19. Permintaan

7.4K 1.2K 39
                                    

Di dalam mobil Guntur sama sekali gak bersuara, apalagi Tia. Gadis itu sibuk meremas kesepuluh jemari tangannya.  Di tengah perjalanan untungnya Guntur berinisiatif untuk menyalakan radio.

Tia menghela napas lega, setidaknya sekarang dia gak ngerasa kayak lagi di kuburan. Karena gak tahu harus menatap kemana, Tia akhirnya melempar pandangannya ke jendela soalnya gak mungkin kan kalau dia harus lihat ke arah Guntur?

"Tiba-tiba cinta datang kepadaku, disaat kumulai mencari cinta. Tiba-tiba cinta datang kepadaku..."

Tanpa sadar Tia ikut bernyanyi saat radio memperdengarkan lagu milik penyanyi cantik bernama Maudy Ayunda itu.

Guntur yang mendengarnya hanya tersenyum tipis dan membiarkan Tia asik sendiri dengan dunianya. Sampai akhirnya Tia sendiri yang sadar kalau dia sudah menyumbangkan suara emasnya itu selain di kamar tidur. Tia melirik takut-takut ke arah Guntur yang pandangannya masih menatap lurus ke jalanan.

"Kok berhenti?" tanya Guntur tanpa menoleh. Ia sedang mempersiapkan uang untuk juru parkir dadakan yang biasa ada di area pertigaan tanpa lampu lalu lintas.

"Hehehe. Suara saya jelek, Pak," kilah Tia. Padahal mah karena dia malu daritadi nyanyi-nyanyi berasa mobil punya sendiri.

"Iya, kamu benar." Guntur menyetujui ucapan Tia.

Mendengar itu Tia langsung menoleh ke arahnya dengan raut wajah bete. Gue menghina diri sendiri malah didukung dah! gerutunya dalam hati.

Melihat wajah bete Tia dengan bibir yang ngedumel tanpa suara dan bola mata memutar membuat Guntur refleks mengulum senyumnya menahan tawa. "Saya bercanda Tia. Jangan galak kayak macan gitu ah," godanya.

"Aing maung!" ketus Tia yang sempat membuat Guntur kaget namun sedetik kemudian tawa pria itu lepas.

Sadar bahwa ia telah melakukan hal bodoh, Tia langsung menutup wajahnya malu sambil merutuki dirinya sendiri. Bego! Bego! Bego!

"Udah Tia gak apa-apa. Anggap saja saya gak denger kamu ngomong sesuatu." Guntur meredakan tawanya sambil berusaha menetralkan suaranya. Kasian juga dia lihat Tia malu sampai kayak gitu.

Perlahan akhirnya Tia mau membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya. Muka Tia bener-bener udah semerah kepiting rebus. Kalau bisa mungkin tinggal ditambahin saus tiram aja biar jadi enak.

Melihat wajah Tia, Guntur membelokkan mobilnya ke minimarket di pinggir jalan. Setelah memarkirkan mobilnya, Guntur langsung keluar dan masuk ke dalam minimarket itu sedangkan Tia memilih untuk tetap berada di dalam mobil karena Guntur juga gak mematikan mesin mobilnya. Tia menyentuh pipinya yang terasa panas dengan punggung tangannya. "Kenapa lo malu-maluin diri sendiri siih?" omelnya sambil menyentil dahinya sendiri.

Tak sampai lima menit Guntur sudah kembali dengan dua botol minuman dingin. Satu ia berikan pada Tia dan satu lagi ia minum.

"M-makasih, Pak," ujar Tia. Guntur hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia kemudian kembali melajukan mobilnya keluar dari minimarket.

"Kamu udah semester berapa sih, Ti?" tanya Guntur mencoba menetralkan suasana canggung yang menyelimuti mereka.

"Enam, Pak. Otw tujuh."

"Udah siap-siap mau skripsi dong ya?"

"Iyaa Pak hehehe."

Hening lagi.

"Tia, saya minta maaf ya."

Tia langsung menoleh ke arah Guntur. Ini kenapa lagi kok tiba-tiba minta maaf? "Maaf untuk apa, Pak?" tanya Tia memastikan.

"Sikap saya selama ini. Kamu pasti terganggu kan?"

Tadinya Tia ingin mengangguk tapi diurungkannya. Ini Pak Guntur kesambet apaan sih? "Biasa aja, Pak. Saya juga tahu Bapak bercanda." Kalau masalah terganggu, kayaknya Tia lebih terganggu sama sikap Guntur yang sekarang deh. Gak bisa ditebak jadi bikin hati ketar-ketir sendiri.

Guntur terdiam kemudian menyunggingkan senyum tipis. Meski bibirnya tersenyum, Tia dapat melihat bahwa mata Guntur menyiratkan hal yang sebaliknya.

"Bercanda ya?" tanya Guntur. "Iya, saya bercanda." Ia lalu menjawab sendiri pertanyaan yang diajukannya.

Tia diam. Ia gak tahu harus menjawab apa lagi. Sisa perjalanan mereka hanya diisi oleh suara penyiar dan lagu-lagu yang diputar lewat radio.

"Makasih ya Pak tumpangannya." Perjalanan tanpa suara itu akhirnya selesai. Tia meminta Guntur untuk menghentikan mobilnya di depan gerbang kampus saja agar bisa langsung jalan lagi. Setelah berterimakasih, Tia hendak berpamitan namun Guntur mengucapkan kata-kata yang membuatnya mematung.

"Kalau selama ini menurutmu saya bercanda, boleh kali ini saya meminta izin untuk serius?"

***

To be continue

=================

Alamak Mas Igun seriusin aku aja napa Maassss wkwkwk

Asty K

OJEK-ZONEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum