Chapter 26 : Berkat Dirimu

646 96 7
                                    

"Yang Mulia Iblis Savarghna, dengan ini aku memanggilmu dari tempat peristirahatanmu yang terdalam!" seru seorang laki - laki sambil mengacungkan kedua tangannya ke udara. Sudah sedari tadi ia berdiri di sisi mulut kawah gunung berapi.

"Kau ada keperluan apa denganku, wahai bocah vampir?" tanya sesosok wanita bersurai abu bertanduk dari dalam kawah. Manik merahnya menyala - nyala diantara kegelapan malam.

"Aku menginginkan kekuatan!" jawab si lelaki menggebu - gebu.

"Chi..chikara..?"...

👑

Aku, Iru, dan Ame berdiri sambil menatap gumpalan awan hitam melingkar di atas kami. Kulihat Ame dan Iru mulai mengeluarkan tongkat sihir mereka. Aku mengangguk lalu kucoba merogoh tongkat sihirku dari dalam jubah.

SET!

"Kalian berdua cepat pergilah dari sini!" seru Ame sambil mengibaskan tangannya pada tongkat sihirku dan Iru.

"Tidak mungkin! Aku tidak akan pergi!" tolak Iru.

"Kumohon pergilah, Yang Mulia Iru. Izinkan aku memastikan iblis ini terbunuh kali ini!" ujar Ame tanpa menoleh ke arah Iru. Manik matanya sibuk menatap tajam ke atas langit.

"Iblis Savarghna dulu pernah menghancurkan kerajaan kita dan aku mati pada peristiwa itu. Tapi berkat sihir Ana aku memiliki kesempatan untuk membalaskan dendam ini!"

"Karena itulah, aku..." gumam Ame pelan.

"Aku...tidak mengerti.." gumamku syok. Dunia serasa berputar di sekelilingku.

DUAR!

Tiba - tiba sebuah kilat menyambar ke arah kami. Sial, kenapa serangannya tiba - tiba sekali?

BUM!

Secara ajaib, seketika kami bertiga sudah berdiri 200 meter dari ledakan. Kini dapat kulihat kilat itu sukses menyambar tanah yang seharusnya kami pijaki barusan. Menciptakan lubang sedalam 1 meter disana.

"Sugoi.." gumam Iru kagum sekaligus takut.

"Lagi - lagi kau bertindak seenaknya sendiri, Yessi!" terdengar suara yang tidak asing dari arah belakang. Otomatis, kami bertiga menoleh.

"Kalian kenapa datang? Dan juga kenapa menggunakan nama itu?" Ame bertanya - tanya begitu melihat kehadiran tiga orang gadis di belakang kami.

"Apa ada yang salah?" tanya salah satu dari mereka.

"Tidak. Hanya saja aku sudah melupakan nama itu." jawab Ame pelan.

"Yessi?" gumam Iru sambil menunjuk ke arah Ame. Matanya membulat lebar.

"Apakah Anda sudah mengingat saya, Yang Mulia!?" tanya Ame bersemangat mendadak.

"A..aku ingat sekarang. Kalian...sudah mati, kan?" gumam Iru terbata.

"Hah? Apa maksudmu, Iru? Mereka teman sekolah kita!" sanggahku meminta penjelasan.

PROK! PROK!

Pandanganku langsung teralih ke arah sunber suara asing tadi. Dan, disana kudapati Yuusaku sedang berdiri santai sambil menepuk tangannya untuk kami. Taringnya ia tunjukkan keluar.

"Akhirnya kita semua bisa saling mengingat satu sama lain lagi. Jadi cepat berikan pengantinku!" ujar Yuusaku menyeringai.

"Cih! Sebelum kau lakukan itu, sepertinya kau punya masalah dengan kami berempat!" ujar Kurumi.

"Jadi kalian ingin mati dua kali, ya?" ledek Yuusaku terkekeh geli.

"Jangan sombong dulu, Yuusaku! Aku yakin sekarang kami lebih kuat dari yang dulu!" seru Mizu percaya diri.

Aku terdiam menatap mereka. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Kenapa mereka mempermasalahkan masa lalu? Bukankah itu tak ada hubungannya dengan saat ini?

"Yang Mulia, izinkan kami untuk melindungimu sekali lagi dan yang terakhir kalinya!" seru ketiga temanku dan seorang gadis asing yang bersama mereka bersamaan.

Iru menghela nafas panjang. Lalu seketika air mukanya berubah. Ekspresi serius dan tatapan tajamnya sama sekali tidak menunjukkan kata main - main. Aku tertegun melihat sosok laki - laki yang awalnya kukira ceroboh ini.

"Berjuanglah, para penyihirku!" ujar Iru lantang. Kemudian empat orang gadis yang berada di depan kami tersenyum puas dan segera berbalik ke arah Yuusaku.

GREP.

Tangan Iru menggenggam tanganku kuat - kuat. Lalu ia membawaku berlari sejauh mungkin.

"Iru, sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang kalian semua bicarakan?" tanyaku beruntun.

"..." tak ada jawaban.

"Iru, onegai! Oshiete yo!" seruku keras. Pada akhirnya air mataku tak sanggup kubendung lagi.

Aku...aku sangat bingung dan aku....

takut.

Iru menghentikan laju larinya setelah jarak kami jauh dari tempat tadi.

GREP!

Tiba - tiba Iru memelukku dengan erat. Sangat erat, seakan ia tidak ingin aku menghilang dari kehidupannya.

"Jangan takut." ucapnya di telingaku.

DEG!

"Kali ini akulah yang akan melindungimu!" ujarnya dengan nada serius.

"Apa maksudmu?" tanyaku diiringi dengan isak tangis.

"Tak akan kubiarkan kau berlaku seenaknya lagi. Semua tindakanmu akulah yang mengatur. Jangan melakukan tindakan aneh tanpa persetujuanku lagi." jawab Iru pelan.

"Aku tidak mengerti." timpalku takut.

"Apalagi sampai jiwamu kau korbankan hanya demi aku!" lanjut Iru lantang.

Apa Iru marah...? Tapi kenapa...?

Tak lama setelah itu cairan bening berjatuhan daru kelopak mata Iru. Begitu deras seakan tak akan pernah berhenti. Aku terdiam mematung dibuatnya.

"Tapi terimakasih banyak," ucapnya pelan. Ia menambah erat pelukannya kepadaku.

"Berkat dirimu, aku bisa diberi kesempatan untuk bertemu denganmu lagi."

Apa yang sebenarnya mereka semua bicarakan...?

👑

Note : Haeee readers! Udah lama author Ana yang kawaeh ini ga update 😅 maaf ya atas ketelodarannya! :'

MirrorWhere stories live. Discover now