6. First Meet

10.6K 1.6K 34
                                    

Cewek kalau udah ketemu dan kumpul bareng pasti ada suatu hal yang selalu mereka lakuin. Kayaknya kalau tanpa itu tuh ritual ngumpul-ngumpul mereka ada yang kurang. Yap! Ngegosip! Begitupun dengan Tia, Rasti, Lasa dan Hasmi. Kadang obrolan dari grup line mereka juga suka mereka bahas lagi pas ketemuan langsung. Beda media beda sensasi katanya mah. Saking asiknya, mereka kadang suka lupa sama waktu.

"Eh, udah mau jam sembilan ternyata!" Untung Hasmi iseng lihat jam tangannya waktu lagi antre buat beli hophop.

Rasti menepuk dahinya dengan keras kemudian mengaktifkan ponselnya yang sedari tadi ia matikan saat keempatnya menonton film di bioskop. "Mati gue lupa ngajar les!" serunya panik saat melihat applikasi whatsapp-nya dipenuhi dengan pesan dari orang tua murid les privatnya.

"Gue balik duluan deh ya?" tanya Rasti kemudian.

"Ya udah bareng gue aja, Ras," usul Lasa. Kebetulan Lasa emang bawa motor, lagian rumah mereka juga lumayan deket.

"Gue juga balik deh," ujar Tia sambil mengeluarkan ponselnya bersiap untuk memesan Ojek-Zone.

"Ya udah, misah disini ya berarti? Gue nanti masih mau ketemu temen gue dulu," ujar Hasmi.

Rasti, Tia dan Lasa mengangguk kemudian langsung jalan menuju lantai paling bawah, sedangkan Hasmi masih menunggu pesanan minumannya.

"Udah dapet belom drivernya?" tanya Rasti pada Tia.

Tia mengangguk. "Udah, Tio namanya. Ini sih orang yang sama kayak yang ngepick up nyokap gue pagi tadi."

Rasti sama Lasa menutuskan buat nganter Tia dulu ke depan sampai driver Tia dateng. Sekalian nanti mereka nyebrang buat ke parkiran motor sih.

"Kayaknya itu deh driver gue." Tia menunjuk pada seorang pria yang duduk di atas motor Honda Vario sambil menatap layar ponselnya.

"Samperin lah," seru Rasti kemudian memimpin langkah untuk menghampiri sang driver. "Mas Tio ya?" tanyanya dan lelaki itu pun mengangguk sopan sambil membuka masker dan kaca helmnya.

Subhanallah... kok adem?

"Yang mana yang namanya Kak Tia?" tanya sang driver kemudian.

Duh ini sih double point namanya, mukanya adem, suaranya bikin tentram.

Rasti sama Lasa seketika lirik-lirikan. Kode antar cewek yang langsung dipahami dalam hitungan sepersekian detik.

"Menurut Mas yang mana?" tanya Lasa iseng.

Tio menggaruk kepalanya yang tak gatal, cuma refleks karena dia bingung harus nebak yang mana.

"Yang itu ya?" tunjuknya asal dan untungnya benar.

Tia pun melangkah mendekat dan Tio menyerahkan helm untuk Tia kenakan.

"Mas, Mas," panggil Rasti.

"Iya? Kenapa Kak?"

"Mas ganteng deh," ujar Rasti tiba-tiba membuat Tio terkejut sedangkan Lasa langsung ketawa sambil noyor kepala Rasti. Tia sih cuma bisa geleng-geleng aja.

"Makasih Kak hehehe," jawab Tio sungkan.

"Iya ganteng, tapi sayang..."

Aduh, Tia udah punya perasaan gak enak nih kalau Rasti udah ngegantung omongannya gitu. Masalahnya bukan bikin penasaran, ocehan Rasti pasti bikin malu.

"Sayang kenapa?" Mas drivernya segala pakai ngeladenin pula.

"Aku gak apa-apa kok sayang. Kamu perhatian ya pake tanya-tanya segala." Tuh kan! Udah Tia duga. Bikin malu banget emang. Modusnya gelik. Lasa sih santai aja ketawa-ketawa. Lah yang bakal semotor sama mas ojeknya kan Tia. Rasanya Tia mau taubat punya temen pada begini banget.

"Eh iya Mas nanti kalau udah sampai tujuan, kita perlu nge-rate ya?" Apaan lagi nih? Tia tahu Rasti pasti belaga-belaga doang. Orang dia udah pakai applikasinya dari lama kok. Sebelum Tia pakai malah.

"Iya, Kak. Kasih bintang sesuai kinerja drivernya," jawab Tio.

"Maaf banget tapi aku gak bisa ngasih bintang, Mas..." lirih Rasti membuat dahi sang driver mengerut bingung sedangkan Lasa sih senyum-senyum aja soalnya yakin banget kalau itu masih masuk ke dalam modusannya Rasti. "Soalnya aku cuma punya hati untuk Mas." Tuh kan bener masih modus!!

Tia cuma bisa mengelap peluh di dahinya. Pusing sama kelakuan Rasti yang emang gak ada obat.

"Mas langsung jalan aja, Mas," potong Tia. Dia langsung naik dan duduk manis di belakang supaya Rasti gak semakin ngawur lagi.

"Oh iya baik, Kak. Permisiii," pamitnya sopan pada Rasti dan Lasa.

"Maafin kelakuan temen-temen saya ya, Mas," ujar Tia saat motor Tio sudah beranjak meninggalkan Rasti dan Lasa.

"Eh? Santai aja, Kak." Lagian Tio juga udah biasa bercanda-bercanda kayak gitu mah. Cuma kaget aja ada cewek yang jago sepik juga.

Setelahnya, seperti biasa Tia langsung stand by dengan headsetnya buat dengerin lagu. Satu hal yang gak Tia tahu, bahwa selama dia pasang headset, selama itu juga Tio ngajak dia ngobrol.

"Abis nonton ya Kak sama temen-temennya?" Tio mencoba membuka topik obrolan. Dilihatnya dari spion Tia nampak mengangguk-angguk dengan pandangan mata tertuju pada ponsel.

"Emang biasa nonton disana ya, Kak?"

Tia mengangguk-angguk lagi dengan gesture yang sama.

"Btw, tadi pagi saya yang ngepick up ibu kakak hehehe."

Tia mengangguk lagi.

Tio mulai merasa kesal. Ini cewek pelit suara banget sih, pikirnya. Seumur-umur baru kali ini Tio dikacangin sama customernya.

"Kak ini arahnya kemana ya?" Tio pura-pura gak tahu jalan. Padahal, dia emang biasa lewat daerah situ. Lagian di maps dari applikasinya juga ada. Dia cuma mau bikin gadis di belakangnya itu bersuara.

Dilihatnya Tia lagi-lagi mengangguk. Wah, ini sih jelas gak beres. Tio menepikan motornya di pinggir jalan. Karena merasa laju motor berhenti, Tia refleks melepas headsetnya.

"Kok berhenti disini, Mas?" tanya Tia.

"Kakak pakai headset?" tanya Tio balik. Meski nampak bingung Tia menganggukkan kepalanya.

"Duh, Kak, lain kali jangan ya. Seenggaknya kalau naik motor sama saya jangan. Daritadi saya ngajak kakak ngobrol padahal."

Tia tertawa canggung, dia bener-bener gak tahu. "Hehe iya maaf, Mas." Yaudah lah di iyain aja lagian juga kecil kemungkinannya Tia bakal ketemu driver ini lagi.

Tio pun melanjutkan perjalanannya, dan kali ini Tia tidak mengenakan headset. Dibiarkan telinganya untuk mendengarkan celotehan dari Tio. Penting-penting gak penting sih. Tapi Tia jadi tahu satu hal, ternyata asik juga ya ngobrol di sepanjang jalan gini. Gak bikin capek kayak yang Tia pikirin selama ini. Malah bikin perjalanan terasa lebih rileks.

***

To be continue

OJEK-ZONEWhere stories live. Discover now