sama sekali tak mengetahui tentang keluarga Feya. Yang Areta tahu, Feya hanya tinggal berdua bersama kakaknya di Jakarta. Feya tak pernah bercerita soal keluarganya.

"Ih muka lo jelek banget kalo cemberut gitu, ga sayang apa sama kakek lo?" Darrent mengucapkannya dengan nada penuh canda.

Sementara Feya hanya memutar bola matanya. Melihat hal itu Darrent langsung tertawa.

"Ta, ih cowok lo nyebelin banget sih."

Areta hanya tertawa menanggapinya.

"Eh, gue gabung ke sana dulu ya, kali aja lo berdua mau bikin adegan kayak Cinta ama Rangga waktu di Bandara," Feya kemudian cengengesan sendiri. Kemudian tanpa menunggu respon dari Darrent dan juga Areta ia segera berlalu dari hadapan mereka dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

"Kayaknya bole juga tuh sarannya Feya," Darrent tersenyum usil.

Areta menahan tawanya, "apaan sih kamu," wajah Areta langsung bersemu merah.

"Wahh merah banget pipimu, Ta." Darrent tertawa senang. Nampaknya Darrent sangat suka meledek Areta hingga membuat pipi gadisnya itu memerah.

Areta langsung menutupi kedua pipinya dengan tangannya, lalu memasang tampang cemberut. Darrent semakin gemas dibuatnya. Tak tahan melihat ekspresi wajah Areta yang menggemaskan seperti itu, Darrent kemudian maju lebih mendekat dan mencubit hidung Areta dengan gemas.

"Ihh sakit tau!" Desis Areta seraya mengusap-usap bekas cubitan Darrent. Areta memang menampakkan wajah cemberutnya, tapi di balik semua itu hatinya serasa jungkir-balik. Selalu saja dadanya berdebar-debar kencang seperti ini.

Darrent kemudian tersenyum dan mengacak-acak rambut Areta. "Hati-hati ya, jaga kesehatan, jangan suka telat makan, jangan suka begadang, dan satu lagi, mandinya yang rajin ya," untuk permintaan yang terakhir itu, Darrent sengaja mengucapkannya dengan nada setengah meledek.

Areta kemudian tergelak seraya merapikan rambutnya yang habis dibuat berantakan oleh Darrent. Darrent pun ikut tertawa.

Sedetik kemudian, tiba-tiba wajah Darrent berubah menjadi serius.

"Aku selalu suka ngeliat kamu tersenyum dan tertawa. Tetap seperti ini ya, Ta. Aku selalu ingin liat kamu bahagia." Ada ketulusan dalam nada suara Darrent.

Areta begitu tersentuh mendengarnya. Entah kenapa Areta ingin menangis. Apalagi begitu menyadari bahwa hanya dalam hitungan menit lagi, mereka berdua akan segera berpisah. Rasanya begitu berat. Areta masih ingin menghabiskan waktu bersama Darrent. Areta masih ingin menciptakan banyak momen-momen bahagia bersama Darrent.

Areta tak ingin berpisah.

➰➰➰

20 Februari 2017

Loving From a Distance #LDR StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang