24• Bungkam

79.1K 5.9K 99
                                    

[DUAPULUH EMPAT]

SUARA langkah kaki seseorang yang tengah berlari terdengar jelas di seluruh penjuru lorong rumah sakit ini.

Shanin yang masih nampak Shock dengan kejadian mengerikan tadi tak memiliki keinginan untuk melihat siapa orang yang datang. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja ia tak mampu, badannya terlalu lemas.

Jadi yang ia lakukan sekarang hanya duduk di ruang tunggu dengan pandangan yang menunduk menatap kedua tangannya yang berwarna merah. Ia bahkan belum membersihkan dirinya yang masih berlumuran darah.

"Ga? Gimana bokap lo!?"

Tanpa melihat siapa yang bertanya pun Shanin sudah bisa menebak kalau itu suara Raynzal, namun Shanin tak mendengar jawaban dari yang di tanya. Nampaknya Arga juga masih shock, jadi menjawab pertanyaan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Nin?" Richard yang tiba-tiba berlutut di hadapan Shanin terlihat menatap Shanin lembut walau gadis itu tak menatapnya balik.

Pandangan Shanin masih tertuju pada kedua tangannya yang terkepal sempurna di atas paha berbungkus rok seragamnya, "Lo gak apa-apa?"

Kali ini Shanin mengangguk singkat.

Richard terlihat menatap baju seragam Shanin yang lusuh dan kotor, kemudian cowok itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Shanin. Lalu kembali berlutut di hadapan Shanin.

"Cuci tangan, yuk?" Ajak Richard lembut.

Gadis itu menggeleng.

"Leher lo kenapa!?" Sebuah pertanyaan lain yang berasal dari mulut Arkan nampak terdengar, dan kali ini tangan kanan Shanin tergerak untuk menutupi bekas luka di lehernya.

Terlambat, Richard juga sudah terlanjur melihat hal itu. Membuatnya menyingkirkan tangan Shanin dari lehernya untuk memperjelas penglihatannya.

"Lo liat siapa yang ngelakuin ini ke bokap gue, kan?" Arga bertanya, membuat Shanin mengangkat kepalanya dan mendapati Arga tengah bersandar pada tembok dengan mata yang menatapnya tajam.

"Dan dia ngancem lo, iyakan?" Lanjut cowok itu yang menebak asal namun nyatanya benar.

kini semua mata menatapnya, menunggu Shanin menjawab pertanyaan Arga.

"JAWAB! Lo kasih tau gue sekarang siapa orangnya!" Kali ini cowok itu membentak, membuat Arkan dan Raynzal harus turun tangan menenangkan Arga. Sementara Shanin masih berada di tempatnya, terdiam tanpa tahu harus menjawab apa.

"NIN! JAWAB!" Nada yang Arga keluarkan semakin mengerikan di telinga Shanin.

"Shanin gak liat." suara parau dari Shanin akhirnya terdengar, keputusan untuk berbohong dan menyelamatkan Arga nyatanya ia pilih.

"Lo gak liat? Terus leher lo kenapa?" Richard kembali bertanya lembut.

"Shanin gak liat." Ulangnya tanpa mau menjawab pertanyaan Richard tadi dengan kepala yang kembali tertunduk.

Arga dengan geram melangkah maju, emosinya sudah kelewat batas, gemas melihat Shanin yang bertingkah seperti itu, "Lo liat mata gue terus kasih tau siapa yang udah mau bunuh bokap gue!"

"GA! Dia masih shock, bisa gak sih lo tenang dulu!?" Bentakan lantang Richard yang menggema di seluruh lorong rumah sakit ini berhasil membuat seorang Arga membungkam mulutnya.

Pandangan cowok itu nampak beralih ke arah Shanin yang masih terdiam menunduk di posisinya dengan bahu yang bergetar menahan tangis. Dan hal itu entah mengapa membuat emosi Arga hilang seketika.

Shanin's Diary (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang