THREE. Say Something

35 1 0
                                    

"Kak kenal sama orang yang lagi jalan pake seragam osis itu nggak?"

"Mana? Cewek apa cowok. Disini mah banyak orang lagi jalan dek"

Freya memutar kedua bola matanya. Kakaknya kadang memang aneh.

"Terserah lu aja lah kak. Sak bahagiamu".

☆☆☆☆

Freya POV

Punya kakak aneh emang susah ya. Yaaa walaupun gue juga rada aneh sih.

"Maksud lu Angga dek?" ucap Kak Daniel tiba-tiba.

"Angga? Angga siapa? Ya mana gue tau lah" jawabku sengit.

Kak Daniel memuar kedua bola matanya dan menatapku jengah.

"Yang kamu maksud cowok yang lagi jalan pake tas item itu kan. Orangnya putih, tinggi pake seragam sekolah kita?"

"Hmm" jawabku terus memandangi cowok yang bernama Angga itu.

"Kok Kak Daniel bisa kenal sama dia?"

"Ya bisalah secara gitu, gue kan temen deketnya dek" jawab Kak Daniel bangga.

Aku yang tak menyangka hal tersebut langsung menoleh kepada Kak Daniel.

"Oh ya? Kakak temen deketnya si Angga? Temen deket yang bener-bener deket gitu? Yang kalo ngapa-ngapain selalu bareng? Pergi bareng, ngerjain tugas bareng, hang out bareng, dan lain-lainnya semua bareng?" tanyaku panjang lebar.

Mendengar rentetan pertanyaan dariku Kak Daniel malah menggaruk kepalanya yang aku yakini tidaklah gatal.

"Ya nggak gitu juga sih dek"

Aku memandangnya bingung

"Maksudnya?"

"Maksud kakak, dia itu emang temen deket gue. Tapi cuma sebatas kelas. Jadi kelas dia itu sebelahan sama kelas kakak.
Kayak gitu bisa dibilang temen deket kan?" Lagi-lagi Kak Daniel menjawabnya bangga sambil menaik turunkan alisnya.

Aku hanya bisa terbengong mendengar jawabannya.

Gile lu kak

***

Sesampainya mereka di rumah, Freya segera turun dengan membanting keras pintu mobil kakaknya. Bagaimana bisa ia memiliki kakak seperti itu. Oke, sudah berulang kali ia mengesalkan hal itu.

Daniel yang melihat hal itu hanya bisa menatap Freya bingung. Ia menangkat kedua bahunya tanda tak mengerti.

Bodo amatlah dek lu mau ngapain

Kemudian ia teringat sesuatu. Pintu mobil kesayangannya! Bagaimana bisa Ferya menutupnya dengan tidak berperasaan. Ia kemudian memandangi mobilnya dengan prihatin.

"Maafkanlah adikku yang durhaka itu" ucapnya sambil mengusap-usap pintu mobil tersebut.

Sesampainya dalam kamar, Freya segera membersihkan diri dan berganti baju. Ia kemudian merebahkan diri di kasurnya. Memandangi langit-langit kamar sambil memikirkan sesuatu.

"Angga.. Angga. Suatu saat nanti lu bakal jadi milik gue" ucapnya sambil tersenyum sinis.

Ia kemudian tertawa

"Haha. Aduh apaan sih gue kok sinetron banget. Emm tapi kayaknya gue beneran jatuh cinta sama dia. Atau cuma obsesi?"

Menurutnya Angga adalah pribadi yang misterius, cuek dan dingin dengan satu makhluk yang bernama perempuan. Apa mungkin pria itu pernah mengalami trauma dalam menjalani hubungan dengan seseorang, sehingga membuat pria tampan sepertinya tidak tertarik dengan lawan jenisnya. Atau mungkinkah ia belum bisa move on dari mantannya. Banyak spekulasi di kepalanya, mungkin saja itu semuanya ada benarnya. Menurut beberapa novel roman yang ia baca, seorang pria seperti Angga kemungkinan besar mempunyai kenangan buruk di masa lalunya.

Terlalu lama memikirkannya membuat rasa kantuk menyerang Freya. Akhirnya ia pun jatuh tertidur.

***

Freya berjalan seorang diri di koridor menuju perpustakaan. Tujuannya ke sana adalah untuk mencari buku referensi tentang tugas yang diberikan oleh Mr. Sean. Acara mos sudah selesai seminggu yang lalu jadi Freya tak bisa terus berleha-leha.

Sesampainya di perpus ia segera melakukan absensi dan mencari buku yang berkaitan dengan mapel yang diajarkan oleh Mr. Sean. Terlalu banyak buku yang ada membuatnya menjadi bingung. Akhirnya Freya memutuskan untuk mencari satu persatu dari sekian banyak rak yang ada.

"Mana yaa. Aduhh susah banget nyarinya.." ia terus menggerutu sepanjang pencariannya.

Tiba-tiba pandangannya menangkap sebuah buku yang menarik perhatiannya. Ia melangkah mendekati buku tersebut dan mencoba mengambilnya. Tangannya terulur ke atas dimana buku tersebut berada di rak paling atas.

"Aaaa buku datanglah kepadaku" Freya terus meloncat sambil mencoba menggapai buku tersebut. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya melayang.

Duhh kok gini ya, aa pasti bentar lagi gue bakal jatuh nih

Freya memejamkan matanya dengan rapat, ia sangat siap jika harus mendapat tertawaan dari semua murid yang berada di perpustakaan ini. Satu menit berlalu dan gadis itu tak merasakan kerasnya lantai.

Mungkin lantainya berubah jadi jelly kali ya? Tapi masak iya sih

Akhirnya kedua matanya terbuka dan ia mematung melihat pemandangan di depannya.

Kakak kelasnya

Angga

Seorang Angga?!

Kedua matanya terbelalak memandang pria yang sudah menolongnya. Pasalnya bukan sembarang orang yang kini sedang menopang tubuhnya, tetapi Angga. Berada sedekat ini membuatnya tak nyaman. Ia segera melepaskan diri dan merapikan bajunya.

"Emm, ma makasih ya kak udah nolongin aku" ucap Freya pelan dengan terbata-bata.

Pria itu memandang Freya dalam kemudian satu tangannya mengambil sebuah buku untuk diberikan pada gadis di depannya. Buku yang tadinya ingin diambil oleh Freya. Memberikannya dalam diam dan pergi dari hadapan gadis itu tanpa menjawab ucapannya. Freya menerima buku itu dengan gugup dan mendekapnya erat. Ia memandang takut kakak kelasnya itu.

Mati lo Frey, ngapain coba itu kakak kelas pake mandang lo kayak gitu. Dewi batinnya terus saja mengejek saat melihat Freya yang tak berani menatap Angga. Kelegaan menggampirinya saat melihat pria itu pergi dari hadapannya saat setelah pandangan pria itu menjadi datar.

Freya mengehela nafasnya lega. Berada di dekat pria itu membuatnya merasa terintimidasi. Pria itu seolah-olah mempunyai kekuatan untuk menyihirnya. Memandangnya seakan bahwa ia adalah mangsanya. Ia melihat pria itu sampai menghilang di balik pintu perpustakaan. Sebagian hatinya mengatakan pria itu berbahaya, tetapi rasa penasaran telah mengalahkan ketakutannya.

***

Di lapangan basket banyak siswa siswi yang berkumpul di sana. Freya yang kebetulan lewat menjadi penasaran. Ada apa orang-orang mengerubungi tempat itu. Kakinya melangkah mendekati lapangan basket kemudian melihat apa yang telah menjadi bahan keributan saat ini. Matanya memandang dua orang yang sedang bersiap melakukan pertandingan. Mereka berdua adalah kakak kelasnya, dimana salah satu dari mereka adalah pria yang tadi baru saja menolongnya. Freya memandang Angga dalam, bertanya-tanya dalam hati. Mengapa mereka melakukan pertandingan ini, hanya satu lawan satu. Tiba-tiba Angga mengalihkan pandangannya sehingga membua mata mereka bertemu. Hal itu sontak saja membuat Freya berhenti bernafas kemudian memutuskan kontak mata mereka. Ia kemudian berlalu dari tempatnya berdiri dengan terburu-buru.

Angga masih menatap kepergian gadis itu yang terlihat tergesa. Ia bukannya tidak tahu bahwa gadis yang tadi ditolong olehnya adalah primadona di IHS. Melihatnya di kantin waktu itu membuatnya kagum sesaat akan kecantikan gadis itu. Melihat tingkah lucunya sedikit menggetarkan hati pria itu. Menggelitik hatinya hingga  ke rongga yang paling dalam. Bibirnya membentuk sebuah senyuman misterius.

Freya Adena Dinata

***

Hallo guys ketemu lagi sama aku setelah hiatuss luaamaaa banget 😂 jangan lupa Vomment yaa 😘

~Flevins

Grasping The WindWhere stories live. Discover now