Renungan

20 4 0
                                    

Hidup mungkin tidak semudah ketika kita membayangkannya sewaktu di dalam rahim bunda yang hangat dan nyaman. Entahlah apa yang kita pikirkan saat itu, mungkin dulu terpikir, hidup dan lahir ke dunia adalah hal yang luar biasa untuk kita. Hal yang didambakan anak manusia hingga menginginkan cepat besar dan segera tumbuh, melihat dunia, melihat wajah bunda dan ayah, berjumpa dengan banyak orang, meneguk kenikmatan dunia yang hanya sekali dirasakan seumur hidup. Perjalanan yang kita lalui sudah cukup jauh hingga berhasil sampai ke rahim bunda. Merasa kita lah yang sudah terpilih menjadi sang pemenang dari jutaan petarung. Semangat untuk terus hidup dan tetap bertahan di rahim bunda yang hangat selama bunda menginginkannya dan tetap menjaga kita. Hingga tiba hari perjanjian kita dengan Tuhan, mungkin kita sudah melupakan hari itu tapi Tuhan tak mungkin melupakannya. Hari dimana segalanya sudah ditetapkan di Lauh Mahfuzh. Perjanjian antara kita dan Tuhan mengenai hidup mati kita, jodoh serta rezeki kita, dan perkara-perkara lainnya. Masih ingatkah kita? Tidak, kebanyakan dari kita melupakannya. Kebanyakan dari kita melupakan hal penting itu dan malah menentang hidup atau justru mengutuk hidup ini.
Ingatlah, bukankah kita awalnya hanya makhluk yang tidak berarti dan tak berbentuk. Tapi Tuhan sudah menyerupakan kita dengan sempurna, menjadikan kita hidup hingga seperti sekarang.
Itulah pilihan kita dari kesepakatan yang telah terjadi. Perjanjian itu mungkin sudah terlupakan, tapi Tuhan tetap akan menangihnya ketika waktu mengharuskan kita untuk kembali. Jadi untuk apa mengingakari janjiNya dengan mengakhiri hidup. Biarkan hidup kita berakhir sesuai dengan ketentuanNya. Tetaplah menjadi si kecil yang berhati besar dengan semangat yang besar untuk terus hidup. Bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan. Boleh jadi kita melupakan perjanjian denganNya tapi jangan sampai kita melupakan Tuhan, Allah Yang Maha Hidup, yang telah memberikan kehidupan ini. Karena hidup mati dan ibadah kita hanya untukNya. Seperti sumpah yang selalu kita ucapkan.

Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? [QS. Ar Rahman (55) : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77]

My Word My WorldWhere stories live. Discover now