[ENAM]
BEGITU membuka pintu besar berwarna coklat itu, semua mata sontak saja beralih kepada dua orang berpakaian lusuh disertai wajah kelamnya. Apalagi begitu melihat seseorang yang tengah berdiri lemas dengan wajah babak belur di samping Shanin, beberapa di antara mereka segera menghampirinya kemudian membantu Shanin untuk meletakan Al di atas sofa yang berada tak jauh dari mereka.
"Lo kenapa!? Ko bisa sama cewek aneh ini?"
Shanin memanyunkan bibirnya begitu mendengar pertanyaan Raynzal yang saat ini tengah duduk disamping Al dan memeriksa kondisinya , namun yang ditanyai sepertinya tak punya kekuatan untuk menjawab sehingga ia hanya bisa bergeming tak jelas. Sedangkan Shanin yang kehadirannya saat ini belum dianggap hanya bisa berdiri tanpa tahu harus melakukan apa.
"Anjing banget, siapa yang mukulin lo!? Kasih tau cepet!" Steve membara dengan tangan kiri yang menggulung lengan baju kanannya, bersiap untuk tempur.
"Shanin kan?"
Sebuah suara mengalihkan pandangan Shanin, itu Richard. Ya Tuhan, tampan sekali, maksudnya, merdu sekali suaranya.
Shanin mengangguk bingung, "Ko bisa sama Al? Dia kenapa?"
Kali ini semua pandangan tertuju padanya, akhirnya ia terlihat. Sepertinya Harry Potter sudah mengambil jubahnya.
Ditatap oleh keenam pangeran tampan nyatanya membuat Shanin cukup gugup, ia sempat berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, "Shanin ketemu Al dijalan, dia lagi dipukulin sama sembilan orang," Shanin berusaha mengatur kata-kata agar keluar dengan baik dan benar.
Mata Arkan membulat mendengar penjelasan singkat Shanin, ia yang tadinya belum beranjak dari posisinya yang tengah berada di atas motor-motoran kini berjalan ke arah Shanin, "Sembilan orang!? Siapa? Lo kenal?"
Shanin menggeleng cepat, "Dia kayaknya beda sekolah sama kita, tapi seliat Shanin, ada satu cowok yang rambutnya warna putih gitu. Dia juga bawa tongkat basseball,"
Semua orang terkecuali Al yang masih tergeletak lemas nampak berfikir serius, "Rambut putih? Tongkat basseball?" Beo Derren yang ikut berfikir serius.
"Denzel!?" Sebuah suara berat terdengar dari pojok ruangan, dia Arga. Sedang memegang segelas Vodka, seperti biasa, duduk manis di mini barnya.
"Denzel!?" Raynzal bangkit dari posisinya dengan nafas yang naik turun penuh amarah, "Jangan bilang dia mukulin Al gara-gara Tendi si pecandu itu?"
Shanin sedikit membuka mulutnya mendengar kata 'pecandu' yang sebelumnya tak pernah ia dengar secara langsung, "Tendi? Bukannya dia udah di penjara? Lagian dia ketangkep kan bukan salah kita, udah gila kali Denzel."
Mata Shanin bergantian menatap orang yang berbicara, ia sebisa mungkin tak mengeluarkan suara apapun dan memilih menyimak perbincangan serius mereka.
"Apa jangan-jangan dia nyari gue?" Richard bersuara, "Gue sama Tendi kan pernah sama-sama mak-"
"Eh-Ehem," Arga berdehem dengan kuat, sontak Richard menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah Arga.
Sedangkan yang ditatap hanya memberikan sebuah isyarat dengan melirik Shanin yang nampak masih mematung, membuat mereka akhirnya 'kembali' menyadari kehadiran Shanin dan seharusnya tak membicarakan sesuatu yang 'penting' didepan orang asing ini.
"Lo masih disini?" Raynzal menaikan sebelah alisnya dengan menatap Shanin tak suka, sementara yang ditatap seolah memberikan isyarat, 'kan Shanin belum diusir, ya masihlah.'
"Lo kesini cuma mau nganter Al doang kan?"
Shanin mengangguk begitu Steve menanyakan hal itu, "Well, karna lo udah nganterin, jadi mending lo pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary (END)
Teen Fiction#6 in teenfic - 9 Mei 2018 [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Siapa yang tak mengenal 7 cowok tampan tapi nakal yang terdiri dari Arg...