"Kok bisa sih, Ras?"
Meski menekuk wajahnya malas, Rasti tetap menceritakan kronologi kejadian yang menurutnya sungguh sangat menyebalkan itu.
"Jadi, sekitar dua hari lalu gue kan balik dari mall naik Ojek-Zone. Terus drivernya dateng kan, yaa kalau dari muka sih kayak masih dua puluh enam-an deh. Dari awal abangnya emang rada genit sih di motor nanya-nanya mulu segala nanyain pacar gue lah. Gue sih selama di motor cuma dehem-dehem aja kalau dia ngomong. Males juga nanggepinnya lagian gue lagi capek."
Tia menaruh seluruh atensinya pada cerita Rasti. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang akan Rasti katakan selanjutnya.
"And guess what? Malemnya gue dapet sms dari tuh abang-abang. Nawarin diri jadi ojek pribadi cuy! Nawarin anter-jemput dan segala macamnya. Untungnya gue gak bego, nomor registrasi gue di Ojek-Zone sama nomor WhatsApp gue tuh beda. Jadi gue save nomor abangnya terus gue lihat di kontak WA gue. Eh lo tahu gak apa?"
"Apa? Apa?!" Tia benar-benar antusias dengan topik obrolan ini karena suatu alasan.
"Foto WA nya tuh foto cewek cuy! Gue langsung kepikiran antara itu pacarnya atau gak istrinya. Sok laku banget gak sih laki kayak gitu? Gedek banget gue udah ada cewek masih aja modusin cewek lain."
"Dan ternyata itu foto istrinya?" tebak Tia dan Rasti mengangguk mengiyakan. "Sableng!" umpat Tia.
"Terus dia kan ngajak ketemuan gitu ya, Ti. Nah gue iyain ajakannya. Gue suruh aja hari ini jemput gue di kampus. Maksud gue tuh gue mau 'nyemprot' dia secara langsung gitu loh. Eh ternyata SMS dia ke gue tuh kayaknya ketahuan sama istrinya. Jadilah malah istrinya yang dateng terus labrak gue di kampus. Sumpah ya gue malu banget!"
Tia mengusap bahu Rasti lembut, berharap hal tersebut dapat sedikit mengurangi kekesalan Rasti walau Tia tahu hasilnya pasti nihil. Ya, siapa sih yang gak kesal kalau kita dipersalahkan atas sesuatu yang bukan salah kita?
"Gue malu, Ti! Anak-anak kampus banyak yang lihat. Gue udah jelasin kalau gue udah tahu itu abang punya istri dan gue cuma mau ngasih pelajaran. Cuma kan tetep aja dimata orang-orang pasti gue yang salah."
Iya sih, Tia mengiyakan dalam hati. Tadinya juga dia mau bilang 'lagian lo udah tahu begitu masih diladenin', cuma yaa kayak yang tadi Rasti bilang maksud dia tuh lain. Rasti ngelakuin itu sebenarnya justru karena mau ngasih pelajaran. Sayangnya, timingnya ternyata gak tepat.
"Lu block aja itu nomor abangnya biar gak bisa hubungin lu lagi," usul Tia kemudian.
"Udah," jawab Rasti cepat. "Gue juga gak mau berurusan sama yang kayak gitu. Sejomblo-jomblonya gue, gue gak mau jadi simpanan suami orang."
"Good!"
Tiba-tiba Tia jadi kepikiran satu hal dari ceritanya Rasti. Abang Ojek-Zone yang tadi ramah padanya dan meminta kontaknya, apa jangan-jangan sudah beristri juga?
Tia buru-buru mengecek kontak WA nya. Foto profilnya sih cuma gambar pemandangan. Cuma kan siapa yang tahu?
Mas Tio: Malam Tia:)
"Mampus gue!" jerit Tia refleks seraya melempar ponselnya ke meja.
"Lah lu kenapa?" tanya Rasti heran.
Tia menggelengkan kepalanya kemudian mengambil kembali ponselnya. "Gapapa, ini temen gue iseng ngirim gambar gak jelas. Alay emang," kilahnya.
Tia mengusap peluh di dahinya. Untung banget Tia matiin last seen sama tanda read. Kalau gak, konyol banget tadi pas-pasan Tia lagi buka chatroom Tio terus chat Tio tadi langsung ke-read. Berasa Tia nunggu chatannya banget.
Ditambah dengan cerita Rasti tadi, Tia jadi sedikit menaruh curiga. Lagipula, Tia juga gak tahu asal-usul driver itu. Tia jelas gak mau sampai kejadian kayak Rasti. Untuk itu Tia memilih untuk mengabaikan pesan dari Tio tanpa sedikitpun kepikiran bahwa seseorang yang terpisah jarak berkilo-kilo meter darinya sedang menunggu balasan chat itu.
***
To be continue

YOU ARE READING
OJEK-ZONE
Humor[Complete] Kalau selama ini yang kita tahu ojek online itu adalah suatu usaha di bidang jasa dengan mengandalkan internet untuk pemesanan sampai ke tempat tujuan. Kira-kira bisa gak ya abang ojek online selain bawa ke tempat tujuan, juga bawa kita k...