Part 17

3.8K 257 42
                                    

Makasih buat 44 Reads, 33 votes dan 16 komentar...

Enjoyyy♡♡

******

Adhela memejamkan matanya menghirup udara sedalam-dalamnya, berusaha untuk menahan tangisnya kembali. Ternyata semua maaf itu hanya untuk Syafira, sakit? Tentu, Adhela merasakannya. Merasakan sakit yang luar biasa diulu hatinya, kesalahan apa yang pernah Adhela buat hingga Tuhan menghukumnya seperti ini?

Dengan perlahan Adhela mundur, mulai menjauh dari Devo yang masih mencoba menggapai tangannya ke tubuh Adhela. Tidak, ini tidak akan terjadi lagi. Adhela tidak akan pernah terjebak lagi, dia akan menghentikan semua usahanya untuk berusaha mencintai Devo. Karena Adhela hanya akan merasakan kesakitan yang mungkin tiada akhir, Adhela bersyukur sebuah cinta itu belum ia kenali.

"Syaf," bisik Devo lirih, Adhela tersenyum sebelum berbalik lalu berlari keluar dari kamar. Menutup pintu kamar rapat-rapat, kenapa bisa sesakit ini? Kenapa bisa sedalam ini?

Rasanya benar-benar seperti pisau yang tepat mengenai ulu hatinya, sakit luar biasa hingga Adhela merasakan sesak. Adhela menangis dengan memeluk lututnya, perasaan apa ini?  Ini bukan perasaan cinta, yang Adhela tau cinta itu saling mengasihi dan seperti apa yang Genta bilanga da perasaan jantung berdetak kencang ketika mendekatinya, bukan cinta yang seperti ini. Mungkin ini hanya akibat dari kekecewaan dirinya kepada Devo, ya akibat kekecewaan.

Adhela hanya melamun di meja makan, semalaman Adhela tidur di kamar tamu. Dia sama sekali tidak berminat untuk tidur bersama Devo ketika Devo berada dalam kondisi mabuk, itu akan berbahaya dan akan menyakitkan.

Adhel memejamkan matanya, berharap beban dipikirannya secepat kilat menghilang. Menghilangkan Devo dari otaknya, juga menghilangkan semuanya yang mengganggu otak Adhela.

"Em... Dhel," panggil Devo canggung, Adhela berbalik mengikuti arah panggilan Devo. Menatap canggung laki-laki yang saat ini berdiri di anak tangga kedua dari bawah dengan pakaian yang berbeda dari malam, sepertinya Devo membersihkan diri dulu sebelum turun.

Adhela kembali berbalik ketika Devo mulai melangkah menuruni anak tangga. "Kakak baik-baik aja?" tanya Adhela tanpa mau repot-repot menatap Devo, Adhela bangkit ketika telah dirasakannya Devo mulai mendekat kepada dirinya. Adhela masih belum sanggup dekat dengan suaminya itu.

"Sorry, itu bener-bener di luar kendali," kata Devo ketika sadar Adhela mulai menjauhinya, Adhela menghentikan langkahnya. Berharap Devo melanjutkan pembicaraanya.

Bilang kalo Kakak nggak akan mengulanginya lagi, please. Adhela berharap di dalam hatinya.

"It... itu bener-bener karena aku udah nggak tau lagi harus gimana Dhel, aku nggak bisa giniin Syafira terus. Dia akan terus terluka dan merasa terpojokan," tambah Devo.

Tsah... Apa umpatan yang cocok untuk menjawab semua perkataan Devo itu? Dan apa yang harus Adhela lakukan setelahnya?

"Lepaskan aku, dan semuanya beres," kata Adhela tidak mau ambil pusing, Devo membulatkan matanya.

Melepaskan Adhela? Ini bukan lah jalan yang baik untuk diambil, tidak mungkin jika Devo harus bercerai dengan Adhela. Itu tidak akan terjadi, setidaknya setelah Devo dapat memastikan bahwa Syafira setia. Katakan jika Devo egois tapi memang seperti itu adanya kan? Dia tidak akan melepaskan Adhela karena gadis itu percaya akan kesetiaan, dan dia sangat menjungjung tinggi kesetiaan.
Dengan itu mungkin Devo tidak akan pernah merasa ditinghalkan seperti Pandu.

Devo juga hanya ingin membuktikan, apakah benar apa yang di katakan Adhela? Bahwa Adhela akan menjungjung tinggi sebuah kesetiaan?

"Itu nggak mudah, Dhel," kata Devo lemah.

"Apanya yang nggak bisa kak? Apanya yang nggak mudah? Dengan gitu Kakak bisa bebas sama Syafira nggak perlu merasa terhalangi sama aku." Adhela menatap tajam Devo, orang yang ditatap hanya bisa mengusap wajahnya kasar.

"Dhel, dengan kita begitu kita pasti akan buat kecewa Mama Anggita. Tolong ngerti Dhel, aku juga nggak pernah larang kamu sama cowok lain kan? Aku ju-"

"KAKAK!" Adhela berteriak memotong pembicaraan Devo, air matanya mulai mengumpul di pelupuk matanya. Pandangannya mulai buram, wajahnya memanas menahan amarah.

Brengsek! Bisa-bisanya dia dengan mudah berkata seperti itu. Adhela masih memegang teguh keyakinan, yaitu sebuah cinta sejati yang di mana didalamnya terdapat kesetiaan.

"Kenapa?" tanya devo.

Tes...

Kali ini air mata Adhela benar-benar jatuh membasahi wajahnya, bibirnya bergetar. Kakinya hampir tidak dapat menahan tubuhnya, apa yang ada di otak Devo itu? Kenapa masih sempat-sempatnya bertanya kenapa?

"Kakak masih tanya kenapa? Kakak masih bilang nggak ngerti? Iya?" tanya Adhela dengan air matanya yang terus keluar membasahi pipinya, kali ini Adhela benar-benar terluka. Bagaimana jika kedua orang tua tau bahwa sebenarnya Devo mencintai orang lain? Dan lebih memilih orang lain dibanding Adhela?

"Kakak tau? Ayah sama Kak Genta aja nggak pernah biarin aku nangis sampe begini, mereka benar-benar menjagaku seperti barang yang mudah pecah. Mereka benar-benar siap terluka hanya untuk melindungiku," kata Adhela segukan menatap jalang ke arah Devo yang masih berdiri kaku, Devo menatap Adhela tidak percaya. Tidak percaya bahwa Adhela akan meledak-ledak seperti ini?

"Tapi kenapa Kak Devo yang notabenenya bukan siapa-siapa aku, sampe berani bikin aku nangis? Kakak pikir dengan aku diem aja itu artinya aku nerima? ENGGAK KAK! Adhel nggak akan pernah terima itu, Adhel bukan cewe naif yang kalo digituin bakal diem aja," kata Adhela meledak-ledak, Devo hanya menatap cengo Adhela. Seterluka itu kah Adhela karnannya? Sasakit itu kah Adhela karena Devo? Hingga harus menangis seperti itu?

"Adhel, bukan maksud Kakak buat nyakitin kamu. Itu nggak sama sekali, tapi kan di sini kita memang enggak didasari cinta. Kamu aja nggak kenal sama yang namanya cinta kan?" Devo menghembuskan napasnya kasar, berusaha untuk meredam emosi Adhela.

"Jadi Kakak pikir itu nggak akan pernah nyakitin hati kamu, kalo itu nyakitin Kakak minta maaf. Kakak nggak sadar kalo itu nyakitin," kata Devo terlihat menyesal, mulai melangkah mendekati Adhela. Namun Adhela terus saja mundur menghindari Devo.

"Kakak nggak akan pernah sadar, karena yang Kakak pikirin cuman persaannya Syafira aja. Bukan aku," ucap Adhela ketus, Adhela menghapus air mata dengan punggung tangan secara kasar. Tangan Devo benar-benar gatal ingin memeluk Adhela, mengahpuskan air matanya. Tapi itu hanya akan kembali melukai Adhela, Devo tidak akan berbuat gegabah lagi.

"Maaf Dhel," mohon Devo, Devo melangkahkan kakinya mendekati Adhela. Adhela sepertinya benar-benar marah dan kecewa, bahkan dia tidak mau dibuat repot hanya untuk menatap Devo. Dia membung muka, mengarahkan wajahnya keluar.

Sadar Adhela akan bergerak menjauh dengan gerakan cepat Devo menarik tubuh Adhela ke dalam pelukannya, ini pelukan yang kedua kalinya. Pelukan yang Devo berikan untuk Adhela, bahkan Syafira saja belum pernah merasakan pelukan Devo.

Devo memejamkan matanya rasa bersalah mulai menghantui hatinya, tidak seharusnya Devo memeluk Adhela. Dia telah berkhianat kepada hatinya sendiri dan Syfira, janjinya untuk memberikan pelukannya itu kepada perempuan yang benar-benar mencintai Devo. Devo bahkan memeluk gadis yang sama sekali tidak  pernah merasakan cinta, sialan!

*******

Kelamaan? Kependekan? Maaf ya sebelumnya.. sebenarnya aku udah ada tabungan di draft, tapi kayaknya perlu ada sedikit tambahan lagi..

Tolong kasih kritik dan saran ya...

Kemontarnya selalu aku tunggu^^

ForelsketDonde viven las historias. Descúbrelo ahora