Part 6

5.9K 284 5
                                    

Adhela dan Devo sepakat untuk saling membuktikan bahwa apa yang mereka katakan itu benar. Adhela yang akan mengenalkan Devo soal kesetiaan dan Devo yang akan mengenalkan Adhela soal cinta.

Entah apa yang akan mereka lakukan untuk membuktikan itu semua, Devo yang akan mengenalkan cinta kepada Adhela saat dirinya memiliki kekasih di sekolah, Adhela yang akan menunjukan soal kesetiaan yang padahal Adhela belum pernah mengenal cinta.

Jam pelajaran sudah habis dari 30 menit yang lalu karena memang jadwalnya yang lebih sedikit dari kelas lain, biasanya mereka manfaatkan untuk mengerjakan pr untuk keesokan hari. Sekolah pun masih ramai, ini baru jam istirahat kedua.

Adhela masih sibuk dengan catatan prnya, seperti biasanya soal mata pelajaran fisika Adhela selalu mengandalkan Inas untuk nasibnya. Otaknya benar-benar buntu jika ditanya soal fisika, jangankan bisa mengerjakan semua soal-soal fisika tersebut untuk memahami dasarnya pun itu sangat sulit untuk Adhela.

Inas selalu bilang cintai terlebih dahulu mata pelajaran dan gurunya baru ia akan dipermudah dalam belajar fisika itu. Kata kunci yang menyulitkan untuk Adhela hanya satu -Cinta- jangankan untuk mata pelajaran dan gurunya itu, untuk kedua orang tuanya pun Adhela masih bingung bagaimana cara memberikan cintanya kepada mereka. Adhela hanya tau kasih sayang, Adhela hanya mengenal kasih sayang.

"Jadi bedanya cinta sama sayang itu apa?" tanya Adhela yang masih sibuk dengan prnya itu.

Jadi bedanya cinta dan sayang apa? Ini pertanyaan yang paling sering Adhela tanyakan kepada setiap orang tapi Adhela selalu gagal paham dengan devinisinya itu.

"Menurut lo apa?" tanya Inas balik.

"Ya mana gue tau," jawab Adhela yang masih sibuk dengan prnya.

Nabila hanya menggelengkan kepalanya, Inas dan Adhela keduanya memiliki keanehan tersendiri dalam kepribadiannya. Hingga saat ini Inas menolak beberapa cowok yang menurut Nabila rugi buat ditolak, tapi justru Inas menolaknya.

Katanya, cintanya hanya untuk pelajaran bukan untuk cowok. Belum saatnya ia mencintai cowok, memang Inas patut untuk dicontoh. Tapi bayangkan jika Nabila mencontohnya? Bisa mati berdiri karena jenuh dengan semua pelajaran yang harus ia tekuni setiap harinya, pelajaran yang akan selalu ia kencani setiap ada waktu kosong seperti Inas. Julukan si gadis buku memang cocok untuk Inas.

Jangan tanyakan soal Adhela bagaimana, dia cewek paling aneh bagi Nabila. Dia selalu memaksakan bahwa cinta dan sayang itu sama, nggak ada detak jantung yang berdebar ketika kita bertemu dengan seseorang yang kita cinta. Hingga sekarang Adhela belum pernah merasakan jantung berdebar kecuali ketika Adhela merasa ketakutan.

"Bil-Bil... Adhela berteriak tepat di depan telinga Nabila hingga Nabila menutup telinga dengan kesal.

Nabila menatap Adhela yang masih saja mencolek-colek dagunya dengan tidak sabaran, berbeda dengan Adhela yang masih gencar mencolek dagunya Inas justru menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan semakin membuat Nabila bingung.

"Apasih kalian tuh, udah kayak cacing kepanasan deh." Adhela mengabaikan rutukan Nabila, dia hanya menggerak-gerakkan wajahnya.

"Arah jam satu Bil, liat sana," kata Adhela berbisik.

"Satu Bil-Bil bukan delapan...," Adhela mengatakannya dengan merapatkan giginya karena kesal, Nabila hanya cengengesan merasa bodoh kemudian mengalihkan pandangannya ke arah yang Adhela maksud.

"Anjir! Tama Mahendra SIALAN! MATI LO," teriak Nabila, wajahnya memerah karena kesal melihat Tama sang kekasih tengah menggoda anak kelas tetangga. Alhasil membuat Inas dan Adhela tertawa terbahak-bahak, Nabila selalu saja kehilangan akal jika terbakar api cemburu.

Nabila melemparkan pulpennya ke arah Tama, yang sayangnya lemparan tersebut meleset membuat Nabila semakin geram. Karena geram Nabila menghampiri Tama diikuti Inas dan Adhela dari belakang.

"Pacarin aja itu cewek, nggak usah lagi pacarin gue," pekik Nabila kesal.

Tama yang sadar Nabila termakan api cemburu hanya menggaruk kepalanya kemudian menyengir kuda. Ahh, naluri cowok penggodanya masih belum bisa Tama punahkan.

"Maklum Bil, naluri murahannya masih suka kebawa-bawa jadi suka agak genit-genit dikit gitu," kata Tama gugup.

"Kasih pelet apa lo sama gue? Sampe segini sabarnya gue sama lo, Tama," pekik Nabila kesal.

Inas dan Adhela masih saja cekikikan melihat aksi agresif sahabatnya itu, Nabila akan berubah menjadi singa betina ketika melihat Tama menggoda gadis lain. Termasuk menggoda Inas dan Adhela.

Pernah sekali Tama menggoda Adhela, hampir selama seminggu Nabila bersikap acuh kepada Adhela juga Tama. Nabila selalu ingin cintanya terbalas, Nabila terlalu takut cintanya direbut oleh orang lain.

Nyatanya bukan hanya Adhela dan Inas yang aneh, Nabila juga aneh. Dia akan selalu mempertahankan cintanya, dari sinilah Adhela tau apa itu cinta sejati. Nabila yang mengajarkan, Nabila mencuci otak Adhela.

Jadi jangan salahkan Adhela jika ia percaya akan cinta sejati tapi tidak mengenal cinta, semua juga terjadi karena faktor lingkungan.

"Bil-bil cakep, seberapa besar pun aku goda cewek cakep tetep kamu yang selalu ada di hati aku." Tama terus saja memutari Nabila yang masih marah kepadanya, menurut Inas dan Adhela sepasang sejoli tersebut cukup unik dalam menjalin sebuah hubungan. Keduanya justru akan merasa lebih canggung jika mereka berada dalam keadaan baik-baik saja.

"Cewek." Tama mencolek dagu teman sekelas Nabila yang baru saja lewat di depan mereka, Nabila menatap Tama cengo, cowok ini bisa-bisanya menggoda cewek lain di depan ceweknya sendiri. Inas dan Adhela kembali terbahak dengan tingkah Tama ini, terlalu kesal Nabila masuk kedalam kelas dan menutup pintu kelasnya dengan kasar.

"MATI AJA LO SANA COWOK GENIT CAP LANDAK!" Nabila memekik kesal, di luar sana Tama tertawa terbahak-bahak. Menggeleng-gelengkan kepalanya, Nabila ini terlalu pencemburu gampang panas juga.

"Cie Bil-bil makin cinta ya sama Kak Tama sampe nggak rela Tama goda cewek lain? Cie Bil-Bil," goda Adhela, Inas mengulum bibirnya menahan senyumnya, Nabila memutar bola matanya kesal.

"Berisik lo," kata Nabila jengkel.

Adhela dan Inas kembali tertawa mereka benar-benar tidak tahan melihat tingkah Nabila dan Tama ini selalu saja ada cerita yang akan mereka buat di setiap harinya, menurut Inas jika dalam sebuah novel kisah cinta mereka masuk ke dalam genre comedy-romance.

Inas menghentikan tawanya seketika kemudian melambai-lambaikan tangannya di wajah Adhela yang masih tertawa terbahak-bahak.

"Adhela, kali ini lo yang akan mati," bisik Inas pelan-pelan matanya masih belum lepas dari tiga cewek yang saat ini berdiri tepat di depan pintu dengan wajah yang bisa dibilang mengibarkan bendera peperangan. Tama yang tadi tepat berada di depan pintu saat ini berada tepat di belakang mereka mulut tidak berhenti bergerak, jika Inas tidak salah menangkap artinya Tama mengatakan.

Pacarnya Devo, dia mau labrak Adhela.

"ADHELA!" teriak Inas gemas, seketika semuanya hening Adhela menghentikan tawanya kemudian mengikuti arah tatapan Inas.

Seketika mulut Adhela terkunci, jantungnya berpacu dengan cepat. Ngapain mereka ke sini? Sadar bahwa dirinya berada pada posisi yang berbahaya Adhela melempari Nabila yang asik dengan ponselnya dengan spidol yang ada di dekatnya.

"Bil-bil," bisik Adhela meminta pertolongan.

"WOY CABE-CABEAN BERANAK!" teriak ketiga gadis tersebut, Adhela, Inas dan Nabila tersentak kaget mendengar teriakan tersebut, berbeda dengan Adhela, Inas dan Nabila. Tama justru tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan tersebut.

"Yah cewek gue di katain cabe-cabean beranak," kata Tama yang masih terkekeh, sadar dengan tatapan Nabila yang membunuh Tama mundur lalu berlari terbirit-birit menjauhi kelas Adhela.

Kedua belah pihak saling mengibarkan bendera perang.

ForelsketWhere stories live. Discover now