Chapter 21 : Cahaya Bulan

609 107 9
                                    

Kurumi, Ame, dan Mizu berjalan memasuki pelataran istana dengan langkah anggun. Butuh waktu berjam - jam untuk bisa tampil seperti sekarang ini. Meskipun wajah mereka menampilkan ukiran senyum termanis, tapi sebenarnya hati mereka tengah diserang gundah.

Bagaimana tidak?

Teman mereka, Koizumi Alyn, baru saja diumumkan menjadi permaisuri Raja Yuusaku. Mereka tidak rela jika hal tersebut sampai terjadi. Mereka sama - sama menenggak salivanya begitu pintu besar aula istana telah berada di depan mereka.

Tap!

Kurumi tiba - tiba menghentikan langkahnya. Membuat kedua teman yang lain berhenti melangkah lalu berbalik menatapnya. Wajah Kurumi nampak cemas. Berkali - kali ia berusaha lari dari kenyataan bahwa teman satu kamarnya adalah seorang calon penjahat. Hatinya terasa sakit.

"Kurumi?" tanya Mizu.

"Aku tidak bisa.." ujar Kurumi parau.

"Kamipun sama denganmu. Keputusan Alyn pastilah ada alasannya." ujar Ame.

Seketika, langit yang tadinya terang benderang oleh cahaya bintang dan bulan tiba - tiba saja berubah menjadi gelap. Ketiga sejoli itu otomatis menengadah ke atas langit.

DEG!

Bulan purnama yang menghiasi langit malam saat itu, kini telah terhalang oleh bayangan berbentuk lingkaran besar. Bayangan itu perlahan bergerak menutupi bulan dan cahayanya. Mereka terkesima melihat fenomena alam tersebut.

"Gerhana bulan ke - 448." ujar Kurumi takjub.

"Teman - teman, aku ada ide." sahut Ame tiba - tiba.

"Ide?" gumam Kurumi dan Mizu bersamaan.

"Ayo kita adakan ritual mata air suci." lanjut Ame menyampaikan idenya.

"A..apa!?" Kurumi terpekik kaget.

"Kupikir ini adalah satu - satunya cara untuk menyelamatkan Alyn dan Iru. Kita harus meminta bantuan para penyihir agung." ujar Ame.

"Hanya sisa empat penyihir agung, ya?" ujar Mizu sambil menerawang jauh ke langit malam.

👑

Ketiga sejoli tersebut, berlari sekuat tenaga menuju bangunan sekolah yang jaraknya cukup jauh dari istana. Sepatu hak yang mereka gunakan untuk ke pesta dansa, kini telah mereka buang jauh - jauh. Alasannya agar mereka bisa berlari tanpa takut terjatuh.

Perlahan bangunan sekolah mereka yang menyerupai kastil kuno telah terlihat dari kejauhan. Kurumi menengadah ke langit, memastikan fenomena gerhana di langit belum usai. Ia berdecak kesal. Kemudian dengan seluruh kosentrasi yang masih tersisa, ia merapalkan mantra yang seharusnya mereka gunakan sejak tadi.

"Teleporta!"

Poof!

Seketika mereka bertiga sukses mendarat di ruangan mata air suci. Nafas mereka masih memburu tak karuan. Namun rasa lelah yang mereka derita langsung sirna begitu melihat pemandangan mata air suci di depan mereka.

Biasanya mata air suci terlihat seperti genangan kolam normal. Namun khusus malam ini, permukaan airnya nampak terang benderang bagaikan disinari langsung oleh cahaya bulan. Begitu indah, pikir mereka.

"Siapa kalian?"...

DEG!

Ketiga gadis itu berbalik ke arah belakang dan mendapati seorang gadis yang sebaya dengan mereka. Hanya saja gadis itu bukan seorang murid. Pakaian yang ia gunakan sangat aneh dan agak kuno. Di tangan kanannya ia memegang sebuah tongkat kayu yang di ujungnya terdapat sebuah permata hijau.

"Ehem!" Kurumi berdehem.

"Kami akan melakukan ritual mata air suci." lanjutnya tegas.

"Kebetulan sekali, tadinya aku ingin melakukannya seorang diri." ujar gadis itu terkekeh.

"Kau juga?" tanya Ame kaget.

"Hehe, namaku Andrea Willson. Aku penjaga tempat ini." jawab gadis itu, Andrea.

"Baiklah, Andrea. Kalau begitu kita langsung saja mulai ritualnya." ujar Mizu mempercepat, takut gerhana bulan akan segera berakhir.

Kemudian mereka berempat berdiri mengelilingi kolam mata air suci. Perlahan mata mereka terpejam. Tangan kanan mereka diarahkan ke depan, tepat ke atas permukaan kolam. Lalu bersamaan dengan itu, permata hijau yang ada pada tongkat Andrea langsung bersinar.

"Wahai mata air suci, dengan kekuatan sihirmu yang luar biasa, berikanlah apa yang terbaik untuk Ebetopia di tahun ini!" ujar Andrea.

"Tsukiholora andora wa waterui ga lighto!" sahut keempat gadis itu bersamaan.

SHING...

Tiba - tiba mata air suci mengeluarkan cahaya yang lebih terang daripada sebelumnya. Hampir mirip seperti sebuah nuklir yang bersiap untuk meledak. Untuk beberapa saat semuanya berubah menjadi putih kemudian secara perlahan kembali seperti semula.

Keempat gadis yang jelas - jelas telah melanggar peraturan kerajaan tersebut, perlahan membuka kelopak matanya.

"Apa yang kalian..?" tiba - tiba terdengar suara Mrs. Violetta dari ambang pintu ruangan.

👑

MirrorWhere stories live. Discover now