Mengejar Takdir

35 1 1
                                    


"Kenalin, ini Jebediah, panggil aja Jeb. Ada satu lagi sih temen gw tapi dia lagi nggak keliatan. Lo emang sering ke kafe ini, Ta?" tanya Magie. Sita mengangguk. "Ini kafe favorit gw" ucap Sita sambil tersenyum halus. "Wah, Ken juga sering kesini. Berarti kalian udah sering ketemu dong ya. Eh lo mau kemana sih, buru-buru amat kayaknya. Dasar miss busy" ucap Magie membuat Sita tertawa renyah. Sita memang tadi sudah ada janji bertemu dengan temannya nanti sore, ketika ia hendak keluar dari kafe ia malah bertemu Magie.

"Udah ada janji Mag hehehe. Maaf ya kemaren gak bisa dateng, gimana kalau sabtu minggu ini? Gw yang traktir deh, sebagai tanda maaf gw. Ajak juga temen lo yang satunya lagi Mag, oke?"

"Seriusan nih di traktir? Asyiiiik, okedeh ntar gw atur, gampang"

"Yaudah gw duluan ya Mag, Jeb. Daah" ucap Sita sambil melangkah keluar dari kafe.

"Oh itu yang namanya Sita? Cantik juga ehehe" ucap Jeb nyeletuk. Magie melirik sinis "Awas aja lo genit-genit sama dia" ucap Magie mengultimatum.

"Si Ken dateng tuh" tunjuk Jeb membuat Magie menoleh. "Lo ngasih tau dia buat dateng kesini?" tanya Magie. Jeb menggeleng. Ken melihat Jeb dan Magie, ia melambaikan tangannya. Usai memesan, Ken duduk menggelesor di samping Jeb.

"Tumben kalian kesini" celetuk Ken.

"Tumben lo kecapean gitu" balas Magie.

"Tadi gw ngurusin proposal acara baksos. Wah parah lah emang staf kemahasiswaan. Bolak-balik turun tangga gw, mengejar tanda tangan udah kayak mengejar mas-mas" ucapnya berguyon sambil menyeruput ice late yang ia pesan.

"Eh tadi gw udah ketemu dong sama temennya Magie. Yang waktu itu dia gak jadi dateng. Wih cantik bor, shedaaap" ucap Jeb membuat Magie menyikut perutnya.

"Dia udah janji kok sabtu minggu ini dia bisa dateng. Dia juga bilang bakalan traktir kita sebagai tanda maaf-nya dia. Dan Jeb, jangan coba-coba godain Sita ya, awas". Ken tersedak dan batuk-batuk seketika.

"Maaf, siapa?"

"Hah? Apa?"

"Nama temen lo"

"Sita. Kenapa?"

"Dia punya buku Hujan Bulan Juni karangannya Sapardi Djoko Damono nggak?"

Magie mengerutkan alisnya, terheran-heran mendengar pertanyaan aneh Ken. "Iya dia punya, dia belinya sama gw waktu itu" balas Magie terlihat bingung.

"Tadi dia ada disini? Dia udah pergi lagi? Udah berapa lama perginya?" tanya Ken beruntut. "Dia pergi nggak lama pas lo dateng kok. Ada apasih Ken, lo kenapa deh?" tanya Magie makin tidak mengerti. Ken mengambil ranselnya dan melesat meninggalkan kafe. Magie bangkit berdiri dan terlihat bingung "Ken, Kenanya! Lo mau kemana?" teriak Magie. Ken berbalik dan tersenyum lebar

"Mengejar takdir gw, Mag"

(Ini Bukan) De Javu!Where stories live. Discover now